Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dekta Filantropi Esa
"Radiasi medan elektromagnetik berpotensi menimbulkan gangguan pada sistem reproduksi, utamanya sistem reproduksi pria saat tahap spermatogenesis. Fenomena ini dikarenakan letak testis pada pria lebih superfisial dibandingkan dengan ovarium pada wanita sehingga testis lebih rentan terpapar medan elektromagnetik. Beberapa penelitian mengenai pemajanan medan elektromagnetik terhadap sistem reproduksi mencit Strain Webster telah dilakukan, khususnya efek pada testis. Tetapi, penelitian tersebut hanya terbatas pada pemajanan untuk satu generasi mencit saja. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui efek pemajanan medan elektromagnetik tingkat sangat rendah pada tiga generasi mencit terhadap diameter tubulus seminiferus yang merupakan komponen penting testis dalam sistem reproduksi mencit jantan.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Pemajanan dilakukan dengan tiga tegangan yang berbeda, yaitu 3 kV/10 cm dengan kuat medan magnet 5,5 uT ; 4 kV/10 cm dengan kuat medan magnet 5,4 uT ; dan 5 kV/10 cm kuat medan magnet 5,3 uT. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program SPSS for Windows versi 16 dengan analisis Kruskal-Wallis dan non-parametrik Mann-Whitney.
Dalam penelitian ini ditetapkan nilai α sebesar 0,05 dan interval kepercayaan atau confidence interval (CI) sebesar 95 %. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara bermakna (p<0,05) telah terjadi penurunan diameter Tubulus Seminiferus pada kelompok terpajan ketika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penurunan diameter Tubulus Seminiferus tersebut cenderung sebanding dengan peningkatan tegangan dan berbanding lurus dengan jumlah generasi. Selain itu, telah terjadi perubahan gambaran jaringan testis pada kelompok terpajan dibandingkan kelompok kontrol.

Electromagnetic Field Radiation is potential to cause disruption in reproductive system, especially spermatogenesis stage in male reproductive system. This phenomenon caused by the position of testis in male is more superficial compared to ovarium position in female, so the testis have greater tendency to get electromagnetic field exposure. Many research about electromagnetic exposure to reproductive system of Webster Strain Mice have been conducted, especially the effect of exposure to testis. However, the exposure in that research are done only in one generation of mice. So, researcher want to know the effect of Extremely Low Frequency-Electromagnetic Field (ELF-EMF) exposure to diameter of seminiferous tubules within three generation of Strain Webster Mice which is important component of reproductive system for the mice.
Experimental is the design of this research, the exposure was done with three different voltages, which are 3 kV/10 cm with magnetic field of 5,5 uT; 4 kV/10 cm with magnetic field of 5,4 uT; and 5 kV/ 10 cm with magnetic field of 5,3 uT. The data was analyzed by SPSS for Windows version 16 software with Kruskal-Wallis analysis nonparametric of Mann-Whitney.
In this research α value of 0,05 and confidence interval of 95% are settled. The result shows that there is significant (p<0,05) decrease in diameter of tubulus seminiferus in intervention group compared to control. The decrease tend to be in direct proportion with increasing voltage and the number of generation. In addition, changes in histological appearance of testis in intervention group have been observed compared to control.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dekta Filantropi Esa
"Latar Belakang. Penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) memiliki gejala gangguan saluran pencernaan yang tidak dapat diprediksi, tidak menyenangkan, dan kerap kali menimbulkan rasa malu bagi penderitanya. Berbagai ketidaknyamanan tersebut dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup pasien IBD hingga meningkatkan morbiditas dan mortalitas di masa depan. Perlu instrumen yang sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keandalan dan kesahihan Inflammatory Bowel Disease Questionnaires-9 (IBDQ-9) versi bahasa Indonesia untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD.
Metode. Instrumen asli IBDQ-9 diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterjemahkan kembali ke bahasa Inggris lalu dikonfirmasi kepada pemilik instrumen. Kemudian dilakukan uji kesahihan isi dengan Content Validity Index (CVI). Studi potong lintang dengan populasi terjangkau pasien dewasa IBD di Poliklinik Gastroenterologi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta pada bulan November 2022 yang berusia 18-59 tahun, telah mengalami IBD minimal 2 minggu dan bersedia untuk menandatangani
informed consent sebagai responden penelitian. Perbandingan skor total IBDQ-9 dengan SF-36 versi Indonesia dinilai dengan uji korelasi Spearman lalu uji keandalan dengan menentukan alfa Cronbach dan Intraclass Correlation Coefficient (ICC).
Hasil. Sebanyak 124 pasien IBD dianalisis dengan uji Spearman menunjukkan korelasi yang tinggi dan signifikan antara IBDQ-9 dengan SF-36 (r=0,769 dan p<0,001). IBDQ-9 versi bahasa Indonesia memiliki nilai alfa Cronbach versi bahasa Indonesia sebesar 0,883 dan nilai ICC yang baik juga sebesar 0,883 (IK95% 0,849-0,912).
Kesimpulan. Instrumen IBDQ-9 versi Bahasa Indonesia sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD di Indonesia.

Latar Belakang. Penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) memiliki gejala gangguan saluran pencernaan yang tidak dapat diprediksi, tidak menyenangkan, dan kerap kali menimbulkan rasa malu bagi penderitanya. Berbagai ketidaknyamanan tersebut dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup pasien IBD hingga meningkatkan morbiditas dan mortalitas di masa depan. Perlu instrumen yang sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keandalan dan kesahihan Inflammatory Bowel Disease Questionnaires-9 (IBDQ-9) versi bahasa Indonesia untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD.
Metode. Instrumen asli IBDQ-9 diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterjemahkan kembali ke bahasa Inggris lalu dikonfirmasi kepada pemilik instrumen. Kemudian dilakukan uji kesahihan isi dengan Content Validity Index (CVI). Studi potong lintang dengan populasi terjangkau pasien dewasa IBD di Poliklinik Gastroenterologi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta pada bulan November 2022 yang berusia 18-59 tahun, telah mengalami IBD minimal 2 minggu dan bersedia untuk menandatangani
informed consent sebagai responden penelitian. Perbandingan skor total IBDQ-9 dengan SF-36 versi Indonesia dinilai dengan uji korelasi Spearman lalu uji keandalan dengan menentukan alfa Cronbach dan Intraclass Correlation Coefficient (ICC).
Hasil. Sebanyak 124 pasien IBD dianalisis dengan uji Spearman menunjukkan korelasi yang tinggi dan signifikan antara IBDQ-9 dengan SF-36 (r=0,769 dan p<0,001). IBDQ-9 versi bahasa Indonesia memiliki nilai alfa Cronbach versi bahasa Indonesia sebesar 0,883 dan nilai ICC yang baik juga sebesar 0,883 (IK95% 0,849-0,912).
Kesimpulan. Instrumen IBDQ-9 versi Bahasa Indonesia sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD di Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library