Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lutfiana Dwi Mayasari
Abstrak :
Agama Islam yang disebarkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw merupakan agama yang yang membawa kesejahteraan dan keselamatan seluruh umat sekalian alam. Egalitarianisme dan kesadaran hukum telah dipraktekkan oleh Nabi dalam misi kepemimpinannya untuk mengembangkan komunitas negara yang konstitusional. Kedamaian dan kesejahteraan umat adalah dasar utama yang diajarkan dalam Islam. Namun saat ini banyak kita jumpai berbagai macam propaganda guna memecah belah umat Islam, yang menyebabkan pertikaian antar agama, dan pelabelan terhadap Islam sebagai agama kekerasan melalui berbagai cara. Salah satunya ialah melalui film baik dalam skala nasional maupun international. Stigma Islam sebagai agama teroris yang semakin melekat pada setiap muslim, disebabkan karena pemberitaan media terutama film yang tidak proporsional. 'Phantom' adalah salah satu film yang dinilai menampilkan citra negatif terhadap Islam.Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti melakukan analisis guna mengetahui bagaimana Islam dan terorisme dimaknai dalam film ini. Semiotika Roland Barthes digunakan sebagai pisau analisis melalui pemaknaan denotasi, konotasi, dan mitos.Hasil penelitian menunjukkan bahwa jihad dalam film Phantom digambarkan sebagai tindakan anarkis, yang menghalalakan segala cara untuk mendapatkan tujuan utamanya yaitu berdirinya Negara Islam. Sedangkan terorisme digambarkan sebagai sebuah gerakan terorganisir yang dilakukan oleh muslim. Jihad dan terorisme adalah dua hal yang sama, dan mempunyai tujuan akhir yang serupa, penggunaan kekerasan untuk mencapai tujuan politik. Diproduksinya film Phantom ini bertujuan untuk menggiring opini masyarakat India khususnya untuk mengerucutkan pelaku pada kasus pengeboman 9/11, dan untuk membuka mata seluruh penonton dibelahan dunia manapun mengenai kekejaman Islam yang dibalut dengan nama jihad. ...... Islam had been taught and spread widely by The Prophet Muhammad SAW. It is a religion which brings prosperity and peace to all people in this world. Egalitarianism and legal awareness has been used by the Prophet to develop a constitutional community state. Peacefulness and social welfare is the main basis in Islam. However, there are various kinds of propaganda which divided Muslims. It has been leading controversy between religions and labeling on Islam as a violence religion over any methods. One of them is coming from movie industry, nationally and internationally. Stigma of Islam as a terrorist religion attached to every Muslim, caused by the media, especially from disproportionately movies. Phantom is one of the movies which considered showing a negative image of Islam. Using a qualitative approach, the researcher conducted an analysis to determine how was Islam and terrorism interpreted in this film. Semiotics Roland Barthes used as an analysis method to know the meaning of denotation, connotation, and myth.The results of the research showed that jihad in Phantom described as anarchy action, which justifies anything to get its main purpose, to establish Islamic State. While terrorism described as an organized movement carried out by Muslims. In this movie, Jihad and terrorism is the same things and have the same purpose, using force to achieve political goals. Phantom movie produced to lead Indian public opinion on 9 11 bombing incident, and to open people's perspective about the Islamic cruelty wrapped with the name of jihad.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Mayasari
Abstrak :
Dalam merancang, berbagai unsur dan prinsip-prinsip digunakan dalam mendesain bentuk massa dan tampak bangunan. Salah satu prinsip tersebut adalah asimetri. Asimetri merupakan salah satu unsur yang sudah banyak diterapkan dalam perancangan sebuah bangunan. Apakah arti dan asimetri ini? Apakah asimetri dapat menciptakan sesuatu yang serasi, selaras, dinamis dan seimbang ? Pengolahan secara asimetri, tidak hanya muncul dari sebuah fungsi yang mendasari perancangan bangunan tersebut, namun juga prinsip-prinsip yang dapat menciptakan keindahan. Ketidaksamaan antara kanan dan kiri, ketidakteraturan dalam bentuk dan penyusunan, bukan berarti kekacauan dan keburukan dalam sebuah desain. Kecenderungan manusia untuk mencapai keharrnonisan dan keseimbangan tidak hanya diwujudkan dari keteraturan, melainkan variasi dari berbagai bentuk. Vanasi ini dapat dicapai dengan penyusunan yang asimetris.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuri Dwi Mayasari
Abstrak :
Glaukoma merupakan suatu kelompok neuropati optik progresif yang ditandai dengan kelainan struktural dan fungsi saraf optik. Fungsi penglihatan yang paling terganggu pada penderita glaukoma adalah lapang pandangan. Pemeriksaan perimetri berguna untuk mengidentifikasidan mengukur defek lapang pandangan serta memperkirakan progresivitas glaukoma. Aplikasi perimetri berbasis tablet atau website sangat berguna untuk pemantauan pasien selama pandemi Covid-19 dan dapat digunakan di daerah terpencil dengan keterbatasan alat Humphrey Field Analyzer (HFA). Perimetri Melbourne Rapid Fields (MRF) merupakan teknologi baru yang terjangkau, mudah dibawa dan andal, serta dapat memberikan manfaat yang sama dengan perimetri HFA.  Tujuan: Menilai kesesuaian hasil perimetri MRF terhadap HFA pada pasien glaukoma derajat sedang– berat dengan tajam penglihatan terganggu. Metode: Penelitian observasional dengan desain potong lintang untuk menilai hubungan tajam penglihatan terhadap kesesuaian hasil perimetri MRF 24-2 dibandingkan dengan HFA 24-2 pada pasien glaukoma derajat sedang-berat. Dilakukan pengelompokan subjek ke dalam dua grup berdasarkan tajam penglihatan. Setiap subjek dilakukan pemeriksaan dengan dua macam alat, urutan pemeriksaan dilakukan randomisasi blok. Pemeriksaan perimetri HFA sebanyak satu kali dan pemeriksaan MRF sebanyak dua kali. Hasil pemeriksaan yang memenuhi kriteria dilakukan analisis komparatif, korelasi, kesesuaian, serta test-retest repeatability.  Hasil: Total 64 mata dari 57 subjek terbagi dalam dua kelompok. Durasi pemeriksaan MRF lebih singkat dibanding HFA (265,7 ± 26,6 vs 384,4 ± 46,7, p < 0,001). Tidak terdapat perbadaan bermakna pada indeks reliabilitas kedua alat. MRF menunjukkan korelasi dan kesesuaian yang sangat kuat dan baik dengan HFA (R = 0,931, ICC = 0,957, p < 0,001 pada hasil mean deviation (MD) dan R = 0,941, ICC = 0,974, p < 0,001 pada hasil Visual Field Index (VFI)). Test-retest repeatability MRF menunjukkan korelasi dan kesesuaian yang sangat baik (R = 0,948, ICC = 0,989, p < 0,001 pada hasil MD dan R = 0,946, ICC = 0,989, p < 0,001 pada hasil Visual Capacity (VC)). Tidak didapatkan korelasi antara tajam penglihatan dengan Root Mean Squared Error (RMSE) hasil MRF, p > 0,05.  Kesimpulan: Hasil perimetri MRF memiliki korelasi yang sangat kuat dnegan HFA. MRF juga menunjukkan hasil test-retest repeatability yang sebanding dengan HFA.Keakuratan hasil MRF tidak berkorelasi dengan perbedaan tajam penglihatan. ......Background: Glaucoma is a group of progressive optic neuropathy characterized by structural and functional abnormalities of the optic nerve. The most impaired visual function in glaucoma sufferers is the visual field. Perimetric examination is useful for identifying and measuring visual field defects and predicting the progression of glaucoma. Tablet or website-based perimetry applications are very useful for monitoring patients during the Covid-19 pandemic and can be used in remote areas with limited Humphrey Field Analyzer (HFA) perimetry. Melbourne Rapid Fields (MRF) is a new perimetry technology that is affordable, portable and reliable, also can provide the same benefits as HFA perimetry. Objective: To assess the agreement of MRF perimetry results with HFA in moderate to severe glaucoma patients with impaired visual acuity. Methods: Observational study with a cross-sectional design to assess the relationship of visual acuity to the agreement of perimetry MRF 24-2 versus HFA 24-2 in patients with moderate-to-severe glaucoma. Subjects were grouped into two groups based on visual acuity. Each subject was examined with two kinds of perimetry, the order of examination was randomized using block randomization. Participants were tested once on HFA and twice on MRF. Examination results that meet the criteria are analyzed for comparative, correlation, agreement, and test-retest repeatability Results: A total of 64 eyes from 57 subjects were divided into two groups. MRF examination duration was shorter than HFA (265.7 ± 26.6 vs 384.4 ± 46.7, p < 0.001). There is no significant difference in the reliability index of the two perimetry. MRF showed a very strong and good correlation and agreement with the HFA (R = 0.931, ICC = 0.957, p < 0.001 in the mean deviation (MD) and R = 0.941, ICC = 0.974, p < 0.001 in the results of the Visual Field Index (VFI)). The MRF test-retest repeatability showed a very good correlation and agreement (R = 0.948, ICC = 0.989, p < 0.001 on the MD and R = 0.946, ICC = 0.989, p < 0.001 on the Visual Capacity (VC)). There was no correlation between visual acuity and Root Mean Squared Error (RMSE) MRF, p > 0.05.  Conclusion: The perimetry results from MRF have a very stong correlation to the HFA outcomes. MRF reveals test-retest repeatability comparable to HFA. The accuracy of MRF results did not correlate with differences in visual acuity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rieska Dwi Mayasari
Abstrak :
The objective of this research is to explore what types of interpretations exist regarding premarital sexual intercourse in Virgin among its female late teenagers audience. This research also aims to describe the cultural contexts, social settings, and personal experiences that surround those interpretations. Reception studies theory and the encoding -decoding model were used in this research. Employing the constructivist paradigm., it applied the qualitative approach, ethnographic method, and it is therefore descriptive in nature. Findings of this research suggests that female late teenagers possess different interpretations toward the contents of Virgin, and those interpretations are based upon cultural contexts, social settings and personal experiences.
2006
TJPI-V-2-MeiAugust2006-15
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library