Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fariz Pari
"Bagi Peirce, manusia adalah homo semioticus, artinya dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bertemu dengan tanda, dan berhubungan dengannya dalam setiap aktivitas baik pikiran maupun perilaku sebagai interpretasi terhadap tanda. serta pengetahuan manusia pun diperoleh dan diungkapkan dalam tanda-tanda. Ilmu yang mempelajari tanda disebut semiotik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan semiotic dari sudut filsafat khususnya epistemalogi. Sebagai bidang filsafat yang mengkaji hakekat pengetahuan. Serta penerapan teori semiotik dalam kegiatan kehidupan sehari-hari baik bagi individu maupun kelompok masyarakat.
Bagi semiotik pengetahuan manusia merupakan interpretasi terhadap tanda yang diungkapkan dalam bentuk tanda juga. sehingga bisa diinterpretasi lagi secara berkesinambungan. Proses interpretasi tanda ini disebut semiosis yang menjadi proses epistemologi. Proses semiosis ada dua tahap, tahap I adalah proses interpretasi tanda yang dilakukan berdasarkan keyakinan yang telah menjadi kebiasaan. secara pra radar. Namun interpretasi ini terhenti apabila timbul kesangsian. Semiosis tahap II dilakukan berdasarkan penalaran logis melalui proses abduksi sebagai suatu kemungkinan berdasarkan observasi, dilanjutkan deduksi sebagai kansekuensi logis dari kemungkinan serta induksi sebagai pembuktian baik dalam masyarakat maupun laboratorium, dengan memperhatikan relasi tanda pada objeknya dan menentukan interpretant sebagai hasil interpretasi pada tanda oleh individu.
Setiap individu dapat mempunyai interpretasi yang sama ataupun berbeda terhadap tanda yang sama, tergantung pada konteks pengalamannya. yang menentukan objek yang direpresentasikan oleh tanda. sama atau berbeda, yang menjadi dasar interpretant. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dalam kegiatan kehidupan sehari-hari dari tanda waktu shalat.
Tanda waktu shalat yang berdasarkan posisi matahari dan bumi dapat di interpresentasikan oleh putaran jam. bunyi bedug atau kentongan, suara azan sebagai interpretasi waktu shalat Relasi tanda waktu shalat dapat pada objek yang lama atau berbeda. sehingga interpretasinya juga dapat sama atau berbeda baik dalam pikiran maupun perilaku. Di antaranya ada yang merelasikan tanda itu dengan objek kewajiban shalat dan membentuk interpretant harus shalat. Sehingga interprestasinya dapat juga sama atau mereka segera melaksanakan shalat. Ada yang merelasikan dengan objek kurun waktu shalat dan membentuk interpretant bisa ditunda. dan ada yang merelasikan dengan objek janji dengan pacar sehingga membentuk interpretant harus menemuinya."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Pari
"ABSTRAK
Bahasa Arab mengenal kalimat /ismiyyah/ dan kalimat /fi'liyyah/ yang berbeda cara pemeriannya. Kalimat /ismiyyah/ yaitu kalimat yang dimulai dengan nomina diperikan dengan menggunakan istilah /mubtada'/ 'subyek', /khabar/ 'predikat', dan obyek. Sedangkan kalimat /fi'liyyah/ yaitu kalimat yang dimulai dengan verba diperikan dengan istilah dan /fi'l/.
Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran seluk beluk /fa'il/ dalam bahasa Arab. Untuk mencapainya dibahas dengan cara deskriptif.
Untuk menganalisis /fa'il/, penulis menerapkan teori yang berasal dari para ahli linguistik Arab, baik yang berasal dari Arab seperti Mustafa Galayyani, 'abbas Hasan, dan Ibnu Aqil, dan non Arab seperti W. Wright dan Haywood.
/Fa'il/ adalah nomina yang melakukan verba atau verbal dan terletak di belakangnya. Nomina yang menjadi /fa'il/ adalah nomina tampak yang terdiri dari dua kelompok yaitu /jamid/ 'asli' dan /musytaq/ 'turunan' yang merupakan derivasi dari kata lain, pronomina, dan nominal. Dan verbal sebagian besar merupakan anggota dari nomina turunan.

"
1990
S13136
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizfi Fariz Pari
"Progesteron adalah hormon pada tubuh, yang berfungsi untuk mempertebal dinding rahim pada fasa luteal, dan menjaga keremajaan kulit. Kekurangan hormon progesteron dapat menyebabkan kemandulan, kanker prostat, dan payudara. Untuk mengatasi penyakit akibat kekurangan hormon progesteron, dilakukan penelitian untuk mencari bahan aktif yang memiliki struktur mirip dengan progesteron pada tumbuhan. Salah satunya ditemukan bahan aktif solasodin pada buah Solanum khasianum. Senyawa ini diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 70% dengan menggunakan bantuan sonikator yang divariasi intensitasnya 20%, 30%, 60% dan 100% selama 60 menit, kemudian dilanjutkan dengan hidrolisis menggunakan pelarut HCl 1N dalam metanol untuk isolasi senyawa solasodin.
Setelah melalui proses isolasi, kristal hasil akhir di analisis dengan alat fourier transform infrared spectroscopy (FT-IR) dan metode titik leleh untuk mengetahui kebenaran hasil ekstraksi berupa kristal solasodin. Dari 150 gram simplisia, didapat ekstrak solasodin terbanyak pada intensitas sonikasi 20% sebanyak 1,3918 gram. Dengan intensitas optimal ini, dilakukan variasi waktu sonikasi selama 30 menit, 60 menit dan 120 menit. Hasil sonikasi selama 60 menit menghasilkan solasodin yang terbanyak yaitu 1,3918 gram. Hasil karakterisasi FT-IR menunjukkan fingerprint struktur solasodin yang terdegradasi gugus C-OH menjadi C=O. Hasil pengujian titik leleh menunjukkan kristal meleleh pada suhu 202,61 0.

Progesterone is a hormone’s body, which serves to thicken the uterine wall in the luteal phase, and maintain youthfulness of skin. Progesterone deficiency can cause infertility, prostate and breast cancer. To overcome the diseases caused by deficiency of progesterone hormone, people do research to find the active ingredient which has similar structure with progesterone in plants. Solasodin in Solanum khasianum fruit is one of active compounds which has similar structure to progesterone. This compound was extracted using 70% ethanol with a sonicator assistance varied intensity 20%, 30%, 60% and 100% for 60 minutes, followed by hydrolysis using 1N HCl in methanol solvent for the isolation of solasodin.
After isolation process, crystal outcomes analysed by Fourier transform infrared spectroscopy (FT-IR) and melting point method to determine the truth of the isolation. From 150 grams of simplicia, solasodin mostly produced in 20% sonication intensity, which is 1.3918 grams. With that optimal intensity, varied the time of sonication for 30 min, 60 min and 120 min. Sonication results for 60 min resulted the highest solasodin, which is 1.3918 gram. FT-IR characterization shows fingerprint of degradated solasodine on C-OH functional group to be C=O. Melting point test showed that crystal melts at 202.61 0C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library