Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eri Vidiyanto
Abstrak :
Cara seseorang memandang masa depannya seringkali diistilahkan sebagai orientasi masa depan. Trommsdorff (1983) mendefinisikan orientasi masa depan sebagai fenomena kognisi-motivasional yang kompleks dimana seseorang melakukan antisipasi dan evaluasi terhadap masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan. Nurmi (1989) membagi orientasi masa depan kedalam 3 proses dasar yakni motivasi (motivation), perencanaan (planning) dan evaluasi (evaluation) yang berinteraksi dengan skemata kognitif' nlengenai tugas perkembangan yang diantisipasi. Proses motivasi mengacu pada apa yang menjadi minat individu di masa depan, sedangkan proses perencanaan mengacu pada bagaimana sescorang merencanakan perwujudan minatnya. Adapun proses evaluasi memfokuskan pada sejauhmana seseorang berharap agar minatnya dapat terwujud. Remaja merupakan usia dimana seseorang mengalami suatu masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa (Papalia, Olds & Feldman. 2001). Hal ini menjadikan masalah pencarian identitas diri sebagai tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh setiap remaja. Identitas diri tidak hanya terkait dengan apa yang ada dalam diri seseorang saat ini, tetapi juga berkaitan dengan masa depan seseorang, termasuk harapan, cita-cita dan berbagai rencana untuk mencapai tergetan individu di masa depan (Trommsdorf, 1986). Sebagaimana dikatakan oleh Havighurst (dalam Nurmi. 1994) bahwa keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas perkembangannya akan menjadi dasar bagi penyelesaian tugas perkembangan sclanjutnya. Mengingat pentingnya penyusunan orientasi masa depan yang jelas dan realistis bagi remaja, maka modul ini menawarkan sebuah alternatif pelatihan yang bertemakan "Planning Your Future". Pelatihan merupakan kumpulan aktivitas formal atau informal yang dirancang untuk memberikan kontribusi terhadap tingkat pengetahuan, kcterampilan dan sikap peserta pelatihan (Lucas, 1994). Subyek yang menjadi sasaran dalam pelatihan ini adalah usia remaja akhir. yakni mereka yang sedang duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Pada penyusunan modul pelatihan ini, analisis kebutuhan dilakukan melalui pemberian kuisioner sebagai metode utama. dan wawancara sebagai metode pelengkap. Tujuan pelatihan ini adalah untuk menyadarkan remaja akan pentingnya mempersiapkan masa depan dan membekali mereka dengan pemahaman serta berbagai keterampilan untuk menyusun rencana masa depan yang jelas dan realistis. Tujuan pelatihan ini kemudian diturunkan menjadi sasaran-sasaran yang termanifestasi di dalam setiap sesi pelatihan. Isi pelatihan dirangkum dalam sebuah modal yang terdiri alas 7 sesi. Pelatihan ini nlembutuhkan waktu 2 hari. dimana setiap harinya berlangswig selama 7 - 8 jam. Evaluasi yang akan digunakan dalam pelatihan ini terdiri dari 2 jenis, yakni evaluasi terhadap program pelatihan dan evaluasi terhadap pemahaman peserta. Kedua macam evaluasi ini akan disajikan dalam bentuk kuisioner. Sebelum modul pelatihan ini dilaksanakan, sebaiknya diujicobakan terlebih dahulu kepada beberapa remaja untuk melihat apakah program ini sudah efektif untuk membekali mereka dengan kemampuan menyusun orientasi masa depan. Selain itu, ada baiknya dilakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada remaja mengenai pentingnya mempersiapkan masa depan, melalui seminar atau buletin-buletin karena hal ini seringkali menjadi suatu hal yang tidak disadari oleh remaja. Seusai pelatihan sebaiknya ditindaklanjuti dengan pembentukan komunitas. sehingga proses pencapaian terget yang telah dibuat peserta dalam pelatihan dapat terus terpantau.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18569
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Vidiyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Quality of School Life (QSL) adalah kesejahteraan dan kepuasan peserta didik secara umum pada kehidupan di sekolahnya, dipandang dari pengalaman positif dan negatif mereka di sekolah dan aktivitasnya di sekolah (Linnakyla, 1996). QSL merupakan salah satu bentuk dari persepsi sosial. Sebagaimana dikatakan oleh Baron dan Byrne (2000) bahwa persepsi sosial merupakan proses yang terjadi manakala seseorang berusaha untuk mengetahui dan memahami orang lain atau situasi, maka dalam QSL hendak dilihat bagaimana peserta didik mempersepsi kehidupan di sekolahnya. Menurut William dan Batten (dalam Mok & Flynn, 1997) dalam QSL terkandung 7 dimensi yang terkait dengan kepuasan peserta didik terhadap sekolahnya, yaitu kepuasan peserta didik secara umum terhadap sekolahnya, perasaan negatif peserta didik terhadap sekolahnya (karena samasama membahas tentang perasaan peserta didik maka oleh peneliti kedua dimensi ini digabungkan dalam dimensi perasaan-perasaan peserta didik selama di sekolah), dimensi hubungan dengan guru, sense of achievement di sekolah, peluang (opporiunily) peserta didik menghadapi masa depan, pembentukan identi.tas peserta didik di sekolah, serta harga diri dan status peserta didik di sekolah. Pada penelitian ini, hendak dilihat bagaimana persepsi QSL antara peserta didik yang berasal dari SMU di daerah rural dan urban Bekasi karena sebagaimana prinsip reciprocal determinism yang diutarakan oleh Bandura (dalam Hall & Lindzey, 1985) bahwa perilaku manusia selalu berhubungan dengan lingkungan dan proses persepsinya. Sehingga dari penelitian ini dapat diketahui apakah ada persamaan atau perbedaan persepsi terhadap QSL antara peserta didik di rural dan urban serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persamaan maupun perbedaan tersebut. Penelitian ini menjadi penting karena persepsi peserta didik terhadap sekolah akan berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan selama berada di sekolahnya yang kelak akan berimbas pada hasil prestasi belajarnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengambilan data melalui wawancara. Wawancara dilakukan terhadap 4 subyek yaitu 2 subyek berasal dari SMU di daerah rural dan 2 subyek dari SMU di daerah urban Bekasi. Subyek diambil dari peserta didik SMA dikarenakan ketika SMA, seseorang mulai memasuki masa remaja akhir dimana perubahan emosinya semakin meninggi seiring perubahan pada fisik dan psikologisnya (Hurlock, 1992), tekanan peer group-nya pun semakin besar (Papalia, Olds & Feldman, 2001), serta mulai dituntut untuk mempersiapkan karir dan vikasionalnya (Havighurst dalam Sukadji, 2000). Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada beberapa persamaan dan tidak ditemukan perbedaan yang cukup besar mengenai gambaran QSL antara peserta didik SMU yang berada di daerah rural dan urban Bekasi. Persamaan utama yang dijumpai diantaranya, keempat subyek sama-sama merasa nyaman di sekolah dikarenakan dapat berinteraksi dengan teman-teman dan merasa tidak puas dengan fasilitas yang tersedia di sekolahnya, hal ini terkait dengan aspek dalam QSL yaitu pembentukan identitas peserta didik di sekolah dan aspek perasaanperasaan peserta didik selama berada di sekolah. Persamaan lainnya adalah samasama menilai kepuasan terhadap aspek hubungan dengan guru berdasarkan potensi dan kepribadian guru. Selain itu, terkait dengan dimensi peluang (opportunily) peserta didik menghadapi masa depan, semua subyek menyatakan bahwa sekolah belum memberikan bekal yang cukup untuk menghadapi masa depan. Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran guna memperbaiki penelitian selanjutnya, diantaranya melengkapi pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode kuantitatif agar dapat diperoleh gambaran QSL dari peserta didik secara menyeluruh. Selain itu, perlu juga ditambahkan data dari significant others serta penentuan lokasi rural yang masih belum banyak terkena imbas modernisasi agar terlihat perbedaannya. Kemampuan peneliti dalam menggali dan mengolah data pun perlu ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan kredibilitas penelitian. Adapun saran praktis yang dapat peneliti sampaikan diantaranya; sekolah hendaknya mampu mengefektifkan peran bimbingan konseling (BK) guna membantu peserta didik mengarahkan karir dan vokasionalnya, guru pun hendaknya mampu menjalin komunikasi yang baik serta memberikan teladan pada peserta didik. Selain itu, pihak sekolah diharap dapat menyertakan peserta didik dalam penetapan suatu kebijakan lokal di sekolah dan mampu pula mengusahakan kelengkapan sarana dan prasarana sehingga aktivitas belajar mengajar dapat berjalan optimal.
2004
S3446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library