Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bachtiar
"Pada tahun 1996, masyarakat Australia dikejutkan dengan munculnya seorang politisi baru, Pauline Hanson, yang membangkitkan kembali perdebatan publik mengenai kebijakan multikulturalisme dan imigrasi dari Asia. Hal yang menjadi perhatian adalah sikap anti-Asia yang ditunjukan oleh Pauline Hanson ternyata mendapatkan dukungan masyarakat Australia dalam pemilihan umum Federal 1996 dan Pemilihan umum Queensland tahun 1997.
Fenomena Pauline Hanson tentunya tidak dapat muncul begitu saja, tetapi ada beberapa faktor yang mendorong kebangkitannya. Perkembangan domestik masyarakat Australia memegang peranan penting dalam membentuk dukungan dari masyarakat, sementara itu terdapat pula beberapa perkembangan politik internasional terutama di Asia yang turut mendorong munculnya fenomenon ini.
Pauline Hanson dapat diindentifikasi sebagai gerakan radikal kanan baru yang sebelumnya telah berkembang di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Gerakan ini dapat muncul dan berkembang di negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi, jumlah pengangguran meningkat sementara itu jumlah pengangguran semakin banyak. Para penganut gerakan ini menawarkan formula politik yang anti-imigran, anti-globalisasi dan kebijakan ekonomi yang nasionalistik.
Dalam menganalisa fenomenon ini digunakan teori-teori yang berkembang di Amerika Serikat dan Eropa dari Herbert Kitschelt, Leonard Winenberg, Joseph H. Caren. Sementara itu dalam mencari gambaran hubungan internasional dari fenomenon yang dibahas, dipergunakan teori citra (image) yang dikemukakan oleh Kenneth E. Boulding dan R. Holsti.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah penelitian kualitatif melalui studi kepustakaan (library research) dengan mengandalkan data dan informasi yang dianggap relevan.
Fenomenon Pauline Hanson menunjukkan dua hal : pertama, krisis identitas yang belum teratas; kedua, krisis ekonomi yang belum selesai. Hal ini diakibatkan oleh kebijakan multikulturalisme dan imigrasi yang meningkatkan jumlah penduduk imigran dari Asia. Sementara itu, dalam jangka dua dekade terakhir, kebijakan ekonominya belum dapat mengatasi masalah ekonomi nasional sehingga angka pengangguran terus meningkat dan kesejahteraan hidup. Akibatnya timbul sentimen negatif terhadap imigran Asia, penegasan kembali superioritas budaya Inggris dan penolakan atas globalisasi dunia."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bachtiar
"Peranan cukai etil alkohol dan minuman yang mengandung etil alkohol dalam penerimaan negara ternyata cukup penting. Hal ini terlihat dari sejarah kebijakan cukai di Indonesia yang sudah ada semenjak zaman kolonial Belanda. Pada zaman kolonial Belanda Cukai etil alkohol diatur dalam Ordonantie Cukai Alkohol Sulingan Stbl. I895 No. 90 dan 92, Kebijakan ini akhirnya tetap berlaku setelah Indonesia merdeka, sampai akhirnya lahir UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai, yang didalamnya juga diatur secara lebih baik tentang cukai etil alkohol tersebut.
Permasalahannya adalah walaupun jumlah penerimaan negara dari cukai etil alkohol ini tidak sebesar kontribusi yang diberikan oleh cukai tembakau, namun peningkatan penerimaannya cukup tinggi, hanya saja diakui bahwa peningkatan penerimaan itu belum bisa mencapai target yang telah ditetapkan.
Pertanyaan yang muncul adalah sebagaimana sebenarnya proses implementasi kebijakan cukai etil alkohol dan minuman yang mengandung etil alkohol dapat dilakukan dan seberapa besar kontribusinya pada peningkatan penerimaan negara.
Secara teoritis pencapaian target penerimaan cukai etil alkohol dan minuman yang mengandung etil alkohol bisa dilakukan apabila implementasi kebijakan cukai etil alkohol dan minuman yang mengandung etil alkohol tersebut bisa berjalan dengan baik. Namun berdasarkan penelitian ini terbukti bahwa proses implementasi kebijakan tersebut belum bisa berlangsung secara baik. Hal ini terbukti dari beberapa kendala yang ditemui seperti proses komunikasi, sumber daya yang kurang, sikap aparat yang masih belum terlalu positif dan struktur birokrasi yang dipandang belum terlalu mendukung.
Berdasarkan hal tersebut maka beberapa langkah positif dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dan cukai etil alkohol tersebut seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia yang secara langsung berhubungan dengan implementasi kebijakan pada level operasional. Kemudian juga sangat perlu diperhatikan persoalan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan tugas dilapangan. Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah bentuk birokrasi yang tidak terlalu tersentralisir sehingga dengan demikian tingkat fleksibilitas pelaksanaan tugas akan menjadi tinggi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahala Bachtiar
"Konstruksi merupakan suatu proses dimana rencana dan spesifikasi para perancang dikonversikan menjadi suatu struktur dan fasilitas fisik. Hal ini melibatkan pengorganisasian dan koordinasi dari semua sumber untuk proyek yaitu tenaga kerja, peralatan konstruksi, material-material tetap dan sementara, persediaan dan keperluan umum, dana/biaya, teknologi dan metode serta waktu penyelesaian proyek yang harus tepat waktu, dalam batas - batas anggarannya dan sesuai dengan standar kualitas dan pelaksanaan yang dispesifikasikan oleh perancang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada para kontraktor yang terlibat didalam pelaksanaan proyek pemeliharaan DPU DKI Jakarta.
Dari hasil pengumpulan data sejumlah 35 sampel didapatkan 26 data yang dilakukan analisis statistik untuk mendapatkan model persamaan analisis regresi berganda. Dari analisis yang dilakukan dengan menggunakan bantuan paket program SPSS 10.0 didapatkan persamaan model regresi berganda linier.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan kinerja biaya yang didapatkan dari hasil analisis statistik dipengaruhi oleh 2 variabel secara linier yaitu, Kualitas Perkiraan Harga Peralatan yang digunakan, dan kualitas sumber bahan mentah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T1140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Bachtiar
"Sejalan dengan semangat desentralisasi dan otonomi daerah, strategi yang diperlukan dalam rangka melaksanakan pemerintahan adalah dengan memperbesar porsi kemampuan pengelolaan keuangan. Pengelolaan yang dimaksud adalah pengelolaan keuangan yang sesuai dengan prinsip ? prinsip yaitu tanggungjawab, mampu memenuhi kewajiban keuangan, kejujuran, hasil guna ( effectiveness) dan daya guna ( efficiency ), serta pengendalian.
Pelaksanaan otonomi memberikan kewenangan kepada daerah untuk bisa mengelola potensi sumber daya dalam memperkuat penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Kewenangan itu terkait erat dengan masih terbatasnya sumber penerimaan daerah yang berasal dari pusat. Sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 dinyatakan bahwa sumber - sumber penerimaan daerah terdiri dari a) Pendapatan Asli Daerah, b) Dana Perimbangan, c) Pinjaman Daerah dan d) Lain - lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) sendiri terdiri dari pajak dan restribusi daerah, laba hasil perusahaan daerah, dan lain - lain pendapatan asli daerah yang sah. Berkenaan dengan pajak dan restribusi daerah, pemerintah pusat telah mengeluarkan Undang - Undang No. 34 Tahun 2000.
Dalam rangka memdukung penerimaan daerah di kabupaten Bekasi, pihak pemda telah melakukan penarikan pajak sesuai dengan UU tersebut diatas. Salah satu pajak daerah yang ditarik adalah pajak penerangan jalan. Pajak ini selanjutnya berubah menjadi pajak penggunaan energi listrik sesuai dengan peraturan daerah No. 2 tahun 2000. Dari pajak penerangan jalan ini penerimaan yang diperoleh hampir sebesar 52,65 % dari total penerimaan pajak daerah.
Permasalahan yang muncul berkaitan dengan Pajak penerangan jalan adalah adanya Beban pajak ini dapat mempengaruhi dunia industri sehingga menghawatirkan iklim usaha yang ada di kabupaten Bekasi, selain itu adanya Perubahan nomeklatur dalam penetapan pajak penerangan jalan menjadi pajak energi listrik akan membingungkan para pelaku usaha, hal ini disebabkan adanya perubahan dalam obyek pajak. Masalah lain berkaitan dengan pajak penerangan jalan adalah adanya krisis listrik yang melanda Indonesia.
Berkaitan dengan pajak penerangan jalan, pemerintah daerah dapat melakukan berbagai kebijakan untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak diantaranya adalah penarikan pajak dapat dilakukan secara progresif berdasarkan daya pasang konsumen. Upaya lain adalah memberikan kompensasi bagi pihak perusahaan yang menggunakan tenaga listrik non PLN. Sedangkan bagi pelanggan PLN sebaiknya dapat melakukan perbedaan dalam penetapan prosentase pajak khususnya untuk pelanggan dunia usaha dan pelanggan rumah tangga."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T12058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boy M. Bachtiar
"Pendahuluan
Salah satu bentuk kandidiasis mulut adalah kandidiasis atropik kronik atau denture stomatitis yang terutama disebabkan oleh jamur Candida albicans dan dipicu oleh pemakaian protesea lepasan di dalam mulut. Secara teoritis, mekanisme sistem pertahanan tubuh primer berperan dalam mencegah kolonisasi C. albicans pada permukaan mukosa mulut. Mekanisme ini meliputi deskuamasi epitel mukosa mulut, sIgA yang mengagregasi sel jamur dari pembersihannya dari dalam mulut, serta berbagai protein saliva yang bersifat kandidasidal, seperti lisozim, histatin, dan laktoferin2. Selain itu, granulosit dan makrofak merupakan sel-sel imunokompeten yang berperan dalam mekanisme respon inflamasi dan sebagai sel efektor pada tahap respon imun adoptif.
Masih terdapat ketidaksesuaian pendapat tentang potensi serotipe C. albicans, yaitu serotipe A dan serotipe B, dalam patogenesis denture stomatitis_ Sebagain peneliti mengatakan bahwa sifat invasif C. albicans pada mukosa mulut berbeda menurut serotipe tersebut. Peneliti yang lain menyatakan bahwa induksi antibodi yang protektif terhadap C. albicans lebih ditentukan oleh distribusi epitop tertentu yang merupakan bagian dari lipomanan, molekul yang terdapat pada permukaan sel blastarporta. Namun demikian para ahli sepakat, bahwa sifat patoigen oportunis jamur ini berkorelasi dengan defek imun yang terjadi pada inang, baik defek imun secara umum, maupun defek imun yang terjadi secara lokal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Winiati Bachtiar
"Stomatitis Aftosa Rekuren (S AR) belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Namun ada dugaan gangguan kekebalan melalui mekanisme infeksi dan mekanisme autoiniun dapat berperan dalam patogenesisnya. Ketidak-seimbangan jumlah dan proporsi pada subpopulasi limfosit, dapat menyebabkan kelainan kekebalan. Beberapa penelitian terhadap SAR dan hubungannya dengan subpopulasi limfosit tersebut telah dilaporkan, namun hasil yang ditemukam tidak saling mendukung. Keragaman hasil yang dilaporkan para peneliti tersebut, mungkin disebabkan karena para peneliti tidak menggolongkan penderita SAR berdasarkan tipe lesi, yaitu tipe minor dan tipe mayor. Keragaman hasil mungkin pula disebabkan oleh karena sebagian peneliti menggunakan darah lengkap sebagai bahan pemeriksaan.
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk menetapkan adanya kelainan kekebalan seluler yang ditemukan pada penderita SAR, dengan analisis jumlah dan proporsi subpopulasi limfosit, serta dikaitkan dengan tipe lesi SAR. Pada penelitian ini digunakan sediaan limfosit yang dimurnikan untuk menetapkan proporsi setiap subpopulasi dengan bantuan flow cytometr y. Selain proporsi, jumlah absolut setiap subpopulasi limfosit ditetapkan pula. Subjek penelitian terdiri dari 19 penderita SAR yang terdiri dari 12 penderita SAR tipe minor dan 7 penderita SAR tipe mayor, serta 8 orang normal sebagai kontrol. Hasil penelitian dianalisis secara statistik (uji Mann-Withney) dengan membandingkan. proporsi dan jumlah absolut antara kelompok normal dengan penderita SAR dan antara kelompok SAR tipe minor dengan tipe mayor.
Hasil dan kesimpulan: Pada kelompok pen.derita SAR ditemukan nilai yang lebih rendah daripada kelompok normal pada: jumlah absolut sel Th (P< 0.05), proporsi sal Th (P< 0.01) dan nisbah Th/Ts (P<0.01). Proporsi sel Ts pada kelompok penderita SAR lebih tinggi daripada kelompok normal (p< 0.01). Nisbah Th/Ts pada penderita SAR tipe mayor lebih rendah dibandingkan dengan penderita SAR tipe minor (P<0.01) dan proporsi sel Ts pada penderita SAR tipe mayor lebih tinggi daripada SAR tipe minor (P< 0.01). Dengan demikian, disimpulkan bahwa pada pendrita SAR ditemukan adanya tanda-tanda kelainan kekebalan seluler yang semakin nyata pada penderita SAR tipe mayor."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Winiati Bachtiar
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Namun ada dugaan gangguan kekebalan melalui mekanisme infeksi dan mekanisme autoimun dapat berperan dalam patogenesisnya.
Ketidak-seimbangan jumlah dan proporsi pada subpopulasi limfosit, dapat menyebabkan kelainan kekebalan. Beberapa penelitian terhadap SAR dan hubungannya dengan subpopulasi limfosit tersebut telah dilaporkan, namun hasil yang ditemukam tidak saling mendukung. Keragaman hasil yang dilaporkan para peneliti tersebut, mungkin disebabkan karena para peneliti tidak menggolongkan penderita SAR berdasarkan tipe lasi, yaitu tipe minor dan tipe mayor. Keragaman hasil mungkin pula disebabkan oleh karena sebagian peneliti menggunakan darah lengkap sebagai bahan pemeriksaan. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk menetapkan adanya kelainan kekebalan seluler yang ditemukan pada penderita SAR, dengan analisis jumlah dan proporsi subpopulasi limfosit, serta dikaitkan dengan tipe lasi SAR. Pada penelitian ini digunakan sediaan limfosit yang dimurnikan untuk menetapkan proporsi setiap subpopulasi dengan bantuan flow cyrometry. Selain proporsi, jumlah absolut setiap subpopulasi limfosit ditetapkan pula. Subjek penelitian terdiri dari 19 penderita SAR yang terdiri dari 12 penderita SAR tipe minor dan 7 penderita SAR tipe mayor, serta 8 orang normal sebagai kontrol. Hasil penelitian dianalisis secara statistik (uji Mann-Withney) dengan membandingkan proporsi dan jumlah absolut antara kelompok normal dengan penderita SAR dan antara kelompok SAR tipe minor dengan tipe mayor.
Hasil dan kesimpulan: Pada kelompok penderita SAR ditemukan nilai yang lebih rendah daripada kelompok normal pada: jumlah absolut sel Th (P< 0.05), proporsi sel Th (P< 0.01) dan nisbahTh/Ts (P<0.01). Proporsi sel Ts pada kelompok penderita SAR lebih tinggi daripada kelompok normal (p< 0.01). Nisbah Th/Ts pada penderita SAR tipe mayor lebih rendah dibandingkan dengan penderita SAR tipe minor (P<0.0 I) dan proporsi sel Ts pada penderita SAR tipe mayor lebih tinggi daripada SAR tipe minor (P< 0.01). Dengan demikian, disimpulkan bahwa pada pendrita SAR ditemukan adanya tanda-tanda kelainan kekebalan seluler yang semakin nyata pada penderita SAR tipe mayor."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasri Bachtiar
"Usaha meringkas pemikiran ekonomi mengenai aspek-aspek yang mempengaruhi migrasi merupakan suatu hal yang tidak mudah. Seringkali ditemui resiko dimana hal-hal yang relevan untuk dianalisa terabaikan. Hal ini memungkinkan karena aspek-aspek yang mempengaruhi kemungkinan orang untuk pindah tidak hanya ditentukan oleh faktor ekonomi saja, namun juga ditentukan oleh faktor-faktor non ekonomi. Demikian pula, migrasi tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh perbedaan potensi ekonomi daerah asal dan tujuan saja, tetapi terutama ditentukan oleh persepsi individu terhadap perbedaan tersebut dan kondisi lingkungan social ekonomi rumah tangga.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisa faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemungkinan orang untuk pindah dari Kabupaten ke Kotamadya di Propinsi Sumatera Banat. Dalam hal ini, faktor faktor yang mempengaruhi kemungkinan pindah akan dilihat dari karakteristik individu calon migran itu sendiri, lingkungan sosial ekonomi rumah tangga dan perbedaan potensi ekonomi daerah asal dan tujuan.
Secara teoritis dapat dikemukakan bahwa lingkungan daerah mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk pindah melalui perbedaan potensi sosial ekonomi daerah asal dan tujuan. Perbedaan potensi sosial ekonomi daerah asal dan daerah tujuan mempengaruhi keinginan seseorang untuk pindah melalui persepsinya terhadap kondisi tersebut. Persepsi ini akan positif bila harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik tinggi di daerah tujuan. Seseorang akan memutuskan untuk pindah ke daerah atau lapangan kerja tertentu bila memberikan penghasilan yang lebih tinggi dari keadaan sebelumnya. Seandainya lapangan kerja yang akan dimasuki oleh calon migran tersebut adalah sektor industri di daerah perkotaan, maka calon migran akan pindah dari sektor pertanian di daerah pedesaan ke sektor industri di daerah perkotaan. Oleh karena itu, variabel-variabel seperti proporsi nilai tambah sektor pertanian dan sektor industri serta pendapatan regional per-kapita merupakan variabel-variabel daerah yang mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk pindah.
Lingkungan sosial ekonomi rumah tangga mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk pindah melalui rekasinya terhadap kondisi sosial ekonomi rumah tangga dimana individu itu berada. Kondisi sosial ekonomi rumah tangga ini di samping dapat dilihat dari status pemilikan tanah seperti yang telah dikemukakan oleh Suharso (1976) juga dapat dilihat dari jumlah anggota rumah tangga dan pendapatan rata rata. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga akan menyebabkan semakin berkurangnya keinginan untuk pindah. Hal ini memungkinkan karena individu (kepala rumah tangga) tidak berani mengambil resiko untuk pindah. Sedangkan makin tinggi pendapatan rata-rata di tempat tujuan akan mendorong keinginan individu untuk pindah. dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraannya. Oleh karena itu, variabel-variabel seperti jumlah anggota rumah tangga dan pendapatan rata rata merupakan variabel lingkungan sosial ekonomi rumah tangga yang mempengaruhi kemungkinan eseorang untuk pindah.
Meskipun lingkungan sosial ekonomi rumah tangga dan perbedaan potensi ekonomi daerah asal dan tujuan mempengaruhi kemungkinan orang pindah, namun semuanya itu tergantung kepada individu dari calon migran itu sendiri. Oleh karena itu, karakteristik umur dan pendidikan merupakan faktor-faktor utama yang mempengaruhi kemungkinan pindah, setelah itu baru ditentukan ke arah mana perpindahan tersebut dilakukan.
Hasil temuan emperis membuktikan bahwa migrasi dari Kabupaten ke Kotamadya di Sumatera Barat umumnya bersifat selektif, baik dilihat dari umur maupun pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Kedua hal ini sangat mempengaruhi respon seseorang untuk pindah melalui reaksinya terhadap kondisi sosial ekonomi rumah tangga dan daerah dimana ia berada. Secara umum dapat dikemukakan bahwa perpindahan tersebut dilakukan oleh orang orang relatif muda dan mempunyai tingkat pendidikan relatif tinggi. Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan pola migrasi yang terjadi pada beberapa Propinsi lainnya di Indonesia.
Indikasi tersebut memperlihatkan bahwa efek dari migrasi dari Kabupaten ke Kotamadya akan menurunkan mutu modal manusia di daerah Kabupaten. Sebaliknya, efek migrasi ini akan meningkatkan mutu modal manusia yang ada di Kotamadya. Kedua hal ini pada gilirannya akan menyebabkan makin tingginya jurang perbedaan antara kualitas manusia antar daerah di Propinsi Sumatera Barat.
Hubungan antara pendidikan dan migrasi memperlihatkan bahwa orang orang yang berpendidikan tinggi mempunyai kemungkinan untuk pindah yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang-orang yang tidak sekolah dan orang-orang yang tidak tamat sekolah dasar (SD). Hasil pengujian emperis memperlihatkan bahwa kemungkinan orang untuk pindah pada jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang-orang yang tidak sekolah dan orang-orang yang tidak tamat SD. Seandainya tingkat pendidikan tersebut dilihat dari lamanya sekolah, maka (orang-orang yang sekolah selama lebih dari 6 tahun mempunyai kemungkinan untuk pindah yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang-orang yang sekolah kurang dari 6 tahun.
Hubungan yang negatif antara rasio pendapatan daerah Kabupaten relatif terhadap pendapatan di Kotamadya terhadap kemungkinan pindah memperlihatkan bahwa para migran sangat respon terhadap perbedaan pendapatan ini. Bagaimanapun juga, hubungan tersebut sangat tergantung kepada umur dan tingkat pendidikan yang ditamatkan. Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa tingkat pendidikan dan umur seseorang mempengaruhi evaluasinya terhadap perkembangan ekonomi baik di daerah asal maupun di daerah tujuan. Untuk para migran yang relatif muda dan mempunyai tingkat pendidikan yang relatif tinggi mempunyai respon yang relatif berbeda dengan orang orang yang ralatif tua dan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Dengan kata lain, respon untuk pindah karena adanya perbedaan pendapatan ini mungkin berbeda antara umur dan pendidikan pada kelompok masyarakat tertentu.
Hubungan yang negatif antara jumlah anggota rumah tangga dan migrasi memperlihatkan bahwa para migran sangat respon terhadap keadaan jumlah anggota rumah tangga . Hasil pengujian emperis memperlihatkan bahwa jumlah anggota rumah tangga mampu menahan keinginan untuk pindah. Indikasi ini memperlihatkan bahwa bagi migran yang berstatus kepala keluarga mereka tidak berani mengambil resiko untuk pindah karena tanggung jawab terhadap anggota rumah tangga lainnya (istri dan anak anak).
Indikasi diatas memperlihatkan bahwa bagaimanapun juga keadaan jumlah anggota rumah tangga juga mempengaruhi evaluasi seseorang terhadap kemungkinan untuk pindah, disamping faktor-faktor lainnya. Hal ini ditunjang pula oleh kondisi social budaya mayarakat minang yang cendrung untuk berpindah dan perpindahan ini tidak hanya dilakukan untuk menghindari ketergantungan kepada anggota rumah tangga yang bekerja tapi juga untuk meningkatkan taraf hidup keluarga secara keseiuruhan. Hal ini diperlihatkan pula oleh hasil temuan dimana pendapatan rata-rata yang diproduksi dari pengeluaran di daerah tujuan mendorong orang untuk pindah. Dengan kata lain makin tinggi pendapatan di daerah tujuan Akan mendorong kemungkinan orang untuk pindah ke daerah tersebut. "
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B.M. Bachtiar
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Mikoflora yang merupakan bagian dari plak yang melekat di permukaan gigi dan tumbuh dalam biakan anaerob adalah jamur Actinomyces. Di Indonesia, penelitian terhadap mikoflora Actinomyces sebagai bagian dari komposisi plak belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prevalensi Actinomyces pada plak di dalam kavitas karies, kalkulus dan permukaan utuh gigi; apakah terdapat perbedaan prevalensi menurut lokalisasi plak pada permukaan gigi. Bahan pemeriksaan diambil dari penderita yang datang ke Laboratorium Ilmu Penyakit Mulut FKGUI. Bahan pemeriksaan adalah kerokan jaringan karies di bagian 2/3 oklusal dan bagian 1/3 servikal, kerokan kalkulus supragingiva dan subgingiva, serta kerokan plak pada permukaan utuh gigi. Bahan pemeriksaan dikelompokkan menurut macam penderita, yakni penderita karies (I), penderita kalkulus (II), dan penderita karies dan kalkulus (III). Bahan tersebut dibiak dan diisolasi secara anaerob dalam medium BHI cair. Hasil biakan dianggap positif berdasarkan morfologi sal, dan bentuk makrokoloni dan mikrokoloni Actinomyces sp.
Hasil dan Kesimpulan: Telah diperiksa 65 penderita karies dan/atau kalkulus. Pada kelompok I dan II, mikoflora Actinomyces lebih sering ditemukan pada plak di permukaan utuh gigi (14,8% dan 13,3%). Pada kelompok III, Actinomyces lebih sering ditemukan pada plak di dalam kavitas karies di bagian 1/3 servikal (23%). Berdasar lokalisasi plak, pada setiap kelompok tidak ditemukan perbedaan yang bermakna prevalensi Actinomyces. Mikoflora yang ditemukan dari isolasi anaerob sebagian besar (90,7%) adalah Actinomyces AR. yang fakultatif anaerob.

ABSTRACT
Scope and Method of Study: The mycoflora isolated from dental plaques and grown anaerobically are fungi which belong to the genus Actinomyces. In Indonesia, the study of Actinomyces sp. as a part in the composition of dental plaque has not been reported. This study was taken to determine the prevalence of Actinomyces as a part of dental plaque the cavity of caries, on calculus and in the plaque deposited on the smooth teeth surface, whether the prevalence differ according to the location of the plaque. The clinical materials were taken from patients who attended the Laboratory of Oral Medicine of the School of Dentistry of the University of Indonesia. The materials are caries tissues taken from 2/3 occlusal and 1/3 cervical of the tooth, curettage of supragingival and subgingival calculus and from plaques deposited on the smooth teeth surface. The material was divided into three groups according to the condition of the patients: the patients with caries (I), patients with calculus (II), and patients with both caries and calculus {III). The samples were cultured on BHI broth and isolated anaerobically. The identification of positive cultures was based on the morphology of the cell, as well as by studying the shape of macro and microcolonies.
Findings and Conclusions: A total of 65 patients had been observed. In group I and II, Actinomyces sp. was found most frequently on plaques of the smooth teeth surface (14,8 % and !3,3 %, respectively). In group III, Actinomyces sp. was most frequent on plaques in the cavity of caries at 1/3 cervical part of the teeth {23 %). There were no significant difference on the prevalence of Actinomyces sz. in the third group in relation to the location of the plaque. The majority of the mycoflora (90,7 %) isolated anaerobically are facultative anaerobic Actinomyces sp.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juke Bachtiar
"Pada saat ini dunia perdagangan memiliki tingkat persaingan yang semakin tinggi. Persaingan ini mencakup semua aspek baik produk maupun jasa. Pada aspek produk mencakup pula produk-produk rumah tangga seperti misalnya mesin cuci.
Peran pemasaran sangatlah panting dalam memenangkan persaingan tersebut dengan menggunakan kiat-kiat pemasaran yang jitu. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengkomunikasikan produk atau jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan kepada konsumen.
Penelitian ini menemukan bahwa PT. Electrolux Indonesia mengatasi pesaingan perdagangan dengan melakukan program komunikasi yang menggunakan bauran promosi untuk berkomunikasi dengan konsumen. Dari semua bentuk bauran promosi yang ada, tidak semua dilakukan oleh PT. Electrolux Indonesia untuk mengkomunikasikan produk mereka, yaitu mesin cucu.
Dalam memasarkan produk mesin cuci, ada tiga bentuk bauran promosi yang paling ditekankan oleh PT. Electrolux Indonesia, yaitu advertising, sales promotion dan exhibitions. Sedangkan bentuk bauran promosi yang tidak terlalu banyak dilakukan oleh PT. Electrolux Indonesia adalah personal selling, direct marketing, packaging, dan corporate identity.
Personal selling tidak dilakukan oleh PT. Electrolux Indonesia berdasarkan kebijakan yang diambil oleh Electrolux di Stockholm pada tahun 1992 yang memutuskan untuk tidak menjual produk Electrolux secara door to door: Sedangkan tidak dilakukannya corporate identity didasari oleh keyakinan pihak perusahaan akan kekuatan brand Electrolux di masyarakat. Perusahaan merasa tidak perlu melakukan upaya yang terlalu besar dalam mengingatkan masyarakat akan brand Electrolux.
Satu hal yang juga ditemukan dalam penelitian ini adalah bentuk bauran promosi yang memiiiki peranan yang cukup penting yaitu word of mouth. Hal ini didasari oleh kepuasan konsumen atas kualitas produk dan baiknya layanan purna jual.
Sebagai kesirnpulan dari penelitian ini, program komunikasi yang dilakukan oleh PT. Electrolux Indonesia sudah cukup baik walaupun masih ada beberapa penggunaan bauran komunikasi yang masih memerlukan peningkatan, misalnya corporate identity, personal selling dan interactive, internet dan multimedia marketing.
Sebagai rekomendasi akademis, perlu dilakukan lagi penelitian lebih lanjut mengenai temuan yang didapat dalam penelitian bahwa bauran pemasaran yang dipandang cukup penting untuk memasarkan produk mesin cuci, maupun produk high involvement Iainnya terdiri dari sales promotion, exhibition, advertising dengan personal."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T14075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>