Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dartono
"Kenyataan menunjukkan bahwa agama Islam yang dilahirkan di Tanah Arab pada abad ke-7 Masehi, telah menjadi agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Agana tersebut terus diajarkan secara turun temurun. Serta diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, se_bagai sumber tuntunan dalam berperilaku oleh para penga_nutnya. Sejalan dengan perjalanan waktu, agama Islam terus menyebar ke berbagai belahan bumi. Sebagaimana proses ke_lahirannya, masuk dan menyebarnya agama ini tidaklah terjadi secara sekaligus dan bersamaan, melainkan secara ber_tahap sesuai dengan situasi dan kondisi daerah yang ber_sangkutan, termasuk di Indonesia. Beberapa faktor yang menentukan/mempengaruhi proses masuk dan menyebarnya agama Islam ke Indonesia antara lain ; letak geografis dari daerah yang bersangkutan, jalur pelayaran dan perdagangan, serta kegiatan ekonomi, termasuk tersedianya komoditi in_ternasional di daerah yang bersangkutan sebagaimana dike_mukakan oleh para pakar. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, tentulah dae_rah-daerah di Indonesia yang pertama kali memperoleh pe_ngaruh dari luar khususnya Islam adalah kota-kota pelabuhan dan daerah-daerah pesisir. Hal ini tidak saja terjadi secara global di Indonesia, tetapi dalam lingkup yang lebih sempit yaitu pulau tertentu, bahkan daerah tertentu tidak terkecuali dengan masuknya agama Islam ke daerah_daerah di Jawa Barat, meskipun tidak tertutup kemungkinan ada faktor-faktor khusus yang berbeda dengan daerah- dae_rah lainnya. Sebagaimana daerah-daerah lainnya di Indonesia, ma_suknya agama Islam ke daerah-daerah di Jawa Barat pun ber_tolak dari adanya pelayaran dan hubungan perdagangan. Hal ini sejalan dengan kegiatan pelayaran dan perdagangan sa_at itu, baik berskala internasional (antar bangsa) maupun lokal (antar pulau/daerah). Oleh karena itu sangat mungkin apabila pembawa agama Islam pertama ke daerah -daerah di Jawa Barat dan daerah-daerah lainnya di Indonesia ada_lah para pedagang yang tujuan utamanya berdagang. Melalui pelayaran dan perdagangan ini terjadilah interaksi antar penduduk dan antar bangsa, sehingga baik secara langsung atau tidak langsung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S12297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmat Dartono
"Penugasan di daerah konflik mempunyai banyak konsekuensi yang harus dihadapi oleh anggota Brimob yang sedang mendapat tugas. Konsekuensi negatif yang dihadapi berpotensi menimbulkan stres pada anggota Brimob tersebut. Agar mereka bisa tetap survive selama bertugas maka mereka harus mengembangkan strategi coping untuk mengatasi stres yang dihadapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber stres anggota Brimob selama bertugas di konflik Aceh dan strategi coping apa yang paling banyak digunakan. Penelitian ini dilakukan di Mako Korps Brimob Kelapa Dua dengan sampel anggota Brimob yang baru pulang dari penugasan di Aceh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber stres anggota Brimob selama bertugas di Aceh terdiri dari sumber stres fisiologis, psikologis, dari dalam diri, dari keluarga dan dari lingkungan. Keluarga dan lingkungan ternyata lebih potensial menjadi sumber stres. Diikuti kemudian sumber stres fisiologis, psikologis, dan dari dalam diri. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa sumber stres dari keluarga pada anggota Brimob yang sudah menikah lebih besar dibandingkan yang belum menikah. Hal ini disebabkan beban keluarga yang ditanggung oleh mereka yang sudah menikah lebih besar. Mengenai strategi coping, ternyata anggota Brimob menggunakan ketiga strategi coping yang ada yaitu Problem-Focnsed Coping, Emotion- Focused Coping, dan Maladaptive Coping.
Namun demikian Problem- Focnsed Coping lebih banyak digunakan oleh anggota Brimob selama bertugas di Aceh, kemudian diikuti Emotion-Focused Coping dan Maladaptive Coping. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa anggota Brimob yang berpangkat Perwira lebih banyak menggunakan Problem-Focnsed Coping dibandingkan yang berpangkat Bintara maupun Tamtama. Fenomena ini disebabkan karena fungsi, peran, dan tanggung jawab seorang Perwira yang dituntut untuk menyelesaikan setiap masalah secara efektif. Anggota Brimob yang pernah bertugas di daerah konflik juga lebih banyak menggunakan Problem-Focnsed Coping karena mereka sudah terbiasa dengan lingkungan penugasan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library