Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dalimunthe, Katris Lamira Abadi
"Pada tahap dewasa muda, rnenurut Havighurst (dalam Turner & Helms, 1995), salah satu tugas perkembangan individu yang harus dipenuhi adalah memperoleh keintiman melalui pemikahan. Melalui pemikahan terdapat persatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan pembangunan sebuah sistem ke-tiga yang bare (Santrock, 2002). Ketika seseorang memutuskan untuk menikah, sebenamya ia telah masuk ke dalam lingkungan barn dengan pola aturan dan kebiasaan yang .kemungkinan berbeda dart dirinya. Kebutuhan untuk menyesuaikan dirt semakin besar ketika setelah menikah pasangan berencana untuk linggal bersama mertua. Berdasarkan penelitian Duvall (dalam Phelan, 1979), ditemukan bahwa mertua perempuan lebih sering terlibat masalah dengan mertua perempuan karena peran gender yang menuntut pada hubungan interpersonal yang dekat dengan keluarga. Perempuan juga cenderung menghadapi masalahnya dengan berusaha mengelola emosi yang ditimbulkan akibat permasalahan tersebut Kandisi ini tentunya akan berpotensi menimbulkan masalah dan juga mempengaruhi hubungan atau interaksi apabila terjadi antara dua individu yang berjenis kelamin perempuan. Mereka akan berusaha menyelesaikan masalahnya dengan cara-cara yang mengedepankan emosi. Oleh karenanya tinggal seatap bersama mertua tidak selalu perkara yang mudah dan kerap kali memicu konflik dalam rumah tangga keluarga. Jika is merasa bahwa tuntutan yang ditujukan padanya melebihi kemampuan yang dimiliki, maka tingkat stres yang dirasakan pun akan meningkat. Untuk mengatasinya, Taylor berpendapat bahwa cara individu berespon terhadap stres berbeda-beda. Menurut Carver, Scheier dan Weintraub (1989), terdapat tiga strategi yang bisa dilakukan individu dalam menghadapi sires, yaitu: problem focused coping, emotion focused coping dan maladaptive coping. Salah satu faktor yang mempengaruhi individu dalam pemilihan strategi coping, yaitu: dukungan sosial. Sarafino (1994) menjelaskan arti penting dukungan sosial dalam membantu individu mengatasi styes. Menurut Rodin dan Salovey (dalam Smet, 1989), perkawinan dalam keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. Begitu halnya suami sebagai orang terdekat bagi pasangan merupakan salah satu bentuk dukungan sosial yang memiliki peran besar dalam membantu istri mengatasi stres dengan mertua dan membantu menciptakan hubungan yang harmonis antara menantu dan mertua.
Dalam penelitian ini yang altar digali adalah sumber stres, strategi coping yang digunakan seat mengalami masalah dengan ibu mertua mertua dan ketersediaan dukungan suami yang diberikan pada subyek dalam mengatasi sumber sues. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan teknik pengambilan sampel wawancara dan observasi. Subyek penelitian ini ada tiga orang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrumen penelilian yaitu alai perekam dan pedoman wawancara.
Dari data yang didapat serta berdasarkan basil analisis dapat terliaht bahwa sum ber sires utama yang dihadapi ketiga subyek adalah masalah berkaitan dengan dominansi ibu mertua terhadap urusan rumah langga mereka dan pandangan ibu mereka yang masih konservatif. Umumnya subyek memilih strategi problem focused coping yaitu active coping dimana subyek secara asertif menyuarakan pendapat pada mertua jika terjadi perbedaan pendapat. Dukungan suami yang diberikan pada istri untuk mengatasi sumber stres yang ditemukan pada semua subyek adalah dukungan emosi berupa mendengarkan keluh kesah subyek dan menghibur subyek saat dalam keadaan sedih."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dalimunthe, Katris Lamira Abadi
"ABSTRAK
Makin majunya kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, gaya hidup
pun mulai berubah. Sekarang ini ada kecenderungan di masyarakat terutama di
kota-kota besar untuk meninggalkan cara hidup tradisional dan mulai beralih ke cara
kehidupan barat. Salah satu jenis penyakit yang sekarang paling sering ditemui
akibat dari semakin banyak orang mengadopsi cara kehidupan barat dan
peningkatan sosio-ekonomi dari kelas menengah dalam masyarakat yaitu penyakit
kencing manis atau istilah lainnya diabetes melitus.
Diabetes melitus atau diabetes merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh
kadar gula yang lebih tinggi dari batas normal. Penyakit ini kini berkembang sebagai
suatu penyebab utama kesakitan dan kematian di Indonesia (Waspadji dalam
Soegondo, 1995) dan berimplikasi pada beragam masalah kesehatan dan
menyebabkan secara tidak langsung sekitar 100.000 kematian tiap tahun (Sarafino,
1998).
Selalu menjadi tantangan bagi para peneliti untuk menjawab pertanyaan
bagaimana penderita diabetes dapat melakukan modifikasi perilaku agar terhindar
dari komplikasi penyakit yang lebih buruk. Gagasan-gagasan bahwa penyakit
diabetes berkaitan dengan gaya hidup menyoroti perawatan kesehatan dengan
pendekatan kognitif dimana penekanan pada peran aktif individu dalam
mendapatkan dan menafsirkan informasi (Mervielde dalam Smet, 1994). Orangorang
berpikir tentang resiko secara mendetil, menilai kerentanan dirinya untuk
terkena suatu penyakit dan menaksir kemungkinan akan menjadi sakit parah untuk
menentukan apakah dia akan mengambil langkah sehat atau tidak. Dengan
demikian, keyakinan-keyakinan seseorang mengenai kesehatan (health beliefs)
berpengaruh besar dalam mengadopsi perilaku sehat.
HBM merupakan salah satu pendekatan psikososial yang paling banyak
digunakan untuk menerangkan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Dengan memfokuskan pada keyakinan atau penilaian individu tentang
kesehatannya (health beliefs), teori ini mengorganisasikan informasi mengenai
pandangan individu mengenai kesehatannya dan faktor-faktor yang mempengaruhi
individu dalam mengubah tingkah laku sehat (Lancaster dalam DiMatteo, 1991).
Health beliefs berkaitan erat dengan self efficacy. Untuk mengambil langkah
sehat diperlukan keyakinan bahwa individu mampu menampilkan perilaku sehat
tertentu. Individu yang mempercayai bahwa ia mampu menguasai dan mematuhi pola kebiasaan yang sehat cenderung akan mengerahkan usaha yang diperlukan
agar berhasil.
Subyek dalam penelitian ini adalah penderita diabetes tipe II yang sedang
dalam perawatan jalan di rumah sakit. Mengingat sebagian besar pasien diabetes
melitus adalah kelompok diabetes melitus tipe II dimana kemunculannya 80 % dari
seluruh kasus, maka penelitian ini penting dilakukan terutama pada kelompok
tersebut. Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada salah satu rumah sakit
terbesar di Jakarta, yaitu: rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang terletak
di Salemba, Jakarta Pusat yang melibatkan 40 subyek penelitian. Dalam penelitian
ini teknik yang digunakan untuk memperoleh sampel adalah melalui teknik
incidental sampling.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara self efficacy dengan health beliefs. Hal ini berarti semakin yakin individu atas
kemampuannya dalam menampilkan perilaku sehat, maka individu semakin
melakukan penilaian terhadap ancaman yang terjadi akibat masalah kesehatan yang
mungkin berkembang dan mempertimbangkan tentang keuntungan dan kerugian
dalam menampilkan perilaku sehat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
subyek dalam penelitian ini merasa yakin dapat menjalankan kontrol kadar gula
darah secara teratur sesuai anjuran dokter, tetapi sebaliknya subyek merasa tidak
yakin dapat berolahraga secara teratur sesuai anjuran dokter. Selain itu, subyek
mempersepsikan dirinya memiliki kerentanan yang tinggi terhadap komplikasi
penyakit diabetes mellitus dan menjalankan perilaku sehat yang direkomendasikan
dokter membawa kerugian lebih sedikit daripada keuntungan yang dipersepsikan
individu.
Penelitian ini untuk selanjutnya perlu diadakan dengan melibatkan sampel
yang lebih besar, perbaikan item-item kuesioner dan Mencari lebih banyak literatur
mengenai teori health specrfic self efficacy dan health belief model."
2004
S3422
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library