Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eny Haryati
"Dalam rangka usaha mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, Indonesia menerapkan program Keluarga Berencana (KB) mulai tahun 1969, dengan sasaran langsung untuk menurunkan angka kelahiran (Fertilitas). Setelah program KB Dilaksanakan selama empat pelita (tahun 1989), maka program KB mulai menampakkan hasilnya. Total Fertility Rate (TFR) turun dari 5,55 pada tahun 1969 menjadi 3,33 pada tahun 1989. Tetapi program KB ternyata memerlukan sumberdaya (dana, sarana dan prasarana) yang sangat besar yang berupa subsidi Pemerintah.
Menyadari bahwa ketergantungan dana pada (subsidi) seperti ini tidak penguntungkan untuk suatu program jangka panjang; dan menyadari bahwa masyarakat sudah mulai bisa menerima program KB (Norma Keluarga Kecil); serta menyadari bahwa keadaan social ekonomi masyarakat mengalami peningkatan; maka BKKBN sebagai koordinator program lalu mencanangkan adanya Program KB Mandiri, adalah program KB swadana (yang dibiayai oleh masyarakat akseptor sendiri, dan pelayanannya dilakukan oleh pihak institusi swasta).
Penelitian ini berusaha untuk : 1). Mengetahui bagaimana kebijaksanaan Program KB Mandiri. 2). Mengetahui bagaimana pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Program KB Mandiri di Kabupaten Ponorogo. 3) Mengetahui apa faktor-faktor SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) dari program KB Mandiri di Kabupaten Ponorogo. 4) Mengevaluasi Model Pengembangan Kelembagaan yang saat ini diterapkan. 5) Hencari temuan tentang Model Pengembangan Kelembagaan KB Mandiri yang lebih baik, yakni yang lebih bisa mengefektifkan transisi dari Program KB Biasa Menuju Program KB Mandiri Penuh.
Langkah pertama, dilakukan Studi Literatur terhadap teori-teori yang relevan dengan topik penelitian ini, yakni meliputi : Teori Pembangunan, Teori Kebijaksanaan, dan Teori Pengembangan Kelembagaan. Langkah kedua, dilakukan Studi Kebijaksanaan sekaligus menganalisis kebijaksanaan (Bromley, 1989),yakni terhadap Kebijaksanaan KB Mandiri mulai Kebijaksanaan Umum (Pusat) sampai Kebijaksanaan RB Mandiri di tingkat Kabupaten. Langkah ketiga, mendiskripsikan data sekunder tentang implementasi Pengembangan Kelembagaan KB Mandiri. Data ini diperoleh melalui Studi Dokumentasi (Lexy J Moleong,1991). Langkah keempat, melakukan Analisis SWOT terhadap data mengenai implementasi Pengembangan Kelembagaan KB Mandiri tersebut (John M Bryson, 1991). Langkah kelima, menarik suatu (temuan) atas hasil dari Analisis SWOT tersebut, dan temuan ini kemudian dianalisis dengan menggunakan Analisis Memastikan Temuan /Confirming Finding Analysis (Miles, 1984 ), dengan menggunakan data primer (dari informan) yang diperoleh melalui Wawancara mendalam (Manasse Halo, 1985) dan Triangulasi (Miles, 1984). Dari sini kemudian ditarik suatu Model Pengembangan Kelembagaan KB Mandiri yang ditawarkan, yang menurut peneliti memiliki peluang efektif lebih tinggi.
Hasil dari Confirming Finding Analysis menunjukkan bahwa Program KB Mandiri yang pelayanannya diberikan oleh institusi swasta mempunyai kualitas yang baik. Akan tetapi program KB Mandiri ini hanya menjaring masyarakat kelas tertentu (Keluarga Sejahtera Tahap II, III, dan III+), dan mereka puas dengan pelayanan yang mereka terima. Dan sebaliknya Program KB Biasa yang pelayanannya diberikan oleh Puskesmas dan RSU mempumyai kualitas yang kurang baik. Masyarakat yang menggunakan jasa ini adalah Keluarga Tahap Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera Tahap I. Dan mereka kecewa atas pelayanan yang mereka terima. Bila keadaan terus berlanjut demikian, maka Program KB Mandiri akan sulit untuk mencapai keberhasilan. Selama ini target pencapaian akseptor KB Mandiri hanya mencapai 50,68%).
Temuan yang sekaligus merupakan Model Pengembangan Kelembagaan KB Mandiri yang peneliti tawarkan, yang sekaligus pula merupakan output dari penelitian ini adalah bahwa untuk mencapai keberhasilan program KB Mandiri baik jangka pendek maupun jangka panjang perlu dilakukan pexubahan Kebijaksanaan dengan jalan HAPUSKAN KB BIASA DAN JADIKAN KB MANDIRI SRBAGAI ALTERNATIF TUNGGAL DALAM BER-KB. Dengan catatan Program KB mandiri yang baru tersebut mengengal adanya 2 macam cara pembayaran 1) Pembayaran Seperti Biasa (untuk masyarakat yang mampu, dan 2) Sistem Pembayaran dengan dana JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) untuk masyarakat yang kurang/tidak mampu.
Untuk mendukung perubahan kebijaksanaan ini memang memerlukan perubahan pada beberapa variabel Pengembangan Kelembagaannya. Dengan demikian masyarakat baik yang mampu maupun yang kurang/tidak mampu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan KB yang berkualitas, yakni pelayanan KB Mandiri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
T2289
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Haryati
"Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kepatuhan perawat melakukan hand hygiene sebelum dan sesudah penggunaan hand rub pocket/clip-on dispenser di Instalasi gawat darurat rumah sakit umum pusat Fatmawati. Desain penelitian ini pra-eksperiment dengan one-group pra-post test design. Perlakuan yang diberikan adalah hand rub pocket/clip-on dispenser. Penelitian ini mengambil sampel perawat Instalasi gawat darurat Fatmawati berjumlah 45 orang. Observasi dilakukan secara total sampling dengan menggunakan lembar format observasi World Health Organization. Hasil penelitian didapatkan Mayoritas responden adalah berusia 25-35 tahun, berjenis kelamin perempuan (64,4%) dan berpendidikan DIII Keperawatan (84,4%). Kepatuhan hand hygiene perawat Instalasi gawat darurat Fatmawati sebelum perlakuan rata-rata sebesar 0,45 (SD=0,20) dan sesudah perlakuan rata-rata sebesar 0,83 (SD=0,17). Penggunaan jenis hand hygiene terbanyak sesudah perlakuan adalah hand rub pocket/clip-on dispenser rata-rata 1,84 (SD=1,53). Hasil uji t dependen menyatakan p=0,00 (p < 0,05) berarti ada perbedaan tingkat kepatuhan hand hygiene perawat sebelum dan sesudah perlakuan. Penggunaan hand rub pocket/clip-on dispenser perlu diadakan di pelayanan rumah sakit.

This research aimed to know the differences of hand hygiene compliance of nurses before and after used of hand rub pocket/clip-on dispenser at emergency unit at the public hospital of Fatmawati. This research used design preeksperiment with one-group pre-post test design. The intervention were hand rub pocket/clip-on dispenser. The respondents are 45 emergency nurses at the Fatmawati hospital. Observations hand hygiene using format observation world health organization. Results, the majority of respondent were aged 25-35 years, female sex (64.4%) and educated DIII Nursing (84.4%). Hand hygiene compliance of nurses emergency unit at Fatmawati hospital before intervention by an average of 0.45 (SD = 0.20) and after intervention by an average of 0.83 (SD = 0.17). The most used type of hand hygiene hand rub was after intervention is hand rub pocket/clip-on dispenser on average 1.84 (SD = 1,53). The results of independent t-test, there were significant differences in the level of compliance of hand hygiene before and after intervention with p value of 0,000 (α < 0,05). The recommendations of this study is hand rub pocket/clip-on dispenser can used in the hospital service."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46162
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Haryati
"Salah satu pemenuhan kebutuhan dalam rangka pemulihan kondisi fisik ibu menyusui paska bedah sesar adalah kecukupan nutrisi. Akan tetapi, banyak ditemukan ibu yang melakukan pantang makan. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan pengalaman ibu menyusui paska bedah sesar melakukan pantang makan di Cirebon. Penelitian fenomenologi ini melibatkan delapan partisipan melalui wawancara mendalam.
Hasil penelitian mengidentifikasi tujuh tema yaitu pantangan utama pada ibu; pembatasan asupan karbohidrat, garam dan cairan; peningkatan asupan protein nabati, sayur, dan buah; anjuran orangtua, tradisi/kepercayaan dan agar ibu dan bayi sehat merupakan alasan ibu melakukan pantang makan; produksi ASI kurang, masalah fisik dan psikologis dialami oleh ibu; meningkatkan asupan sayur daun katuk, bengkoang, susu dan minum pelancar ASI dilakukan untuk memperlancar ASI dan harapan terhadap petugas kesehatan. Penelitian merekomendasikan bahwa pentingnya pemberian informasi pada ibu dan keluarga dengan pendekatan aspek budaya.

One of the needs in physical recovery of mother after caesarean section is the adequate amount of nutrients, but there are so many mothers who do food restriction after caesarean. The aim of this research is to describe the experience of food restriction on breastfeeding mother after caesarean section in Cirebon. This phenomenology research involved eight participants through in-depth interview.
This study identified seven themes, the major of food restriction; limitation of carbohydrate, salt and liquid consumption; the increasing of vegetables protein, vegetables, and fruits consumption; parents'advice, tradition/beliefs that make the mother and the baby healthy are the reasons to do food restriction; lack of breastmilk production, physical and phsycological problems faced by mother; increases the consumption of 'katuk' leaves, yum bean, milk and supplement for increasing breastmilk production and the expectations to the health workers. The study recommends that the importance of giving information to the mother and family with cultural aspect approach.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T42656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library