Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bima
Abstrak :
Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas Negara hukum (rechtsstaat) tidak berdasarkan pada negara yang berdasarkan pada kekuasaan belaka (machtsstaat). Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) tentunya tindakan dari pemerintah tersebut harus berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku. Dibutuhkan suatu pengujian yuridis terhadap tindakan pemerintah dan pengujian yang dilakukan terhadap tindakan pemerintah itu harus dapat menghasilkan perlindungan bagi kepentingan rakyat. Apabila tindakan tersebut bertentangan dengan kepentingan rakyat, maka kepentingan rakyat tidak semena-mena dapat dikorbankan begitu saja. Prinsip adanya peradilan TUN, untuk menempatkan kontrol yudisial dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik menjadi bias dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Apabila suatu putusan PTUN tidak memiliki kekuatan eksekutorial, bagaimana mungkin hukum dan masyarakat dapat mengawasi jalannya pemerintah yang dilaksanakan oleh pejabat-pejabat TUN. Maka dari itu diperlukannya suatu sanksi administratif yang tegas seperti pembayaran uang paksa dwangsom terhadap si pejabat yang tidak mau melaksanakan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara.
Indonesia is a country based on Law, and not a country based on power, As a country that based on law, surely the Government must act according to law. It is needed to analyze if it was suspected about any Government or Government official wrongdoing which the outcome is for the greater good. The main principal of the Administrative Court is to put Judiciary control on the Government itself. If The Administrative Court make a law decision that does not have a real impact to government, than it really is a waste of time. Therefore there is a need of an administrative punishment for those government officials to make sure that they obey the law decision that have been made by the Administrative Court.
Universitas Indonesia, 2012
S43166
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurahman Maulana Bima
Abstrak :
Analis intelijen sebagai bagian dari eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dituntut untuk memberikan dukungan berupa peringatan kepada eksekutif melalui kegiatan analisis. Kegiatan analisis intelijen di era informasi saat ini memiliki kesempatan untuk meningkatkan kinerja analisis dengan bantuan inovasi teknologi komputer. Teknologi komputer saat ini telah berinovasi menghasilkan satu disiplin yang disebut dengan Data Science. Peneilitan ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana inovasi teknologi komputer yang ada saat ini dapat membantu analis intelijen untuk meramalkan defisit neraca perdagangan Indonesia. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian dimulai dengan melakukan perumusan masalah dengan merujuk pada siklus intelijen. Tahap direksi pada siklus intelijen merupakan kondisi defisit neraca perdagangan. Kemudian pada tahap koleksi data, dilakukan akses basis data yang bersifat data terbuka yaitu data makroekonomi. Laporan-laporan pada basis data kemudian diekstrak kedalam lingkungan kerja analisis intelijen. Setelah ekstraksi pengamatan, dilakukan pembersihan data dan proses analisa data sehingga menghasilkan wawasan peramalan kondisi neraca perdagangan. Terakhir, dilakukan peninjauan alat-alat ramalan yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana Data Science diimplementasikan pada kegiatan analisis intelijen dengan metode Signpost of Change. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan alat-alat analisis Vector Error Correction Model (VECM) yang disediakan oleh teknologi komputer saat ini untuk kegiatan analisis intelijen dapat menutupi celah kekurangan Signpost of Change Method (SOC). Selain itu, metode kuantitatif menghasilkan ramalan yang dapat diukur akurasinya menggunakan variabel Root Mean Squared Error (RMSE). Model estimator metode kuantitatif memiliki akurasi 83%.
Intelligence analysts as part of the executive responsible for decision making are required to provide support in the form of warnings to the executive through analysis activities. Intelligence analysis activities in the current information age have the opportunity to improve analytical performance with the support of computer technology innovation. Today's computer technology has innovated to produce a discipline called Data Science. This research aims to explain how existing computer technology innovations can help intelligence analysts to forecast Indonesia's trade balance deficit. The approach used in this study are both qualitative and quantitative approach. The research begins by conducting intelligence activities, which refers to the intelligence cycle. The directing stage in the intelligence cycle is a condition of the trade balance deficit. Then at the data collection stage, open database access is performed, namely macroeconomic data. Reports in the later database are extracted into the intelligence analysis work environment. After extraction of observations, data cleaning and data analysis are carried out so as to produce insight into forecasting the condition of the trade balance. Finally, a review of forecast tools is used to explain how Data Science is implemented in intelligence analysis activities using the Signpost of Change method. The results of this study indicate that the use of analytical tools namely Vector Autoregression (VAR) or Vector Error Correction Model (VECM) provided by current computer technology for intelligence analysis activities can cover the gaps of Signpost of Change Method (SOC) deficiencies respectively. In addition, quantitative methods produce predictions that can be measured for accuracy using the variable Root Mean Squared Error (RMSE). The quantitative method estimator model has an accuracy of 83%.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haidir Bima
Abstrak :
ABSTRAK
Aterosklerosis adalah penyakit sistemik, Peripheral artery disease PAD dan Carotid artery stenosis CS secara luas mencakup penyakit vaskular yang keduanya dikenal sebagai manifestasi spesifik aterosklerosis. Mengingat etiologi umum aterosklerosis perifer yang bisa terjadi di lokasi vaskular yang berbeda, keberadaan penyakit di satu tempat meningkatkan frekuensi penyakit simptomatik dan asimtomatik di tempat lain. Karena keduanya memiliki penyebab yang sama, maka terdapat hipotesis bahwa keduanya berkorelasi satu sama lain. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan Carotid artery stenosis CS pada pasien lower extremityPeripheral artery disease PAD berat serta mengetahui prevalensi Carotid artery stenosis CS dan ketebalan Intimal media thicknes IMT pada pasien dengan penyakit lower extremity Peripheral artery disease PAD berat. Penelitian ini dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo selama Februari-Mei 2018. Penelitian ini bersifat prospektif, data diambil dari data sekunder berdasarkan anamnesis dan hasil laboratorium sedangkan derajat stenosis dan intimal media thickness dilakukan carotid duplex ultrasound DUS dengan United imaging ultrasound menggunakan probe 8,5 Mhz. Data dikumpulkan, direvisi, dikodekan dan dimasukkan ke paket statistik untuk ilmu sosial SPSS versi 20 dan yang berikut ini dilakukan : Data kualitatif disajikan sebagai jumlah dan persentase sementara data kuantitatif disajikan sebagai rata-rata, standar deviasi, rentang median dan interkuartil. Kurva karakteristik operasi penerima digunakan untuk menilai titik potong terbaik dengan sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan nilai prediktif negatif. Interval kepercayaan ditetapkan 95 dan margin kesalahan ditetapkan hingga 5 sehingga p-value dianggap signifikan sebagai P> 0,05. Hasil penelitiandidapatkan 50 subjek dengan rentang umur antara 49-80 tahun 63,8 8,8 tahun , dimana yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 62 , dan perempuan sebanyak 19 38 . Didapatkan korelasi antara hiperkolesterol dan riwayat merokok dengan derajat Carotid Stenosis dengan nilai ABSTRACT
Atherosclerosis is a systemic disease, Peripheral arterial disease PAD and Carotid artery stenosis CS widely include vascular disease bothh known as specific manifestation of atheroscleroris. Given the common etiology of peripheral atherosclerosis that can occur in different vascular sites, the presence of disease in one place increases the frequency of symptomatic and asymptomatic disease elsewhere. Since both have the same cause, there is a hypothesis that the two are correlated with each other. The objective of the study were to investigate the risk factor associated with Carotid artery stenosis CS in patients with severe lower extremity Peripheral arterial disease PAD and to know the prevalence of Carotid artery stenosis CS and degree of Intimal media thickness IMT in patients with severe lower extremity Peripheral arterial disease PAD . This research was conducted at Cipto Mangunkusumo General Hospital during February-May 2018. This is prospective research, the data was taken from secondary data based on hystory taking and laboratory result while the degree of stenosis and intimal media thickness is carotid duplex ultrasound DUS with United imaging ultrasound, using linier probe 8,5 Mhz. Data are collected, revised, encoded and fed into statistical package for social-science SPSS version 20, and the following are performed : Qualitative data are presented as quantities and percentages while quantitative data are presented as mean, standart deviation, median and interquartile range. The reciever operating characteristic curve is use to asses the best ctoff point with sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive value. The confidence interval is set 95 and the margin error is set to 5 so p-value is considered significant as p
2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tigor Rona Airlangga Harya Bima
Abstrak :

 

Latar Belakang: Antraks orofaringeal disebabkan oleh Bacillus anthracis, agen bioterorisme tipe A yang menyebabkan permasalahan kesehatan global. Penegakan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan pengujian laboratorium. Bakteri B.anthracis dapat ditumbuhkan pada hampir semua nutrient agar, agar darah adalah gold standard dengan masa inkubasi 16-24 jam. Peran saliva dalam diagnosis antraks belum banyak diketahui, penelitian sebelumnya mendeteksi antibodi  spesifik protective antigen pada saliva. Tujuan: Untuk mengetahui metoda deteksi cepat yaitu saat spora bakteri B.anthracis mulai masuk ke dalam rongga mulut sehingga dapat digunakan sebagai antisipasi serangan bioterorisme. Metode: Terdiri dari penelitian laboratorik untuk mengetahui metoda yang tepat menggunakan sampel saliva pada media kultur agar darah dan broth BHI. Dan penelitian terhadap subjek penelitian. Hasil: Bakteri B.anthracis dapat dideteksi dengan menggunakan unprovocated/whole saliva, pemanasan 62,5oC dan mulai dapat dideteksi pada konsentrasi 103. Dengan waktu inkubasi yang lebih cepat menggunakan media broth BHI. Pada penelitian terhadap subjek, tidak ditemukan adanya bakteri pada saliva subjek. Kesimpulan: Saliva dapat menjadi sumber sampel diagnosis deteksi cepat antraks.


Background: Oropharyngeal anthrax is caused by Bacillus anthracis, a type A bioterrorism agent that causes global health problem. Diagnosis is define by evaluation of clinical examination and laboratory testing. B.anthracis can be grown on almost all nutrient agar, blood agar is the gold standard with 16-24 hours incubation period. The role of saliva to define the diagnosis is not widely known, previous study performed to detect an antibody spesific to protective antigen in saliva. Aim: To determine the detection method in early stage, when the spore of B.anthracis enters the oral cavity and can have a role as the anticipation of bioterrorism attack. Methods: Consist of laboratory study to find out the best method for saliva in blood agar and broth BHI. And population study to know the prevalence of anthrax on the endemic area. Result: Detection of B.anthracis is using unprovocated  / whole saliva, heat shock 62,5oC and can be detected start from 103 consentration. The fastest method is using broth BHI. Summary: Saliva has a role to be a diagnostic sampel in the early detection of anthrax.

Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library