Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eko Handoyo
Abstrak :
Biosensor yang memanfaatkan jaringan SWCNT sebagai transduser dan PDMS sebagai substrat sistem mikrofluida memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi biosensor yang memiliki senstivitas tinggi dan mudah dipabrikasi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat rangka biosensor yang sensitif terhadap lingkungan elektroniknya. Sensitivitas dari biosensor dapat dicapai dengan mengatur kerapatan jaringan SWCNT dibawah titik perkolasinya, sehingga jaringan SWCNT memiliki sifat semikonduktif. Penelitian ini menghasilkan rangka biosensor dengan tiga variasi kerapatan pada sensornya, dan berdasarkan titik perkolasinya, satu sensor dengan kerapatan rendah memiliki sifat semikonduktif dengan perubahan respon terhadap larutan KCl 3.10-2 M mencapai 90 kali dan dua sensor dengan kerapatan tinggi memiliki sifat logam dengan perubahan respon 1,1 dan 1,04 kali. ......Biosensor that utilizes Single Wall Carbon nanotube(SWCNT) network as transducer and Poly(dimethylsiloxane) (PDMS) as a substrate for microfluidic system has potential to be developed as biosensor that have high sensitivity and fabricated easily. The aim of this research is to make sensitive framework of biosensor against its electronic environment. The sensitivity of biosensor can be achieved by adjusting the density of the SWCNT network below its percolation point, so that it has semiconducting characteristic. From this research, we have created framework of biosensor with three wariations of SWCNT's density, and based on its percolation point, one sensor with low density network have semiconductive characteristic and two sensors with high density network has metallic characteristic. Biosensor framework response to 3.10-2 M KCl solutions increasing electrical current up to 90 times for semiconductive sensor and only 1.1 and 1.04 for metallic sensors.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1642
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Handoyo
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan akses terbuka (open access) pada repositori institusi. Sampel yang diambil yaitu Perpustaakaan Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Analisis data menggunakan empat tahap yaitu tahap pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap penyajian data, tahap verifikasi serta penarikan kesimpulan. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling purposive dengan menetapkan dua kriteria sampel yaitu1). memiliki repositori perpustakaan, 2) memiliki kebijakan pengelolaan repositori perpustakaan. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa seluruh perpustaakaan PTN di Jawa Tegah telah menggunaan repositori. Adapaun software yang digunakan rata-rata menggunakan Eprints, selebihnya Slims dan membuat aplikasi sendiri. Konten yang terdapat di repositori adalah karya tulis ilmiah karya sivitas akademika baik dalam bentuk TA, Skripsi, disertasi, jurnal, dan majalah ilmiah. Kebijakan akses yang diterapkan informan menggunakan kebijakan open access sebanyak 25%, partial access sebanyak 66,67% dan close access sebanyak 8,3%. Faktor yang memperngaruhi pelaksanaan open acces adalah 1). Hak cipta masih ada pada penulis 2). Belum ada kebijakan tertulis 3). Kepala perpustakaan tidak memiliki hak penuh untuk menentukan kebijakan 4). terdapat perbedaan pandangan antar pemangku jabatan terhadap repositori institusi akses terbuka berdampak pada kebijakan akses dan aksesibilitas ke repositori institusi, bahwa dalam rangka perlindungan karya akademik diterapkan pembatasan akses. Payung hukum yang digunakan untuk melaksanakan kebijakan akses repositori pada institusi yaitu dengan menerbitkan Surat Keputusan Rektor (SK), Standard Operating Procedure (SOP) dan kebijakan perguruan tinggi. Sedangkan peran kepala perpustakaan dalam penerapan repositori sebagai fasilitator dalam penyusunan payung hukum dan kebijakan akses konten repositori.
Jakarta: Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, 2020
020 VIS 22:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Handoyo
Abstrak :
Sumber utama pencemaran perkotaan adalah transportasi. BTX (Benzene, Toluene dan Xylene) adalah merupakan agen pencemar polutan udara kegiatan transportasi yang berbahaya bagi kesehatan. Petugas pintu tol merupakan kelompok berisiko tinggi terpajan BTX. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko kesehatan akibat pajanan BTX pada petugas pintu tol kebun jeruk Jakarta barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bagian gardu pintu tol rata-rata konsentrasi (mean+SD) benzena sebesar 0,00167+0,000056 mg/m3, Toluena sebesar 0,00124+0.000049 mg/m3 dan Xylena sebesar 0,00147+0,000063 mg/m3 sedangkan pada kantor administrasi konsentrasi tidak terdeteksi oleh alat (Method Detection Limit). Rata-rata RQ benzene 0,007, toluene 0,00003 dan xylene 0,002 pada petugas tol lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata RQ benzene 0,002, toluene 0,00001 dan xylene 0,007 petugas administrasi. Kesimpulan bahwa risiko nonkarsinogenik BTX semua pekerja memiliki RQ≤1. Risiko kesehatan nonkarsinogenik dan karsinogenik untuk seluruh pekerja di gerbang pintu tol kebun jeruk pada saat ini belum menunjukkan adanya risiko. Namun demikian, tindakan pencegahan tetap perlu dilakukan dalam rangka pengendalian risk agent tersebut di masa yang akan datang. ...... The main sources of urban pollution is transportation. BTX (Benzene, Toluene and Xylene) is an air pollutant pollutant agent transport activities that are harmful to health. Worker in toll gate is high risk groups exposed to BTX. Design of this study is cross-sectional with Environmental Health Risk Analysis approach to determine the magnitude of health risks due to exposure to benzene, toluene and xylene in the Kebun Jeruk toll gate, west Jakarta. The results showed that at the toll collectors average concentration (mean+SD) was : benzene 0.00167+0.000056 mg/m3, toluene 0.00124+0.000049 mg/m3 and xylene 0.00147+0,000063 mg/m3. while at the administrative office was not detected (Minimum Detection Limit). The average RQ collector workers of benzene was 0.007, toluene was 0.00004, xylene was 0.002, & At administrative officer RQ of benzene was 0.002, toluene was 0.00001, xylene was 0.0006 lower than the average of worker toll gate. In conclusion, the risk of all workers have the RQ ≤ 1. Noncarcinogenic and carcinogenic health risks to all workers at the kebun jeruk toll gate at this point have not shown any risk yet. Nevertheless, protections is needed in order to control the risk of the agent in the future.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library