Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
Cipto Wardoyo
"Khotbah Jumat adalah rangkaian dari ibadah salat Jumat yang dilakukan oleh setiap muslim setiap pekan. Aspek kebahasaan dalam penyampaian khotbah Jumat sangat menarik untuk diteliti dan diulas lebih dalam dari sisi linguistik terutama dengan pendekatan pragmatik. Penelitian ini mencoba menganalisis penggunaan tindak tutur direktif yang terealisasi dalam khotbah Jumat di kota Bandung dan Sukabumi. Sumber data diambil dari rekaman dan observasi khotbah Jumat yang ada di beberapa masjid yang dipilih secara acak di kota Bandung dan Sukabumi. Hasil analisis data menunjukan bahwa tindak tutur tutur khotbah dengan menggunakan bentuk ajakan terlihat lebih dominan dengan menggunakan kata “ayo, kita, ayo kita, mari”. Tuturan memerintah dengan beberapa pola: verba yang diikuti partikel “lah”, verba yang diberi sufiks “kan”, dan verba yang diikuti oleh sufiks “i”. Selanjutnya, tuturan melarang yang disampaikan oleh khotib secara lugas dengan kata “tak usah, tak perlu, jangan, jangan sekali-kali. Tuturan direktif tak langsung juga disampaikan sang khotib dilakukan dengan menggunakan kalimat berita dengan memberikan gambaran manfaat, keuntungan atau sesuatu yang akan diperoleh jikalau melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Friday‟s sermon is a series of weekly prayers performed by every Muslim . The linguistic aspects in delivering Friday sermon is fascinating to be discussed and analyzed deeply in terms of religious language,especially from the pragmatic point of view. This research tries to explain the use of directive speech act that realized in Friday sermon at Bandung and Sukabumi. Sources of data were taken randomly from the recording and observation of Friday sermon in several mosques in Bandung and Sukabumi. The result of data analysis shows that the speech act of Friday sermon which using the invitation formsis more dominant by some words,such as“ayo, kita, ayo kita, mari”.Directive speech acts use several imperative patterns such as verbs followed by "lah" particles, Verb followed by suffix "kan", and verbs followed by the suffix "i". Furthermore, the prohibition speech acts were directly delivered through the words"“tak usah, tak perlu, jangan, jangan sekali-kali”. Indirect directive speech acts are also performed by the khotib by using the declarative sentence through providing an overview the benefits, advantages or something to be gained if doing or not doing something."
ambon: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2019
400 JIKKT 7:2 (2019)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library