Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Celly Anantaria Atmadikoesoemah
Abstrak :
Latar Belakang. Merokok merupakan faktor risiko yang paling mudah dimodifikasi dalam proses terjadinya gagal jantung. Di Indonesia, 88% konsumsi rokok adalah kretek. Sejauh ini belum ada studi mengenai hal ini terhadap fungsi ventrikel kiri. Penelitian ini akan melihat pengaruh akut rokok kretek pada partisipan usia muda dan membandingkan efek akut rokok kretek dengan rokok putih terhadap fungsi diastolik ventrikel kiri menggunakan ekokardiografi Metode. Uji eksperimental dilakukan di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Pusat Jantung Nasional Harapan Kita pada Maret - April 2013. Lima puluh partisipan dikategorikan sebagai bukan perokok rutin dan perokok rutin. Kesemuanya diminta tidak merokok minimal 2 jam sebelum penelitian. Pemeriksaan ekokardiografi dilakukan sebelum mulai merokok, segera setelah, dan satu jam setelah merokok rokok putih dan rokok kretek. Partisipan datang kembali di hari berikutnya untuk merokok jenis rokok lain. Hasil. Setelah merokok putih, nilai E/e' septal kelompok bukan perokok rutin meningkat segera setelah merokok dan terus meningkat satu jam kemudian dibandingkan nilai dasar pengukuran, dengan rerata berturut-turut 7.63 + 1.63 dan 7.81 + 1.59, p = 0.000. Kelompok perokok rutin juga mengalami peningkatan rasio E/e' septal segera setelah merokok hingga satu jam kemudian, rerata 7.76 + 1.31 dan 7.71 + 1.20, p = 0.000. Segera setelah merokok kretek, rasio E/e' septal kelompok bukan perokok rutin meningkat hingga satu jam kemudian, rerata 7.53 + 1.58 dan 7.74 + 1.45, p = 0.000. Kelompok perokok rutin juga mengalami peningkatan E/e' septal, rerata 7.74 + 1.45 dan 7.78 + 1.40, p = 0.000. Kesimpulan. Rokok menyebabkan perubahan akut fungsi diastolik ventrikel kiri pada kelompok perokok rutin dan bukan perokok rutin. Perubahan fungsi diastolik yang disebabkan rokok kretek berlangsung lebih lama pada kelompok bukan perokok rutin.
Background. Smoking is one of the most modifiable risk factor in heart failure. In Indonesia, 88% of cigararette smoked is clove cigarette. To the best of our knowledge, there were no studies published regarding this issue on left ventricular diastolic function. This sudy is to describe the acute effects of clove cigarette smoking on diastolic function in young participants and comparing the effects caused by clove cigararette to regular cigarette. Methods. This is an experimental study carried out in Department of Cardiology and Vascular Medicine Universitas Indonesia/ National Cardiavascular Center Harapan Kita in March - April 2013. Fifty participants divided into two groups: non daily smoker and daily smoker. Both groups were asked not to smoke for at least 2 hours prior to study. Echocardiography study was performed to before, right after and 60 minutes after smoking. Participants were then asked to come back on the next day to perform the same procedure with another kind of cigarette. Result. After regular cigarette smoking, there was an increased septal E/e' from baseline in the non daily smoker group right after and 60 minutes after smoking, mean value of 7.63 + 1.63, 7.81 + 1.59 respectively, p = 0.000. In the daily smoker group, there was also an increase septal E/e profile, mean value of 7.76 + 1.31, 7.71 + 1.20), p = 0.000. After consumption of clove cigarette, a higher septal E/e' was found in non daily smoker group, which lasting to 60 minutes after smoking, mean value of 7.53 + 1.58, 7.74 + 1.45), p = 0.000. Increased septal E/e' was also showed in daily smoker group, mean value of 7.74 + 1.45, 7.78 + 1.40, p = 0.000. Conclusion. Clove and regular cigarette smoking have acute effects on left ventricular diastolic function in both non daily smokers and daily mokers. In comparison to regular cigarette, clove cigarette caused longer compromised diastolic function in non daily smokers.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Celly Anantaria Atmadikoesoemah
Abstrak :
Latar Belakang: Proses pendidikan kedokteran berawal dari seleksi calon peserta didik. Faktor nonakademik, yang meliputi kualitas dan nilai-nilai yang dianut seseorang ternyata dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan seseorang, sehingga perlu dinilai sejak awal. Salah satu instrumen uji potensi/ psikometrik yang mampu mengukur hal tersebut adalah situational judgement test SJT . Hingga saat ini belum ada studi mengenai penggunaan SJT sebagai bagian uji seleksi masuk program pendidikan spesialis di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan suatu studi validasi butir soal SJT yang mengukur kemampuan nonakademik calon peserta didik pada Prodi IPJPD FKUI. Atribut uji meliputi profesionalisme, komunikasi efektif, dan kepemimpinan. Penelitian bersifat kuantitatif dengan rancangan potong lintang dengan melakukan uji coba terhadap seluruh PPDS Prodi IPJPD FKUI. Analisis dilakukan antara lain dengan mengevaluasi tingkat kesulitan item difficulty dan konsistensi internal internal consistency. Hasil: Validitas isi dilakukan melalui penyelenggaraan rapat ahli dan pemilihan soal untuk diujicobakan terhadap seluruh PPDS Prodi IPJPD FKUI. Sepuluh dari enam puluh soal yang dirapatkan oleh para ahli gagal mencapai kesepakatan sehingga digugurkan. Nilai 50 soal SJT yang diujicobakan terhadap PPDS berdistribusi normal. Indeks kesulitan soal antara 56-88 . Terdapat 22 dari total soal dengan indeks kesulitan melebihi 80 . Rerata capaian PPDS pada atribut profesionalisme sebesar 716,89 3,60 dengan nilai maksimal yang ditargetkan adalah 968, rerata capaian pada atribut komunikasi efektif adalah 302,24 15,41 dengan nilai maksimal yang ditargetkan adalah 408, dan rerata capaian PPDS pada atribut kepemimpinan adalah 644,82 30,71 dengan nilai maksimal yang ditargetkan adalah 868. Rerata nilai SJT PPDS laki-laki lebih tinggi daripada rerata nilai SJT PPDS perempuan 720,57 35,38 vs 711,62 32,14, p > 0,05 . Tidak ditemukan pengaruh usia dan tahap pendidikan terhadap nilai total SJT PPDS. Terdapat 17 soal yang tidak berkorelasi signifikan dengan skor total sehingga dinyatakan tidak valid. Tiga puluh tiga soal 66 dinyakan valid dengan nilai reabilitas Cronbach Alpha sebesar 0,809. Kesimpulan:Tidak adanya perbedaan bermakna pada nilai SJT berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tahap pendidikan menunjukkan bahwa SJT bersifat netral fair . Hal ini penting bagi uji seleksi yang bersifat high stakes. Nilai SJT yang didapat calon peserta didik sebaiknya tidak digunakan sebagai penapis peserta didik tersebut untuk mengikuti pendidikan pada prodi; pertimbangan layak tidaknya seseorang diterima sebagai calon peserta didik memerlukan penilaian ataupun uji lainnya, dengan pertimbangan adanya soal-soal SJT yang tidak bersifat diskriminatif karena memiliki indeks kesulitan melebihi 80.
Background: Selection is the first assessment in the medical education and training pathway. In addition to the academic ability, the non academic attributes are also important to be assessed. Situational judgement tests SJT provides a reliable method for measuring important non academic attributes that are important for education and training. To the best of our knowledge, no previous study has explored the use of SJT in postgraduate training selection system in any medical school in Indonesia. Methods: This cross sectional study was to validate the SJT that measure the non academic attributes in candidates of Cardiology and Vascular Medicine Study Program Postgraduate Training. Specifically, we addressed three non academic attributes, i.e professionalism, effective communication, and leadership. Pilot testing was done on all current residents of the study program. The SJT item difficulty and internal consistency were analyzed. Results: Content validity was conducted by performing expert review, releasing fifty out of sixty SJT scenarios to be piloted on the residents. SJT scores were relatively normally distributed. The difficulty index was in the expected range 56 88 . 22 SJT scenarios had difficulty index value above 80 . The mean score on professionalism was 716.89 3.60 maximal targeted score was 968 the mean score on effective communication was 302.24 15.41 maximal targeted score was 408 the mean score on leadership was 644.82 30.71 maximal targeted score was 868 . Males outperformed females on the mean SJT score 720.57 35.38 vs 711.62 32.14, p 0.05 . There are no significant differences on SJT scores with respect to residents rsquo age and their three level of cardiology training. Seventeen out of 50 piloted SJT scenarios had no significant correlation, and thus considered non valid the rest of the scenarios 66 were valid with good realibility Cronbach rsquo s Alpha 0.809. Conclusion: No statistically significant group differences in performance on SJT based on gender, age, and level of cardiology training showed that SJT was fair. Fairness was essential in any high stakes tests. Concerning that there were some SJT rsquo s scenarios with difficulty index above 80 , we suggested that the SJT not be used as a single instrument in sifting candidates out of the postgraduate training.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library