Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Edelleit Rose Widyatmoko
"
ABSTRAKDiplomasi budaya merupakan pertukaran gagasan atau aspek kebudayaan antarnegara untuk membangun pengertian bersama. Penelitian ini membahas aspek diplomasi budaya yang terdapat dalam lirik lagu Pesnja Ostrova Palm yang merupakan hasil alih bahasa lagu Rayuan Pulau Kelapa ke dalam bahasa Rusia. Lagu Pesnja Ostrova Palm sendiri dialihbahasakan pada tahun 1957 oleh Vladimir Korchagin selaku editor Pusat Studio Dokumenter Film. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis dengan pendekatan model tiga dimensi analisis wacana kritis Norman Fairclough, yaitu analisis teks, praktik diskursif, dan praktik sosial. Penelitian ini menunjukkan bahwa upaya diplomasi budaya melalui lagu Rayuan Pulau Kelapa berdampak pada lagu Pesnja Ostrova Palm. Pemilihan kata yang terdapat dalam Pesnja Ostrova Palm menunjukkan bahwa Rusia mengakui keindahan alam Indonesia dan ingin menjadi sahabat dalam membantu Indonesia yang saat itu sedang membutuhkan bantuan ekonomi. Melalui lagu Rayuan Pulau Kelapa dan Pesnja Ostrova Palm, tercipta sebuah hubungan yang erat dan berkelanjutan antara Indonesia dan Rusia.
ABSTRACTCultural diplomacy is the exchange of ideas or other aspects of culture among nations and their people in order to foster mutual understanding. The focus of this study is aspects of cultural diplomacy in Pesnja Ostrova Palm, Russian version of Rayuan Pulau Kelapa. As a major theory, this study uses Norman Faircloughs three dimension critical discourse analysis theory approach text analysis, discursive practice, and social practice. The result of the study shows that cultural diplomacy through Rayuan Pulau Kelapa and Pesnja Ostrova Palm have an impact on each other. Words selection contained in Pesnja Ostrova Palm also shows that Russia conceded the natural beauty of Indonesia and wanted to be a friend by helping Indonesia, which was currently in need of economic assistance. Even though politically motivated at first, a close and sustainable partnership between Indonesia and Russia was formed through Rayuan Pulau Kelapa and Pesnja Ostrova Palm until today."
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Edelleit Rose Widyatmoko
"Walaupun sering dianggap sebagai luapan perasaan saja, interpretasi ungkapan tawa tidak sesederhana kelihatannya. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan motif penuturan tawa wkwk berdasarkan ortografinya melalui penjabaran karakteristik penggunaan bentuk tawa wkwk dalam percakapan tulis digital berdasarkan konteksnya. Pemetaan ujaran tawa dilakukan pada grup chat yang beranggotakan penutur bahasa Indonesia. Makalah ini menggunakan metode analisis percakapan (Schegloff, 2007) dengan ancangan teori stance taking (DuBois, 2007) dan teori pengelompokkan tawa oleh Glenn (2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ujaran tawa wkwk digunakan sesuai dengan konteks percakapan yang sedang berlangsung. Berkaitan dengan hal ini, ditemukan adanya kesamaan motif penggunaan tawa wkwk dengan bentuk tawa lainnya, bahkan tawa tatap muka. Selain itu, tawa “wkwk” menunjukkan hubungan kedekatan antar penutur yang memiliki hubungan akrab. Dengan demikian, kebaruan penelitian tawa wkwk tidak terletak pada mengapa tawa itu dituturkan, tapi kepada siapa tawa tersebut dituturkan.
Although laughter is commonly thought to be an expression of emotion, its interpretation is not as simple as it appears. The goal of this study is to discover the motivations for the orthography of wkwk by describing the characteristics of the use of the form of laughter in digital written conversations based on context. The information was gathered from a group chat of young adult Indonesian speakers. This paper employs a conversational analysis method (Schegloff, 2007), with stance taking theory approach (DuBois, 2007) and Glenn's laughter theory (2013). The findings revealed how laughter was cued in response to the ongoing conversation. There were similarities in the use of laughter with other types of laughter, such as face-to-face laughter. Furthermore, "wkwk" denotes a close relationship between speakers who are considered close. Thus, the novelty aspect of this study doesn't lie at why laughter is spoken, but who does the laughter."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library