Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Didin
Abstrak :
Halcyon 2.0 memiliki EPID yang dapat digunakan untuk Patient-Specific Quality Assurance (PSQA) dan selalu merekam dosis transit selama penyinaran. PSQA merupakan metode untuk menilai kesesuaian hasil perencanaan radioterapi dengan pengukuran, sedangkan dosis transit memiliki kaitan terhadap distribusi dosis pasien. Penelitian ini menganalisis hasil PSQA pada Halcyon 2.0 dan dosis transit setiap fraksi pada kasus nasofaring, servik, dan payudara. Analisis dilakukan berdasarkan metode pengukuran dan evaluasi yang direkomendasikan TG-218. Selain itu, analisis dosis transit dilakukan pada setiap fraksi dan fluence map fraksi pertama dijadikan sebagai baseline. Nilai tolerance limit dan action limit Halcyon 2.0 memenuhi kriteria dari TG-218. Metode dan kriteria gamma index yang direkomendasikan TG-218 memiliki performa baik. Berbeda hal, nilai GPR dosis transit kasus nasofaring terjadi penurunan lebih curam dibandingkan kasus servik dan payudara, hal yang sama untuk korelasi berat badan dengan GPR. Penurunan GPR dari memiliki korelasi dengan berat badan, terutama untuk kasus nasofaring. Selain itu, kasus payudara tidak memiliki subjek dengan korelasi signifikan (p < 0,05) antara GPR dengan berat badan. Kesimpulan dari penelitian ini, berdasarkan metode TG-218 Halcyon 2.0 memiliki hasil PSQA yang baik. Nilai GPR untuk ketiga kasus mengalami penurunan seiring bertambahnya waktu dan memiliki kaitan terhadap berat badan. ......Halcyon 2.0 has an EPID that can be used for Patient-Specific Quality Assurance (PSQA) and continuously records transit doses during irradiation. PSQA is a method for assessing the suitability of the results of radiotherapy planning with measurements, while the transit dose has a bearing on the patient's dose distribution. This study analyzed PSQA results on Halcyon 2.0 and transit doses for each fraction in the nasopharynx, cervix, and breast cases. The analysis was carried out based on the measurement and evaluation methods recommended by TG-218. In addition, transit dose analysis was carried out for each fraction, and the fluence map of the first fraction was used as a baseline. The tolerance limit and action limit values of Halcyon 2.0 meet the criteria of TG-218. The method and gamma index criteria recommended by TG-218 have good performance. In contrast, the transit dose GPR values for nasopharyngeal cases decreased more steeply than cervical and breast cases, the same for the correlation of body weight with GPR. The decrease in GPR correlates with body weight, especially for nasopharyngeal cases. In addition, no breast cases had a significant correlation (p <0.05) between GPR and body weight. The conclusion of this study, based on the TG-218 Halcyon 2.0 method, has good PSQA results. The GPR values for the three cases decreased over time and were related to body weight.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didin
Abstrak :
Karakteristik dari berkas proton secara teori lebih menguntungkan untuk jaringan normal dibanding dengan berkas foton. Karakteristik bragg peak dari berkas proton memungkinkan untuk mereduksi distribusi dosis pada jaringan normal. Oleh karena itu, penggunaan berkas proton mampu mengurangi kemungkinan terjadinya efek samping pada jaringan normal. Penggunaan Intensity Modulated Proton Therapy (IMPT) memungkinkan untuk memberikan dosis optimal pada PTV dengan tetap memberikan distribusi dosis yang baik, sehingga tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemungkinan penggunaan IMPT untuk kasus vestibular schwannoma serta membandingkan kualitas pencitraan IMPT dengan IMRT, VMAT, dan TOMO. Setiap perencanaan dilakukan dengan menggunakan teknik stereotactic radiosurgery (SRS), perencanaan IMPT dilakukan dengan multifield optimizatin (MFO) dan single field optimization (SFO). Hasil perencanaan didapat nilai conformity indeks (CI) dari tertinggi ke terendah adalah 3MFO-NC, 5MFO-NC, 3MFO, 5MFO, IMRT, 3SFO-NC, VMAT, 3SFO, dan TOMO. Perencanaan proton memiliki gradient indeks lebih baik dari foton. Equivalent Unoform Dose (EUD) berkas proton lebih rendah dibandingkan dengan foton. Nilai Normal Tissue Complication Probability perencaan proton lebih rendah dari foton. Selain itu, perencanaan proton memiliki dosis pada OAR yang lebih rendah dibanding foton. ......The characteristics of the proton beam are theoretically more favorable for normal tissues than the photon beam. The characteristic of the proton beam Bragg Peak can provide minimum dose distribution in normal tissues. Therefore, the use of proton beams can reduce the possibility of side effects in normal tissues. In addition, Intensity Modulated Proton Therapy (IMPT) produces an optimal dose for PTV while still providing a good dose distribution. In this study, the purpose was to determine the quality of planning IMPT for cases of Vestibular Schwannoma and compare with planning with IMRT, VMAT, and TOMO. The stereotactic Radiosurgery (SRS) technique was employed for all treatment planning. Furthermore, IMPT planning was performed using Multifield Optimization (MFO) and Single Field Optimization (SFO). The study described Conformity Index (CI) values from the highest to the lowest are 3MFO-NC, 5MFO-NC, 3MFO, 5MFO, IMRT, 3SFO-NC, VMAT, 3SFO, and TOMO. Additionally, the Gradient Index (GI) of the proton beam is better than photons planning. However, the Equivalent Uniform Dose (EUD) and Normal Tissue Complication Probability (NTCP) of the proton beam are lower than that of the photon. In addition, proton plans have a lower OAR dose than photons.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library