Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edwin Suharlim
Abstrak :
Latar belakang: Pemeriksaan radiografi secara bedside sering dilakukan pada pasien non-transportable. Literatur dahulu menyatakan jarak 2 meter merupakan jarak yang aman, dimana radiasi sekunder teratenuasikan sesuai radiasi latar. Namun pada observasi dan studi didapatkan petugas medis cenderung meninggalkan ruangan, yang dapat mengganggu pelayanan pada pasien dan menyebabkan terhentinya prosedur yang sedang berjalan. Sejauh penelusuran data tidak ditemukan data yang mengukur dosis radiasi sekunder di ruang perawatan intensif, yang dilakukan pada jarak 2 meter di RSUPD Cipto Mangunkusumo maupun Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan data primer berupa 42 radiografi toraks, dilakukan di ruang perawatan intensif (ICU) RSUPN Cipto Mangunkusumo pada bulan Juli 2019 hingga April 2021. Diperoleh juga data sekunder berupa jumlah pemeriksaan radiografi pada sistem Picture archiving and communication system (PACS) dengan lokasi di ruang perawatan intensif selama tahun 2017 hingga 2019. Hasil: Rerata dosis radiasi sekunder untuk pemeriksaan radiografi toraks pada jarak 2 meter di ICU adalah 0,323 (± 0,192) μSv, dengan estimasi radiasi sekunder kumulatif selama 3 tahun dalam rentang 0,40 – 0,44 mSv per tahun. Status gizi, kVp, mAs, dan ketebalan tubuh memiliki hubungan bermakna pada uji bivariat terhadap dosis radiasi sekunder (p < 0,05), dengan variabel akhir setelah uji multivariat adalah mAs (p < 0,001). Simpulan: Estimasi dosis radiasi sekunder kumulatif untuk petugas medis di ICU lebih kecil dibandingkan nilai batas dosis masyarakat umum. Faktor yang paling menentukan dosis radiasi sekunder pada jarak 2 meter adalah faktor eksposi yaitu mAs yang ditentukan oleh radiografer. ......Background: Bedside radiography often done to non-transportable patients. Previous studies has shown that 2 meter is a safe distance, at which secondary radiation would be attenuated to background level. Yet from observation and studies, medical personel tend to leave the room, which could disrupt care to patients and cause disturb ongoing procedure. Data tracing done by the researcher has shown no other study which measure secondary dose radiation in intensive care unit, at a distance of 2 meters, in RSUPN Cipto Mangunkusumo or Indonesia. Method: This study collected primary data of 42 chest radiograph, done in intensive care unit of RSUPN Cipto Mangunkusumo from July 2019 to April 2021. Secondary data was also collected in form of number or radiograph from Picture archiving and communication system with location of intensive care unit from year 2017 to 2019. Result: Mean secondary radiation dose for chest radiograph at a distance of 2 meters is 0,323 (± 0,192) μSv, with cumulative secondary radiation dose estimation of 3 years in range of 0,40 – 0,44 mSv per annum. Nutritional status, kVp, mAs, and chest thickness have statistically significant correlation in bivariate analysis to secondary radiation dose (p < 0,05), with final variable after multivariate analysis of mAs (p < 0,001). Conclusion: Cumulative secondary radiation dose for medical personel in ICU is less than dose limit for public exposure. The most significant variable to determine secondary radiation dose in 2 meters distance is exposure factor which is mAs that is determined by operator.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Suharlim
Abstrak :
Setiap harinya 1500 wanita meninggal akibat masalah yang berkaitan dengan kehamilan ataupun kelahiran Pada tahun 2005 terdapat 536 000 kematian ibu di seluruh dunia yang sebagian besar terjadi di negara negara berkembang Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menekan angka kematian ini adalah dengan menggunakan kontrasepsi sehingga kehamilan dapat dicegah Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keberadaan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan keluarga penghasilan keluarga serta paritas terhadap penggunaan serta preferensi kontrasepsi Pengumpulan data berlangsung dari 1 Maret 2011 sampai 1 Juli 2011 di Jakarta Timur Penelitian ini menunjukkan adanya 460 responden berbalita dari 2401 responden Dari 460 responden tersebut terdapat 363 78 9 responden yang menggunakan kontrasepsi dengan preferensi tertinggi berupa suntikan yaitu 165 35 9 dari seluruh data yang dikumpulkan Dengan uji chi squared didapatkan kalau tingkat pendidikan keluarga memiliki hubungan dengan penggunaan kontrasepsi p 0 001 hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu tersebut semakin mudah menerima perkembangan yang ada Sebaliknya tingkat penghasilan keluarga tidak memiliki hubungan bermakna dengan penggunaan kontrasepsi p 0 647 hal ini disebabkan oleh banyaknya pelayanan pemasangan kontrasepsi gratis yang dilakukan pemerintah sehingga masyarakat hanya perlu membayar alatnya saja Sedangkan tingkat paritas memiliki hubungan bermakna pada penggunaan kontrasepsi p 0 000 Ini sesuai dengan penduduk semakin memahami kalau resiko kematian ibu meningkat seiring dengan banyaknya melahirkan ...... Each day there are 15000 women deaths for pregnancy or birth related problems In 2005 there were 536000 deaths for women in the whole world and most of them occurred in developing countries As to reduce this number one of the solutions would be to use contraceptives which could prevent pregnancies The purpose of this research is to ascertain the relation between family education family income and parity towards the usage of contraceptives The data collection started from 1 March 2011 to 1 July 2011 in East Jakarta This Research shows 460 respondents with infants from 2401 respondent which was chosen randomly From the 460 respondents there are 363 78 9 respondents which use contraceptives with injectable contraceptives as the highest preference from our collected data With Chi squared test we know that the level of family education has a significant realtion with contraceptive usage p 0 001 This result is caused by the increasing level of individual acceptance to new things as education level increases Parity also has a significant relation with contraceptive usage p 0 001 which is caused by increasing level of knowledge that maternal mortality risk increases as the number of giving birth increases Familal income do not have a significant relation with contraceptive usage p 0 647 because of the high number of free service for installation of contraception so that people only need to pay for the device itself
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library