Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bahrul Ilmi
"Suatu disain eksperimental menggunakan metode Taguchi dipelajari untuk proses laminasi ekstrusi polypropylene pada film oriented polypropylene. Langkah-langkah yang dilakukan adalah mengumpulkan data-data sekunder yaitu data disain sistem proses, data material dan kualitas produk, lalu mendisain eksperimen, melakukan eksperimen, melakukan analisa-analisa dan menetapkan setting parameter-parameter proses. Eksperimen dilakukan menggunakan orthogonal array L8 dengan dua tingkat pengujian untuk kondisi malam dan siang hari. Parameter-parameter proses yang dipergunakan sebagai faktor-faktor eksperimen yang dapat dikendalikan adalah temperatur ruang pengeringan, temperatur polypropylene pada ekstruder, bukaan katup air cooling roll, tekanan silicon roll, kecepatan lembaran film, tegangan lembaran film oriented polypropylene dan kecepatan putar extruder screw. Performa yang diperiksa adalah ketebalan film hasil laminasi yang diharapkan tepat 35,0 µm dan kekuatan ikatannya yang diharapkan setinggi mungkin. Parameter proses yang siknifikan pada sensitifitas proses terhadap ketebalan hasil laminasi, yang dipergunakan untuk mengatur ketebalan laminasi adalah kecepatan lembaran film dan kecepatan putar extruder screw. Parameter proses yang siknifikan pada sensitifitas proses terhadap kekuatan ikatan laminasi, yang dipergunakan untuk mengatur kekuatan ikatan adalah bukaan katup air cooling roll dan kecepatan putar extruder screw. Parameter proses yang siknifikan pada ketidak-sensitifan terhadap gangguan-gangguan pada ketebalan hasil laminasi adalah kecepatan putar extruder screw, temperatur ruang pengeringan, tegangan lembaran film dan kecepatan lembaran film. Parameter proses yang siknifikan pada ketidak-sensitifan terhadap gangguan-gangguan pada kekuatan ikatan adalah bukaan katup air cooling roll. Dari hasil analisa terhadap pengaruh parameter proses pada performa, disusun setting parameter proses yang optimal.

An experimental design of Taguchi method was studied for extrusion laminating process of polypropylene on oriented polypropylene film. The steps were collecting secondary data included process system design data, material data and product quality, then designing experiment, running experiment, analyzing, and determining the setting of optimal process parameters. The experiment performed using L8 orthogonal array with two level of test in day and night condition. The process parameters that used as experimental control factors are temperature of drying box, temperature of polypropylene in extruder, water valve opener of cooling roll, pressure of silicon roll, line speed, tension of oriented polypropylene film and extruder screw speed of revolution. Performances were inspected are the thickness of film has laminated that desired 35,0 µm and the bonding strength that desired as high as possible. The process parameters that significant to process sensitivity for the thickness that use to adjust the thickness are line speed and extruder screw speed of revolution. The process parameters that significant to process sensitivity for the bonding strength that use to adjust the bonding strength are water valve opener of cooling roll and extruder screw speed of revolution. The process parameters that significant to process insensitivity in the noise at the thickness are extruder screw speed of revolution, temperature of drying box, tension of film and line speed. The process parameters that significant to process insensitivity in the noise at the bonding strength is water valve opener of cooling roll. The setting of optimal process parameter was determined from the result of analyzing process parameters that affected performances."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dika Bahrul Ilmi
"ABSTRAK
Sejak tahun 1996, Kementerian Agama telah menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) sebagai sarana untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Kehadiran TIK tentu mendukung tugas dan fungsi Kementerian Agama, tetapi disisi
lain dapat menimbulkan gangguan jika terpapar ancaman keamanan. Hasil survey
GovCSIRT, memperlihatkan masih terdapat kerentanan pada domain go.id.
Berdasarkan hasil evaluasi indeks KAMI, tingkat kematangan keamanan informasi
Kementerian Agama berada pada level I-I+, belum mencapai tingkat kematangan yang
diharapkan pada level III+. Dalam literatur, faktor manusia dapat menjadi aspek
terlemah dalam area keamanan informasi. Oleh karena itu, penelitian ini fokus pada
aspek manusia dengan melakukan pengukuran tingkat kesadaran keamanan informasi
pegawai Kementerian Agama. Metode yang digunakan dalam pengukuran kesadaran
adalah knowledge, attitude, dan behavior (KAB) dengan 8 area dan 25 sub area
keamanan informasi. Sampel penelitian sebanyak 311 responden yang dipilih secara
kuota. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kesadaran keamanan informasi pegawai
Kementerian Agama berada pada kategori sedang, atau membutuhkan pemantauan dan
perbaikan organisasi. Manajemen kata sandi, penggunaan internet, dan pelaporan
insiden keamanan informasi merupakan tiga fokus area dengan tingkat kesadaran paling
rendah yang perlu mendapat prioritas dalam program kesadaran keamanan informasi.
Hasil analisis juga membuktikan bahwa pengetahuan mempengaruhi secara positif
terhadap sikap dan perilaku pegawai. Dengan demikian program kesadaran keamanan
informasi Kementerian Agama dapat efektif diterapkan dengan meningkatkan
pegetahuan pegawai.

ABSTRACT
Since 1996, Ministry of Religious Affairs (MoRA) has used information and
communication technology (ICT) as a means to provide services to the community. The
presence of ICTs certainly supports MoRA's tasks and functions, but on the other hand
it can cause interference if exposed to security threats. The GovCSIRT survey shows
that there are still vulnerabilities in the go.id domain. Based on the results of the index
KAMI evaluation, the level of information security maturity of the MoRA is at the I-I +
level, not yet reaching the expected maturity level at III +. In the literature, human
factors can be the weakest aspects of the information security area. Therefore, this study
focuses on human aspects by measuring MoRA employee information security
awareness levels. The method used in measuring awareness is knowledge, attitude, and
behavior (KAB) with 8 areas and 25 sub-areas of information security. The study
sample consisted of 311 respondents selected by quota. The results of this study indicate
that the level of information security awareness of MoRA employees is in the medium
category, or requires monitoring and improvement of the organization. Password
management, internet use, and information security incident reporting are the three
lowest focus areas of awareness that need to be prioritized in information security
awareness programs. The results of the analysis also prove that knowledge positively
influences employee attitudes and behavior. Thus the MoRA information security
awareness program can be effectively implemented by increasing employee knowledge."
2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library