Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Cherli Septiani
"Film Wolf Warrior 2 (战狼2/ zhàn láng 2) karya Wu Jing yang dirilis pada tahun 2017, berkisah tentang seorang mantan pasukan khusus Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) yang bernama Leng Feng di Afrika. Leng Feng merupakan seorang pegawai perdagangan ekspor dari Cina ke Afrika, namun dengan adanya peperangan dan wabah penyakit yang terjadi di Afrika membuat Leng Feng harus mengevakuasi warga negara Cina yang berada di Afrika untuk kembali ke Cina. Dalam film tersebut tidak hanya menampilkan tokoh utama Leng Feng, tetapi juga menampilkan latar tempat di Afrika dan beberapa dialog menyebutkan hal tentang Afrika. Berdasarkan observasi yang dilakukan, penulis bermaksud untuk meneliti film Wolf Warrior 2 yang diluncurkan pada tahun 2017 yang dibuat dan disutradarai oleh Wu Jing. Observasi yang dilakukan untuk melihat bagaimana film Wolf Warrior 2 merepresentasikan hubungan antara Cina dan Afrika, serta melihat maknanya melalui adegan di dalam film. Melalui metode kualitatif deskriptif, peneliti menemukan bahwa dalam film Wolf Warrior 2 menampilkan adanya hubungan diplomatik antara Cina dan Afrika.
The Wolf Warrior Movie 2 (战狼 2/ zhàn láng 2) by Wu Jing which released in 2017, tells a story about a former special forces of the People Liberation Army (PLA) in Africa who becomes an export trader laborer from China to Africa. His name is Leng Feng, however, the existence of wars and disease outbreaks in Africa made Leng Feng need to evacuate all Chinese citizen in Africa back to China. The film not only features the main character Leng Feng, but also features a setting in Africa and some dialogues mentioning things about Africa. Based on the observations made, the writer intends to examine the film Wolf Warrior 2 which was launched in 2017 which was made and directed by Wu Jing. Observations were made to see how the film Wolf Warrior 2 represents the relationship between China and Africa, and to see its meaning through the scenes in the film. Through qualitative descriptive method, the researcher found that the film Wolf Warrior 2 shows the relationship between China and Africa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Cherli Septiani
"Kontestasi anime Jepang dan animasi Cina (donghua) merupakan fenomena yang menarik. Belakangan ini, film animasi yang beredar bukan hanya didominasi oleh anime Jepang namun juga film animasi Cina atau yang dikenal dengan sebutan donghua. Peminat anime Jepang mulai melirik donghua Cina. Bagaimana kontestasi konkrit di antara keduanya menjadi fokus permasalahan penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan kontestasi anime Jepang dan donghua Cina. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah kontestasi budaya yang dikemukakan oleh Marc Howard Ross (2009) dan soft power dari Joseph Nye (2004). Eksplanasi atas kontestasi anime Jepang dan donghua Cina terbagi atas kontestasi unsur intrinsik dan kontestasi unsur ekstrinsik. Kontestasi unsur intrinsik berkenaan dengan (i) isi cerita, (ii) sinematografi, dan (iii) karakter animasi. Sementara itu, kontestasi unsur ekstrinsik, terbagi atas (i) kontestasi popularitas anime Jepang dan donghua Cina di kalangan komunitasnya, dan (ii) kontestasi popularitas anime-donghua di kalangan reviewer anime. Berdasarkan hasil yang diperoleh, anime Jepang masih dapat berkontestasi dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik. Namun, permasalahan internal seperti pekerjaan animator yang bekerja melampaui batas dengan pendapatan yang rendah membuat orang Jepang enggan menjadi animator. Jika permasalahan ini tidak teratasi, anime akan mengalami masalah dalam hal rekrutmen animator yang berkualitas. Sementara itu, donghua dalam hal ini masih pada tahap mengembangkan unsur intrinsik dan ekstrinsiknya, seperti isi cerita, sinematografi, karakter anime, popularitas di kalangan komunitas dan reviewer. Meskipun pembuatan animasinya sudah sangat canggih, masih ada bagian-bagian tertentu dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik yang belum bisa menyaingi anime.
The contestation between Japanese anime and Chinese animation (donghua) is an interesting phenomena. These days, animated films in circulation are not only dominated by Japanese anime but also Chinese animated films or known as donghua. Japanese anime fans are starting to look at Chinese donghua. How concrete contestation between the two is the focus of this research problem. The purpose of this research is to explain the contestation of Japanese anime and Chinese donghua. The theory used in this research is cultural contestation proposed by Marc Howard Ross (2009) and soft power from Joseph Nye (2004). Explanation of the contestation of Japanese anime and Chinese donghua is divided into intrinsic element contestation and extrinsic element contestation. Intrinsic element contestation concerns (i) story content, (ii) cinematography, and (iii) animated characters. Meanwhile, the contestation of extrinsic elements is divided into (i) contestation of the popularity of Japanese anime and Chinese donghua among their communities, and (ii) contestation of anime-donghua popularity among anime reviewers. Based on the results obtained, Japanese anime can still contest in intrinsic and extrinsic elements. However, internal problems such as overworked animators with low income discourage Japanese people from becoming animators. If these issues are not resolved, anime will experience problems in terms of recruiting qualified animators. Meanwhile, donghua in this case is still in the stage of developing its intrinsic and extrinsic elements, such as story content, cinematography, anime characters, popularity among the community and reviewers. Although the animation creation is very sophisticated, there are still certain parts such as story content, popularity among the community and reviewers that cannot compete with anime."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library