Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Espe Dini Oktarini
"Keadaan masyarakat Indonesia setelah terjadi reformasi semakin memprihatinkan. Kebebasan yang diraih membuat masyarakat merasa gamang dan bingung harus bagaimana menyikapinya. Salah satu caranya adalah bergabung dengan kelompok-kelompok tertentu. Menurut Fromm (1991) hal seperti ini merupakan suatu mekanisme pelarian diri dimana individu yang berada dalam situasi gamang tersebut cenderung untuk menghilangkan kemandiriannya dan berpegangan pada kekuatan diluar dirinya. Kekuatan tersebut bisa berupa orang atau lembaga.
Di antara berbagai kelompok masyarakat tersebut, salah samnya adalah partai politik. Pada saat diadakannya pemilu 1999 dan Sidang LTmum DPR/MPR dalam rangka pemilihan presiden dan wakil presiden, bentrokan-bentrokan antara pendukung partai politik tidak dapat dihindarkan. Masing-masing pihak merasa dirinya atau kelompoknya yang paling benar dan merasa kekerasan-kekerasan yang dilakukan merupakan hal yang wajar. Semua itu dengan alasan membela kelompok dan pemimpinnya. Bentrokan-bentrokan tersebut baru bisa selesai bila ada tokoh otoritas yang memerintahkan untuk berhenti. Karakteristik di atas mengingatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Adomo et.al (1950) pada masa NAZI berkuasa.
Adomo yang meneliti kepribadian masyarakat pada saat itu yakin bahwa hal-hal tersebut merupakan suatu produk struktur kepribadian yaitu kepribadian authoritarian. Tiga partai politik yang pendukungnya diteliti adalah Partai Goikar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dipilihnya ketiga partai tersebut karena dalam sejarah kepartaian serta di dalam karakteristik pendukungnya terdapat ciri-ciri kepribadian authoritarian. Selain itu Partai Golkar dipilih karena partai ini mewakili pemerintah orde baru, PDI-P karena partai ini merupakan partai dengan perolehan suara terbanyak pada pemilu 1999 dan PKB karena partai ini mewakili pemerintahan saat ini.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran kepribadian authoritarian pada pendukung tiga partai politik. Penulis ingin mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan pada kepribadian authoritarian pendukung ketiga partai politik tersebut di Jakarta.
Metode penelitian yang dipakai adalah metode kuantitatif dengan tekhnik pengambilan data menggunakan kusioner. Kuesioner yang dipakai adalah California F Scale form 40 - 45 dari Adomo et.al (1950). Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu data kontrol dan kuesioner California F scale. Pada data kontrol ditanyakan keadaan demografis subyek (jenis kelamin, usia, suku, pendidikan, pendidikan orang tua dan pekerjan). dan hal-hal yang diperkirakan mempengaruhi kepribadian authoritarian subyek (pola asuh keluarga dan pendapat pribadi mengenai kelompok).
Metode statistik yang digunakan untuk pengolahan data adalah frekuensi dan prosentase. Untuk menguji signifikansi perbedaan kepribadian authoritarian ini maka digunakan desain one-w/y anova. Kemudian bila ditemukan perbedaan yang signifikan, penulis akan melakukan posi hoc tesi untuk menentukan pendukung partai yang mana yang memiliki kepribadian authoritarian paling tinggi. Penulis juga mengadakan analisa tambahan dari variabel-variabel data kontrol untuk mengetahui hal-hal yang mungkin berpengaruh pada kepribadian authoritarian ini. Analisa tambahan ini memakai metode statistik analisis muliiple regression.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada kepribadian pendukung keetiga partai politik di Jakarta. Pendukung partai politik yang memiliki kepribadian authoritarian yang paling tinggi adalah pendukung Partai Golkar. Untuk hasil analisa tambahan, pada partai Golkar ada 4 variabel yang mempengaruhi kepribadian authoritarian. Variabel-variabel tersebut adalah penerapan disiplin dalam keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, keanggotaan dalam partai dan pekerjaan. Pada PDI-P, tidak ada variabel yang mempengaruhi kepribadian authoritarian pendukungnya sementara pada PKB hanya variabel pelaksanaan keputusan kelompok yang mempengaruhi kepribadian authoritarian pendukungnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2991
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Espe Dini Oktarini
"Dalam dunia psikologi dikenal islilah psychological assesment atau tes-tes Psikologi. Ada berbagai macam tes-tes psikologi. Salah satunya adalah tes kepribadian Tujuan dari tes kepnibadian ini adalah untuk mengukur karakteristikkarakteristik seperti keadaan emosional, hubungan interpersonal, motivasi, minat dan sikap. Salah satu metode pengukuran kepribadian yang digunakan adalah metode dengan teknik proyeksi. Asumsi yang mendasari pemakaian metode ini adalah individu akan memproyeksikan karakteristik dari caranya berespon ke dalam tugas tersebut Teknik proyeksi ini sangat efektif dalam mengungkapkan aspek kepribadian yang co vertlatent atau tidak disadari (Anastasi & Urbina, 1997).
Beberapa tes yang menggunakan teknik proyeksi ini antara lain tes Rorschach yang menggunakan 10 kartu berisi percikan tinta, Thematic Apperceprian Test (TAT) yang menggunakan 30 kartu bergambar ambigu serta satu kartu kosong, Tes Draw A Man (DAP) yang menggunakan paper-pencil dimana subyek di minta urltuk menggambar manusia serta Word Association Test yang menampilkan suatu seri kata-kata yang tidak saling berhubungan dan subyek diminta untuk memberikan respon terhadap setiap kata dengan kata pertama yang terpikirkan olchnya.
Berangkat dari berbagai teknik tes keprlbadian inilah, maka seorang psikolog Senior bernama Helen D. Sargent, pada tahun 1944, mempublikasikan The lnsigizt Tes (TIT)- Pada saat itu ia ingin mengkombinasikan beberapa keuntungan dari tes kepribadian yang menggunakan teknil-c performace, yaitu menggunakan kertas dan pensil dengan teknik proyeksi yang sedang berkembang. TIT merupakan tes proyeksi verbal yang bertujuan untuk melihat integrasi tlemilciran ghought dan afek. Tes ini terdiri dari satu seri item yang disebut armamres. Armarures berupa pemyataan pernyataan mengenai suatu situasi dimana klien diminta untuk memberi respon yang menyatakan apa yang akan dilakukan serta bagaimana perasaan dari karakter terutama yang ada dalam situasi tersebut. Skoring dari tes ini terbagi dalam 3 dimensi yaitu skor A (Afek), skor D (Defense) dan skor M (Malignancy). Keuntungan dari tes ini antara lain dari segi ekonomis yang murah karena hanya membutuhkan kertas dan pensil, bisa diadministrasikan secara massal maupun individual dan individu dengan cacat visual dapat melaksanakan tes ini karena tes ini dapat dijawab secara lisan maupun tulisan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kembali reliabilitas dan valitidas tes ini sehingga tes ini nantinya dapat dikembangkan menjadi salah satu altematif dari tes-tes kepribadian yang sudah ada- Pengujian reliabilitas tes ini menggunakan metode .scorer reltabiry pada 3 dimensi skor yang ada yaitu skor A, Skor D dan Skor M. Pengujian validitasnya menggunakan rnetode criterion validity dengan kriteria kelompok kontras. Hasil skor tes pada 3 dimensi yang ada (A, D, M) akan dibandingkan dengan menggunakan metode statistik Chi-Square pada kedua kelompok kontras yang telah dipilih. Apabila ada perbedaan yang signitikan pada skor-skor tersebut maka tes tersebut valid untuk membedakan kedua kelompok, sedangkan bila tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor-skor tersebut maka tes tidak valid untuk membedakan kedua kelompok tersebut.
Di dasari oleh tujuan tes ini yaitu untuk melihat integrasi pemikiran dan afek maka peneliti memilih kelompok sampel pertama yaitu kelompok sampel schizophrenia. Schizophrenia merupal-can suatu gangguan yang termasuk dalam kelompok psychorlc disorder. Gejala atau simptom utamanya adalah gangguan pada pikiran, emosi dan tingkah laku. Terdapat adanya pemikiran dimana ide-ide tidak saling berhubungan secara logis, adanya kesalahan dalam persepsi dan atensi, gangguan yang bizarre pada afektivitas motorik dan afek yang datar Serta inappropriate.
Biasanya penderita schizhophrenia alcan menarik diri dari orang-orang disekitarnya dan realita, biasanya menuju kehidupan fantasi melalui delusi dan halusinasi kelompok ini harus memiliki ciri-ciri yang bertolak belakang dari kelompok pertama, peneliti memilih kelompok sampel normal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TIT tidak reliabel dan tidak valid dalam skor A dan skor D untuk membedakan kelompok sampel schizophrenia dengan kelompok sampel normal. Namun untuk Skor M TIT valid untuk membeqakan kelompok sampel schizophrenia dengan kelompok sampel normal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library