Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Sudarto
"Dalam pembahasan tesis ini yang berjudul Evaluasi Investasi Dalam Pengusahaan Tambang Batubara di Bengkulu Dengan Pola Kemitraan PT. Berkala Internasional Dengan Koperasi Bangun Prima Mandiri, mengkaji kelayakan rencana investasi dari aspek finansial keekonomian.
Dari aspek keuangan bahwa Proyek penambangan batubara di Bengkulu memerlukan anggaran biaya investasi sebesar Rp. 12.852.000.000. Jumlah investasi tersebut akan dipenuhi dengan dana sendiri sebesar Rp. 7.852.000.000 kekurangan sebesar Rp. 5.000.000.000 akan dipenuhi dari pinjaman perbankan.
Dengan rencana produksi 200.000 ton/tahun, harga US$ 17 dengan kurs US$ 1 = Rp. 7500 diperoleh hasil evaluasi NPV sebesar Rp.155, 4 juta, IRR 30,44%, dengan tingkat pengembalian modal (Pay back period) 2 tahun 2 bulan, investasi ini lebih menguntungkan di danai dari modal pinjaman dibandingkan dengan dibiayai dengan modal sendiri hal ini ditunjukkan dengan EPS dari modal pinjaman sebesar Rp. 426 315 dibandingkan dengan EPS modal sendiri Rp. 273.711. Hasil evaluasi EVA adalah positif yaitu menghasilkan laba sebesar 2,71 Miliar. EVA adalah tolak ukur yang lebih akurat dan memberikan manfaat rill pada perusahaan.
Pelaksanaan proyek penambangan batubara di Bengkulu akan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, untuk membantu penerimaan pemerintah dari sektor pajak dan royalti, menambah devisa negara dan ikut menggairahkan kegiatan ekonomi di daerah tersebut.

Investment Evaluation of joint venture partner between PT. Berkala International and Bangun Prima Mandiri Cooperation in Coal Mining Enterprise in BengkuluThis ?Investment Evaluation of joint venture partner between PT. Berkala International and Bangun Prima Mandiri Cooperation in Coal Mining Enterprise in Bengkulu? thesis comprises the evaluation and analyses of feasibility of planning Investment.
The evaluation and analysis is focused on the financial aspects. From the financial point of view. Coal mining project in Bengkulu needs investment as much as Rp. 12.852.000.000. This amount of money can only be covered by internal sources as big as Rp. 7.852.000.000, while he rest of them are covered by bank allowance.
Financial aspect analysis shows that the bank allowance can be returned in 5 years which is 1 year faster than mining closure.
Come up result of he evaluation are as follow:
By production planning of 200.000 ton/year, 17 US$ (1 US$ = Rp. 7.500) will give NPV of Rp. 155.4 Million, IRR 30,44%, with pay back period of about 26 months which is faster than mining operation. This investment could give more benefit if the financial cost is covered by the bank allowance rather ha internal sources. This condition is shown by EPS of bank allowance hat is Rp. 426.315 compare to EPS internal sources that is Rp. 273.700. EVA evaluation is positive that give a benefit of Rp. 2.71 billion. The Economic Value Added (EVA) is more accurate in calculating real benefit.
The present of coal mining in Bengkulu will give a positive effect for the society, increase government income by tax and royalty, and create economic activity in the region."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T8529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sudarto
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17096
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sudarto
"ABSTRAK
Deregulasi di bidang moneter dan perbankan, khususnya
sejak Paket Oktober 1988 yang pada dasarnya menghilangkan entry
barriers industri perbankan, membuat kalangan usahawan
berlomba-lomba memasuki industri ini.
Dalam kurun waktu kurang dari 2 (dua) tahun, ratusan
cabang baru perbankan telah dibuka di seluruh Indonesia dan
jumlah itu akan terus membengkak.
Walaupun perekonomian Indonesia secara umum berkembang
relatif pesat, namun pertumbuhan industri perbankan membuat
situasi benar-benar menjadi buyers' market.
Dalam kondisi demikian, kalangan perbankan mudah sekali
diadu domba oleh para nasabah dalam seal suku bunga, apalagi
manajemen Bank pada umumnya sangat menekankan pada target
pertumbuhan yang pesat dari aktiva, sumber dana dan keuntungan
tanpa memberikan arah yang jelas tentang cara mencapainya.
Akibatnya setiap cabang sebuah Bank cenderung secara
membabi-buta menerima semua nasabah tanpa pandang bulu, bahkan
kalau perlu segera bersedia menderita kerugian. Akibatnya
keahlian pelayanan para personalia perbankan menjadi minimal.
Menghadapi situasi demikian, Bank Umum Nasional cabang
Warung Buncit, sebagai kasus dari studi ini, ternyata juga
cenderung mengikuti arus. Apalagi Bank Umum Nasional hanya
mengenal sistim pool rate berupa RPKP I RPKC dan prime rate
yang pada dasarnya tidak mungkin diterapkan untuk setiap dan
semua cabang mengingat masing-masing cabang memiliki
karakteristik cost dan revenue sendiri.
Dalam upaya menanggulangi masalah-masalah tersebut di
atas, diusulkan setiap cabang Bank Umum Nasional menghitung
Cost of Funds dan Prime Rate-nya sendiri-sendiri dengan
menggunakan metoda Historical Average Cost yang relatif mudah
dan murah digunakan.
Analisa Cost of Funds dan Prime Rate masing-masing
cabang ternyata merupakan alat yang ampuh untuk menyusun
strategi dalam upaya menanggulangi masalah yang muncul.
Dengan alat ini setiap cabang mampu menganalisa kelemahan dan
kekuatannya sendiri sehingga relatif dapat lebih mampu
mengendalikan bidang-bidang yang rawan melalui berbagai cara.
Sebagai contoh, Bank Umum Nasional cabang Warung
Buncit terbukti lemah dalam bidang pengembangan volume usaha
(loan) dan pengendalian Overhead Cost, tetapi kuat dalam hal
pengendalian kredit macet, pendanaan maupun Pendapatan Lain-
Lain.
Walaupun demikian, metoda Historical Average Cost dan
data yang dipakai memang mengandung beberapa kelemahan. Sebab
itu setiap cabang seyogyanya memahami kelemahan-kelemahan itu
dan tidak memakai basil perhitungan Cost of Funds dan Revenue
secara 'mati'.
Misalnya, prime rate pada bulan n sebesar 20,0% per
tahun, tetapi trend suku bunga secara umum sedang melambung.
Untuk itu suku bunga pinjaman harus ditentukan relatif agak
tinggi, katakanlah 24,0% per tahun.
Dengan menggunakan alat yang sama untuk tahun 1989,
dalam hal revenue Bank Umum Nasional cabang Warung Buncit
dianjurkan untuk meningkatkan volume usaha terutama ke arah
target pasar KPR I KKB dan perusahaan-perusahaan kecil
menengah dengn tetap memprioritaskan kualitas kredit. Pricingnya
disarankan berkisar 2,0% - 2,5% di atas prime rate.
Peningkatan volume usaha juga dapat dilakukan dengan
cara antar cabang Bank Umum Nasional saling memperkenalkan para
nasabahnya.
Dalam hal cost, manajemen harus selalu
mengkomunikasikannya dengan para karyawan agar setiap karyawan
perusahaan mempunyai kultur 'sadar biaya'.
Dalam hal sumber daya manusia, dianjurkan untuk
merekrut team pemasaran dengan kualifikasi yang relatif
sederhana mengingat target market-nya, mengurangi 'middle
manager' sebanyak-banyaknya dan menerapkan semacam 'matrix
organization' khususnya bagi personalia dari Bagian Customer
Service dan Kasir untuk dimanfaatkan secara optimal. "
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library