Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Ervi Salwati
Abstrak :
Ruang tingkup dan cara penelitian: Sampai saat ini, diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikroskopik. Cara ini memiliki keterbatasan : untuk mendapatkan tenaga mikroskopis yang berkualitas, mendeteksi parasit pads densitas rendah, mengidentifikasi spesies dan infeksi campur. Uji cepat malaria berdasarkan deteksi antigen yang dihasilkan plasmodium (HRP-2, pan-LDH dan aldolase) telah dikembangkan dengan menggunakan antibodi monokional. Adanya perbedaan batas deteksi terendah antara deteksi antigen dan pemeriksaan mikroskopik perlu digunakan PCR sebagai alat untuk koreksi, karena PCR mempunyai sensitivitas melebihi mikroskopik Dengan kelebihan ini, hasil pemeriksaan mikroskopik akan terkoreksi dengan baik. Sampel penelitian ini adalah 495 pasien tersangka malaria yang datang berobat ke Puskesmas Hanura (Lampung Selatan). Deteksi antigen dilakukan pads saat darah diambil Pemeriksaan mikroskopik dilakukan di Jakarta tanpa mengetahui hasil pemeriksaan deteksi antigen. Dari spot darah pasien DNA di ekstrak dengan menggunakan metode ekstraksi saponin-chelex dan selanjutnya dilakukan annplifikasi DNA dengan primer yang mengapit daerah 18S ssu rRNA.
Hasil :Ketidak sesuaian hasil antara pemeriksaan mikroskopik dan deteksi antigen HRP-2 dengan atau tanpa pan-LDH, ditemukan pada 38 penderita yang dikelompokkan menjadi : 1) positif palsu sebanyak 47,4% (18/38), 2) negatif palsu 40% (15138); 3) ketidak sesuaian spesies 13,2% (5138). Setelah dikoreksi PCR, positif palsu berkurang menjadi 11 dan negatif palsu menjadi 14. Deteksi antigen HRP2 dengan atau tanpa pan-LDH mempunyai sensitivitas lebih balk dalam mendeteksi P.falciparum dibandingkan mikroskopik walaupun perbedaan tersebut tidak bermakna untuk deteksi antigen HRP-2 saja, tetapi bermakna untuk deteksi antigen HRP-2 dengan pan-LDH. Pemeriksaan mikroskopik mempunyai sensitivitas lebih baik dari pada deteksi antigen pan-LDH dalam mendeteksi P. viva:c tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna.
Kesimpulan : deteksi antigen HRP-2 dengan atau tanpa pan-LDH tidak dapat menggantikan pemeriksaan mikroskopik.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T58494
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ervi Salwati
Abstrak :
Spermatozoa dikatakan normal apabila kepala berbentuk oval dan. ekor tidak menggelun . g. Setiap penyimpangan dari salah satu kriteria spermatozoa .yang normal dipandang sebagai abnormal* Telah dilakukan pengamatan secara mikroskopik terhadap bentuk- I bentuk spermatozoa pada 90 pria pasangan infertil. Sampel dikelompokkan ke dalam tiga kelompok tingkat . kesubur an menurut klasifikasi Farris (1951) yaitu: ke,lompok I, jika terdapat lebih dari 185 juta spermatozoa mo til pep ejakulat; kelompok 11 9 jika terdapat 80 - 185 juta spermatozoa mo I til per ejakulat; dan kelompok III, jika terdapat kurang dari. 80 juta spermatozoa motil per e jakulat. Penghitungan bentuk-bentuk spermatozoa dilakukan dengan cara menghitung jumlah . masing-masing bentuk spermatozoa pada sediaan yang cukup tipis dan penyebarannya merata. Kemudian ., dihitung 500 spermatozoa yang ada di dala .m sediaan tersebut dan diklasifikasikan menurut morfologi yang terlihat di bawah mikros. kop yaitu: bentuk normal oval) dan bentuk abnormal yang terdiri dari kepala . besar, kepala keeil l kepala "tapering'19 kepala 11pyriform"s kepala "amorphous" t kepala duag I dan . kelainan ekor. Hasil per1jitungan dengan uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah spermatozoa abnormal di antara ketiga kelompok-tingkat kesuburant Perbedaan yang nyata ter,- lihat antara kelompok III dengan kelompok I dan kelompok I . I,sedangkan antara kelompok I dan kelompok II I tidak menunjukkan perbedaan. Selanjutnya dengan uji X2 terbukti bahwa I proporsi ketujuh bentuk-bentuk spermatozoa abnormal berbeda nyata di antara ketiga kelompok ' tingkat kesuburan. Dengan uji beda proporsi juga terbukti bahwa pada setiap kelompok tingkat kesuburan antara. ketujuh bentuk spermatozoa abnormal menunjukkan perbedaan. Bentuk kepala kecil dan kepala " tapering" merupakan bentuk yang sering muncul pada ketiga kelompok tingkat kesuburan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library