Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhira Hanna Zakiyya
Abstrak :
Kabupaten Banyuwangi adalah wilayah yang kerap diromantisisasi citranya sebagai replika keragaman yang harmonis di ujung timur Pulau Jawa. Keistimewaan wilayah ini ada pada proses panjang sejarah yang telah menjadikan komposisi masyarakatnya kaya akan keragaman berdasarkan latar belakang sejarah migrasi, etnisitas, agama, dan sebagainya. Meski keragaman itu berpendar dari pusat kota hingga ke desa, tidak menggoyahkan permukaannya yang tampak tenang jauh dari goncangan konflik. Penelitian ini berfokus di wilayah Banyuwangi selatan. Argumen utama saya adalah bahwa ada tatanan normatif yang melandasi bagaimana masyarakat mempersepsikan dan mempraktikkan hidup bersama secara harmonis. Etnografi ini dilakukan dengan proses observasi secara langsung terhadap enam medium komensalitas untuk mengamati interaksi masyarakat Banyuwangi dalam keadaan yang senyatanya, antara lain: pesta pernikahan, slametan tahlil, slametan pamitan haji, muludan, baritan, dan arisan. Dalam prosesnya saya menggunakan kerangka konseptual konvivialitas yang berbicara tentang mode kebersamaan manusia sebagai makhluk sosial yang saling bergantung terhadap satu sama lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Banyuwangi mengkonstruksikan interaksi yang konvivial berdasarkan acuan prinsip normatif kesopanan. Di dalamnya terdapat perbedaan dalam bagaimana masyarakat desa dan kota mengoperasikan gagasan kesopanan. ......Banyuwangi Regency is a region that often romanticizes its image as a harmonious replica of diversity on the eastern tip of Java. The speciality of this region lies in the long historical process that has made the composition of its people rich in diversity based on historical migration backgrounds, ethnicity, class, religion, and so on. Even though this diversity glows from the city centre to the villages, it does not shake its surface, which seems calm and far from the turmoil of conflict. This research focuses on the southern Banyuwangi region. My main argument is that there are normative institutions that underlie how society perceives and practices living together in harmony. This ethnography is carried out by direct observation of the six commensality medium to observe the interactions of the Banyuwangi people in real situations, namely: weddings, slametan tahlil, haj farewell slametan, muludan, baritan, and arisan. In the process, I use the conceptual framework of conviviality which talks about the modes of human togetherness. In the process, I use a conceptual framework of conviviality that talks about the mode of human togetherness as socially interdependent beings. The results of this study indicate that the people of Banyuwangi construct convivial interactions based on the normative principles of civility. Therein lies a difference in how rural and urban communities operate on notions of civility.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library