Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daniel Kurniawan
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Dalam sistem kerja mengangkat dijumpai beban angkat yang beragam dari ringan sampai terlampau berat. Selain tidak efisien, beban angkat yang terlampau berat mengundang bahaya bagi keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Sedang beban angkat yang terlalu ringan walau relatif lebih aman, namun tidak efisien. Diantara keduanya mestinya ada beban angkat optimal. Pada sistem kerja mengangkat terjadi pembebanan terhadap tenaga kerja, yang berat ringannya tergantung berat beban, frekuensi dan lama mengangkat serta cuaca lingkungan. Sebagai suatu usaha pendekatan beban angkat yang layak (optimal) dapat diberikan kepada tenaga kerja kasar laki-laki Indonesia, merupakan tujuan umum penelitian ini. Tujuan khusus adalah mencari beban angkat optimal dari lantai sampai 100 cm 3x/menit selama 6 menit pada tenaga kerja laki-laki dari populasi yang diteliti. Penelitian dilakukan terhadap 32 orang naracoba yang diambil secara acak. Digunakan beban beras seberat 30, 35, 40 dan 45 kg yang harus diangkat dari lantai sampai ke atas papan peluncur setinggi 100 cm. Metoda yang digunakan adalah 'latin square'. Hasil dan Kesimpulan: Menggunakan parameter nadi dan tempo pemulihan (T) sebagai kriteria penilai beban angkat optimal didapat: Nadi diam (N I) antara beban tidak bermakna (p 0,05) mengesankan waktu istirahat yang memadai. Beban angkat optimal berupa beban terberat yang memenuhi kriteria: N II antara 110 - 120 x/menit, A N berkisar 30 x/menit dan T tidak lebih dari 15 menit dipenuhi oleh beban 35 kg. Kesimpulan: upaya pendekatan beban angkat yang layak (optimal) dapat diberikan kepada tenaga kerja kasar laki-laki Indonesia, dilakukan dengan mengukur N I, N II, T dan menghitung A N pada uji angkat beban. Didapat beban angkat optimal dari lantai sampai siku 3 x/menit selama 6 menit pada tenaga kerja laki-laki kawasan pergudangan betas di Jakarta adalah 35 kg.
Optimal Lifting Load From The Floor To 100 Cm 3 Times Per Minute For 6 Minutes On Male Workers At The Rice Storage Area In JakartaScope and Method of Study: Lifting involves various weight loads, from very light to very heavy load. The very heavy load is neither efficient nor safe, while the very light load is not efficient, although relatively safe. The strain imposed on workers during lifting depends on the workload, the frequency, the height and duration of lifting, and the environment. The general purpose of this study was to find the optimal lifting load for Indonesian workers. The specific purpose was to search for the optimal lifting load from the floor to 100 cm height 3 times per minute for 6 minutes on male workers at the rice storage area in Jakarta. The optimal lifting load was the heaviest load which should fulfill the following criteria: working pulse (NII) of 111 - 120 pulses/min, work pulse (AN) around 30 pulses/min, and recovery time (T) not more than 15 minutes. Thirty-two subjects were selected randomly. These volunteers lifted rice bags of 30, 35, 40 and 45 kg weight in random order according to a Latin square design. Findings and Conclusions: Weight loads of 30, 35, 40 and 45 kg, respectively, gave the following results: NI were 89, 87, 88 and 88 pulses/min, NII 111, 116, 125 and ' 1 32 pulses/min, AN 23, 29, 37 and 44 pulses/ min, and T 9, 10, 13 and 13 minutes. NI between loads was not significantly different; showing that resting period was sufficient. After 30 and 35 kg loads NII were 111 and 116 pulses/min (not significantly different); A N were. 23 and 29 pulses/min (p<0.01); and T were 9 and 10 minutes (not significant). While T after 40 and 45 kg (both 13 minutes) were significantly different from T after 35 kg (p<0.01). It was concluded that the optimal lifting load from the floor to 100 cm height 3 times per minute for 6 minutes on male workers at the rice storage area in Jakarta was 35 kg.
Jakarta: Universitas Indonesia, 1989
T3460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Kurniawan
Abstrak :
Dalam penelitian ini, nanopartikel ZnO telah berhasil disintesis melalui metode presipitasi sederhana, yang kemudian dilanjutkan dengan beberapa perlakuan termal, seperti pengeringan, kalsinasi, serta pasca-hidrotermal. Perlakuan pasca-hidrotermal dilakukan dengan variasi tekanan 1 dan 3 bar, yang secara khusus ditujukan untuk menginvestigasi pengaruh tekanan pada perlakuan pasca-hidrotermal terhadap peningkatan kristalinitas, pertumbuhan kristalit, dan penurunan energi celah pita nanopartikel ZnO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatkan tekanan perlakuan pasca-hidrotermal, peningkatan kristalinitas masih belum optimal. Hal ini dikarenakan oleh peningkatan titik didih air, menyebabkan uap air yang dihasilkan kurang optimal dalam meningkatkan kristalinitas. Hasil penelitian juga menunjukkan penurunan ukuran kristalit dari hasil perlakuan pasca-hidrotermal 1 dan 3 bar, yaitu 27.42 dan 26.88 nm, masing-masing, sedangkan energi celah pita menunjukkan peningkatan, yaitu 3.25 dan 3.26 eV, masing-masing. Nanopartikel ZnO dalam penelitian ini memiliki potensi untuk digunakan sebagai lapisan semikonduktor oksida pada sel surya tersensitasi zat pewarna. ...... In this study, ZnO nanoparticles have been successfully synthesized through simple precipitation method, which was then followed by thermal treatment, such as drying, calcination, and post-hydrothermal. Post-hydrothermal treatment was carried out with a pressure variation of 1 and 3 bar, which is specifically aimed at investigating the effect of pressure in post-hydrothermal treatment on the crystallinity enhancement, crystallite growth, and band gap energy reduction of ZnO nanoparticles. The study shows that with increasing the pressure of post-hydrothermal treatment from 1 to 3 bar, the crystallinity enhancement has not yet affect the properties of the resulting ZnO nanoparticles. This is due to the increase of water’s boiling point, causing less effective vapor generated to improve the crystallinity. The study also shows a decrease in crystallite size of the post-hydrothermal treatment result at 1 and 3 bar, which are 27.42 and 26.88 nm, respectively, while the band gap energy shows an increase, which are 3.25 and 3.26 eV, respectively. ZnO nanoparticles in this study has the potential to be used as the oxide semiconductor layer in dye-sensitized solar cells.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58470
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Kurniawan
Abstrak :
Fokus dari studi literatur ini adalah tentang hubungan antar suku bangsa di Indonesia. Dengan menggunakan perspektif antropologi secara khusus studi ini membahas tentang relasi etnis Tionghoa dengan kelompok etnik lainnya di Indonesia. Etnis Tionghoa adalah kelompok etnis yang telah lama datang dan bermukim di Indonesia. Namun dalam masa yang cukup panjang kelompok etnis Tionghoa mengalami diskriminasi dan tidak diperlakukan secara sebagai warga negara. Relasi Etnis Tionghoa dengan kelompok masyarakat lainnya dipengaruhi oleh kebijakan rasial pemerintah Belanda yang menggolongkan etnis Tionghoa di Indonesia sebagai orang asing. Kolonial Belanda memberlakukan etnis Tionghoa sebagai seorang yang ahli dalam berdagang dan berorientasi dalam bidang ekonomi. Puncak diskriminasi terhadap etnis Tionghoa, terjadi di masa presiden Soeharto dengan menerapkan kebijakan asimilasi yang melarang semua kegiatan berbahasa mandarin dan menganjurkan ganti nama. Setelah era Reformasi sejak 1998, etnis Tionghoa dapat merasakan kemerdekaannya berekspresi terutama setelah presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur kembali memperbolehkan etnis TIonghoa untuk merayakan imlek dan menunjukkan identitasnya. Tulisan ini berbentuk bibliografi beranotasi dan ingin memahami signifikansi studi dengan konteksnya saat ini. ......This literature study focus on the relationship between ethnic groups in Indonesia. Using an anthropological perspective as an analytical lens, this study specifically discusses the relationship between the Chinese ethnicity and other ethnic groups in Indonesia. Ethnic Chinese group has been settled in Indonesia long before the European. However, for a long time the Chinese ethnic group in Indonesia experienced discrimination and were not treated as a full citizen. the Dutch racial policy which classifies ethnic Chinese in Indonesia as foreigners has shaped the relationship between Ethnic Chinese relations with other Indonesian ethnic groups. The Dutch colonial also regarded the Chinese group as an expert in trade and economic activities. The peak of this discrimination against ethnic Chinese occurred during the Soeharto era by implementing an assimilation policy that prohibited all Mandarin speaking activities and recommended Chinese people to change their mandarin names. After the Reformation era since 1998, the Chinese have been able to feel their freedom of expression, especially after President Abdurrahman Wahid or Gusdur allowed the Chinese to celebrate Chinese New Year and show their ethnic attribute and identities. This paper is in the form of a annotated bibliographic and wants to explore the significant of the finding with today context
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library