Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Ening
Abstrak :
Sistem logistik distribusi BBM beberapa wilayah di Indonesia yang kurang efisien akan menyebabkan tingginya biaya penyediaan BBM wilayah tersebut. Hal tersebut bisa disebabkan oleh letak geografinya yang jauh dari kilang, rute distribusi yang tidak efektif kapasitas kilang kecil sehingga biaya pengolahan kilangnya tinggi. Terbatasnya infrastruktur penyediaan dan pendistribusian BBM dapat menghambat suplai BBM. Untuk memperbaiki system logistik distribusi BBM yang ada diantaranya dengan mengubah rute distribusi, moda transportasi, sumber kilang, dan membangun infrastruktur baru yang lain.
Secara umum rantai suplai BBM dimulai dari titik kilang atau Floating storage menuju terminal transit/instalasi kemudian diteruskan ke depot selanjutnya ke beberapa SPBU atau pengguna besar. Pemodelan distribusi BBM pada studi ini meliputi biaya BBM keluar kilang, biaya transportasi dan biaya penyimpanan. Pemodelan ini menggunakan program Powersim Studio Expert 2001. Model distribusi BBM dibuat untuk tiap propinsi berdasarkan permintaan BBM, rute/jarak distribusi BBM, harga pokok BBM tiap kilang, dan biaya penyimpanan.
Pada studi ini dilakukan analisis biaya penyediaan BBM nasional dan optimasi biaya penyediaan distribusi BBM. Dari hasil analisis biaya penyediaan BBM, cost of supply BBM yang dialas rata-rata nasional ada 12 propinsi. Salah satunya adalah Sumatera Barat. Pada studi ini optimasi dilakukan pada propinsi Sumatera Barat sedangkan optimasi propinsi lain dapat dilakukan dengan metode yang sama dengan Sumatera Barat. Optimasi ini menggunakan program Powersim Solver.
Pada optimasi biaya penyediaan BBM Sumatera Barat dilakukan dengan 3 alternatif pola distribusi BBM. Sumber kilang altematif yaitu Dumai, Cilacap, dan Floating Storage Semangka. Moda transportasi yang dipilih yaitu pipa dan tanker. Dari hasil optimasi biaya penyediaan BBM Sumatera Barat yang optimal adalah alternatif I dengan sumber kilang dari Dumai kemudian ke depot Padang dengan menggunakan pipa. Hasil optimasi ini dapat meminimalkan biaya penyediaan BBM Sumatera Barat sampai turun 26%. Biaya penyediaan sebelum optimasi 2,9 milyar USD dan setelah optimasi menjadi 2,2 milyar USD.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T16180
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ening
Abstrak :
Cadangan gas alam Natuna memiliki kandungan CO2, yang tinggi sekitar 71%. Hal ini akan menimbulkan masalah jika tidak dimanfaatkan. Sejalan dengan perkembangan teknologi, metanol telah berhasil disintesis melalui reaksi hidrogenasi CO2.
Gas hidrogen yang digunakan dalam reaksi hidrogenasi berasal dari elektrolisa air, dimana untuk menghasilkan gas tersebut memerlukan energi listrik sebesar 8,05 x 10^8 kwh/tahun. Sintesis metanol dengan reaksi hidrogenasi CO2 menggunakan reaktor ganda dan umpan balik aliran (recycle) untuk menaikkan konversi reaksi tersebut.
Gas hidrogan yang diperlukan untuk pembuatan metanol 2750 ton/hari yaitu sebesar 22100 kmol/jam. Pembuatan metanol pada skenario 4 ini memiliki kinerja teknis efisiensi termal total sebesar 38,47% dan efisiensi karbon total sebesar 45,23%. Hasil analisa ekonomi dengan menggunakan parameter NRR, IRR, dan PBP untuk investasi pemanfaatan CO2 Natuna Skenario 4 ternyata tidak menguntungkan walaupun dengan asumsi bahwa seluruh produk metanol dan oksigen akan diterima oleh pasar.
Uji kepekaan dilakukan dengan perubahan kapasitas produksi, harga jual produk, harga jual bahan baku, dan tingkat suku bunga. Dari analisa kepekaan ini, investasi tetap tidak menguntungkan walaupun kapasitasnya dinakikkan sampai 10 kali kapasitas dasar. Pada kapasitas dasar investasi ini akan menguntungkan bila harga listrik 0,02 US$/kWh dengan harga methanol lebih besar dari 217 US$/ton dan harga listrik 0,07 US$/kWh dengan harga methanol 530 US$/ton.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49218
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library