Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Camelia Dwi Putri Masrijal
"Pseudoefedrin hidroklorida dan triprolidin hidroklorida merupakan zat aktif yang biasa terdapat dalam sediaan obat influenza. Penelitian ini dilakukan untuk menetapkan kadar pseudoefedrin hidroklorida dan triprolidin hidroklorida dalam sediaan sirup obat influenza secara KLT densitometri. Kondisi optimal untuk memisahkan pseudoefedrin hidroklorida dan triprolidin hidroklorida dalam penelitian ini menggunakan fase diam lempeng kaca HPTLC silika gel Kieselguhr 60 F 254, 20x10 cm2 (Merck) dengan fase gerak metanol, ammonia dan kloroform (40:2:30). Bejana KLT 25x25x10 cm3 dijenuhkan selama 2 jam dan zat uji dalam pelarut metanol ditotolkan sebanyak 1,0 μL dengan jarak elusi 8 cm. Lempeng dianalisis menggunakan Camag TLC Scanner 3, dengan detektor uv-vis pada panjang gelombang 257 nm untuk pseudoefedrin hidroklorida dan 290 nm untuk triprolidin hidroklorida. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pseudoefedrin hidroklorida memiliki linearitas (r) = 0,99993 dengan batas deteksi 0,1047 μg dan batas kuantitasi 0,3490 μg sedangkan triprolidin hidroklorida memiliki linearitas (r) = 0,99998 dengan batas deteksi 0,0734 μg dan batas kuantitasi 0,2445 μg. Dari hasil uji keterulangan, pseudoefedrin hidroklorida dan triprolidin hidroklorida memberikan nilai koefisien variasi di bawah 2 %. Hasil uji perolehan kembali pseudoefedrin hidroklorida rata-rata adalah 99,98 % ± 1,05 dan triprolidin hidroklorida rata-rata adalah 99,73 % ± 1,54. Kadar rata-rata pseudoefedrin hidroklorida dalam sampel adalah 5,652 mg/mL, kadar yang tertera dalam kemasan adalah 6 mg/mL. Sedangkan triprolidin hidroklorida adalah 0,235 mg/mL, kadar yang tertera dalam kemasan adalah 0,25 mg/mL."
Universitas Indonesia, 2007
S32600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Camelia Dwi Putri Masrijal
"ABSTRAK
Medroksiprogesteron asetat merupakan progestin sintetik yang digunakan sebagai kontrasepsi hormonal jangka panjang. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan penetrasi subkutan dari medroksiprogesteron asetat. Pada penelitian ini telah dilakukan optimasi formula transfersom yaitu F1, F2 dan F3 dengan perbandingan fosfatidilkolin : Tween 80  berturut-turut adalah 90:10; 85:15; dan 75:25. Hasil karakterisasi menunjukkan F2 adalah formula terbaik dengan efisiensi penjerapan 81,20 ± 0,42 %, Zaverage 81,35 ±0,78 nm, indeks polidispersitas 0,198 ± 0,012 dan potensial zeta -34,83±0,64 mVsehingga digunakan pada formulasi sediaan gel. Sediaan gel yang dibuat terdiri dari dua formula, yaitu gel transfersom (FGT) dan gel non transfersom (FG). Terhadap kedua gel tersebut dilakukan uji penetrasi in vitro menggunakan sel difusi Franz dan uji in vivo pada tikus betina Sprague Dawley. Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan jumlah kumulatif medroksiprogesteron asetat terpenetrasi dari FGT lebih tinggi daripada FG selama 24  jam, dengan nilai fluks untuk FGT dan FG masing-masing adalah 112,77 ± 6,47 ng.cm-2.jam-1 dan 17,99 ± 4,81 ng.cm-2.jam-1. Pada uji in vivo, medroksiprogesteron asetat dalam sediaan FGT memberikan hasil area under the curve (AUC) yang lebih tinggi dari pada dalam sediaan FG. 

ABSTRACT
Medroxyprogesterone acetate is a synthetic progestin which is used as long-acting hormonal contraceptive. The aim of this research was to increase subcutaneous penetration of medroxyprogesterone acetate. In this research three transferosomes formulas were prepared and optimized,e.g.F1,F2 and F3 with posphatidylcoline : tween 80 concentration were 90:10; 85:15; and 75:25, respectively. F2 was the best formula with highest entrapment eficiency 81.20 ± 0.42 %, Zaverage 81.35 ±0.78 nm, indeks polidispersity 0.198±0.012 and zeta potensial was -34.83±0.64 mV, so it was incorporated into gel dosage form. There were two gels prepared, transferosomal (FGT) and non transferosomal gel (FG). Both of them were evaluated, in vitro penetration test using Franz Diffusion cells and in vivo study in Sprague Dawley female rats were also conducted to each dosage forms. According to in vitro penetration study, cummulative penetration of medroxyprogesterone acetate from FGT was higher than FG, which flux value for FGT and FG were 112.77 ± 6,47 ng.cm-2.hr-1 and 17.99 ± 4.81 ng.cm-2.hr-1, respectively. The result of in vivo study showed that medroxyprogesterone acetate in FGT dosage form had higher area under the curve of medroxyprogesterone acetate than in FGdosage form."
2019
T54762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library