Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Baby Ahnan
"Hidup tampak merupakan lingkar pengulangan problem dari waktu ke waktu, demikian pengamatan subjetif dan intersubjektif lingkup kecil hidup keseharian sebagai awal penelitian Proses pembelajaran hidup ditempuh melalui garis linear partikular- bukan secara kurnuiatif, yang akan terhenti pada saat hidup individu pun berhenti. Hasil pembelajaran dapat ditransfer pada individu lain secara tertutur maupun tertulis, namun individu baru akan menerimanya hanya sebagai teori, bila dia belum atau tidak mengalami problem yang lama, sehingga pembelajaran hidup pada individu baru dimulai kembali dan awal. Ragam problem pada ragam subjektivitas hadir dalam kehidupan dari waktu ke waktu, sementara pembelajaran hidup yang efektif diasumsikan baru terjadi melalui penggabungan pengalaman dan teori. Hidup menjadi semacam lingkar pengulangan kesalahan dari waktu ke waktu. Konsep ontologis Dasein Heidegger tentang keberadaan manusia adalah "keterlemparan" diri (Geworfenheit, Heldegger 1962) ke ?sana?. Manusia tidak dapat memilih ke mana dia terlempar; manusia tldak dapat memilih problem yang akan dialaminya. Pembelajaran hidup nyaris sebagai usaha yang sia-sia untuk menghasilkan kehidupan yang lebih ?pandai? dalam lingkup universal, namun tetap berguna secara partikular.
Merujuk pada ragam problem dan ragam subjektivitas, diasumsikan dibutuhkan rumusan yang tetap yang tidak jatuh pada perubahan matra ruang dan waktu. Ilmu Pengetahuan yang terkait langsung dengan masalah ini adalah filsafat dan psikologi-psikiatri. Pada umumnya filsafat adalah pemikiran yang mendasar dan menyeluruh tanpa terlalu mempermasalahkan praksis, sebaliknya psikologi-pslklatri adalah Ilmu empiris yang tidak terlalu mempermasalahkan pemikiran yang mendasar dan menyeluruh. Dengan dasar pemikiran ini konsep autentisitas paradigma eksistensialis terpilih untuk diteliti. Soren Aabye Klerkegaard sebagai "Bapak Eksistensialisme" adalah peletak dasar eksistensialisme dan autentisitas. Melalui pandangan Klerkegaard yang dlsejajarkan dengan pandangan para pemlklr filsafat dan psikologi-pslklatri, melalui analisa logis dan refleksi pengalaman dan pengamatan subjektif, konsep autentisitas dapat tercerap dengan lebih jelas.
Autentisitas memandang manusia sebagai substansi kosmos. "Manusia adalah sintesa antara ketakterbatasan dan keterbatasan, antara yang mewaktu dan yang abadi, antara kebebasan dan kepentingan" (Klerkegaard 1954). Manusia sebagai keterbatasan mewakili karakter keterbatasan: perbedaan, konflik, kausalitas, dan karenanya 'pusaran nasib berlaku padanya' (Buber 1986). Mengikuti karakter keterbatasan sebagai arus-deras hidup keseharian sebagai contoh: mengerjakan yang dlkerjakan orang lain pada umumnya, melakukan apa yang orang lain harapkan kita lakukan, hidup di bawah kekuasaan kerumunan adalah Hidup in-autentik. Eksistensialisme berasumsi bahwa hidup In-autentlk adalah akar kesakitan jiwa manusia.
"Setiap manusia terlahir dengan benih primitif" (Kierkegaard 1954), dan terencana untuk menjadi "self?, manusia akan menjadi apa yang dilakukannya. Manusia membentuk dlrinya sendiri melalui pilihannya, karena dia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya. Kierkegaard mengangkat proses Inwardness untuk menjadi autentik (Elgenwelt. Binswanger 1963), yang tidak dapat ditemukan dalam outwardness (worldliness; Immediacy). Sebaliknya, Levinas dan Buber menganggap pentingnya relasi dengan orang lain sebagai transendensi dlri (Mitwelt. Binswanger 1963). Jaspers dan Frankl mengangkat pentingnya relasi dengan semesta (Urn welt, Binswanger 1963).
Penelitian ini menghasilkan konsep restorasi dan rekonstruksi diri autentik. Restorasi diri autentik adalah cara untuk menjadi autentik dengan menjalankan karakter ketakterbatasan dalam kehidupan keseharian. Rekonstruksi diri autentik adalah aktivitas bangun-ulang diri yang hilang dalam menghadapi berbagai problem kehidupan, dengan dasar konsep autentisitas.
Autentisitas bukan pilihan hldup yang mudah dan nyaman. Pilihan hidup mudah dan nyaman adalah pilihan manusia pada umumnya yang menghindari diri dari tanggung Jawab hidup; yang justru merupakan eksistensi in-autentik. Autentisitas hanya dapat diraih melalui perjuangan dan pengalaman putus asa; namun sangat layak ditempuh karena hanya dengan inilah manusia berkesempatan bersentuhan dengan bagian yang termulia dirinya, dan mewujudkan diri sesuai dengan kemuliaannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
D549
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baby Ahnan
"Masalah berangkat dart pengamatan keseharian terhadap masalah kegilaan. Kegilaan tampak sebagai gejala tetap kehidupan. Gejala ini tidak pernah hilang sepajang sejarah kehidupan manusia, sekalipun zaman mengalami kemajuan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebaliknya, ada pendapat yang menganggap bahwa kegilaan adalah konsekuensi yang menyertai kemajuan zaman. Kasus kegilaan di zaman modern jauh lebih banyak daripada zaman primitif. Foucault beranggapan bahwa peningkatan jumlah kasus kegilaan di zaman modern disebabkan oleh semakin jauhnya manusia dari alam kodratnya. Kekuatan industri, perubahan cepat dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya telah mengasingkan manusia dari kemungkinan hidup otentik. Orientasi nilai menjadi rancu. Manusia cenderung dianggap sebagai alat yang dapat dikendalikan atau dimanipulasi. Orang lebih mudah menjadi pengekor orang lain atau bidak massa. Peningkatan konflik di zaman modern seiring dengan peningkatan jumlah kasus gangguan jiwa. Di Amerika, penelitian NIMH (National Institute of Mental Health) terhadap 17.000 sampel penduduk lima wliayah (Baltimore, New Haven, Connecticut, North Carolina, St. Louis dan Los Angeles) menunjukkan bahwa 19% sampel mengalami gangguan jiwa, dengan kata lain, 2 dari 10 sampel mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa meliputi 13 kategori gangguan mayor yang ditetapkan oleh American Psychiatric Association dalam DSM-111. Di Indonesia, Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor sebagai rumah sakit Jiwa kedua terbesar pada tahun 1997-1998 merawat 1.694 pasien. Tidak ada data kesembuhan. Kesembuhan dianggap sebagai kemungkinan yang sangat kecil atau nihil. Dlanggap bahwa faktor utama penghalang kesembuhan adalah sikap negatif masyarakat terhadap kasus kegilaan. Bila ada seorang pasien rumah sakit jiwa yang dinyatakan telah sembuh dan dapat kembali bergabung dalam masyarakat, blasanya masyarakat setempat akan menolak kehadiran bekas paslen tersebut, sehingga paslen akan kembali lagi ke rumah sakit jiwa dalam keadaan yang lebih parah dari sebelumnya."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baby Ahnan
"Hidup tampak merupakan lingkar pengulangan problem dari waktu ke waktu, demikian pengamatan subjetif dan intersubjektif lingkup kecil hidup keseharian sebagai awal penelitian ini. Proses pembelajaran hidup ditempuh melalui garis linear partikular- bukan secara kumulatif, yang akan terhenti pada saat hidup individu pun berhenti. Hasil pembelajaran dapat ditransfer pada individu lain secara tertutur maupun tertulis, namun individu baru akan menerimanya hanya sebagai teori, bila dia belum atau tidak mengalami problem yang sama, sehingga pembelajaran hidup pada individu baru dimulai kembali dari awal. Ragam problem pada ragam subjektivitas hadir dalam kehidupan dari waktu ke waktu, sementara pembelajaran hidup yang efektif diasumsikan baru terjadi melalui penggabungan pengalaman dan teori. Hidup menjadi semacam lingkar pengulangan kesalahan dari waktu ke waktu. Konsep ontologis Dasein Heidegger tentang keberadaan manusia adalah "keterlemparan" diri (Geworfenheit, Heidegger 1962) ke "sana". Manusia tidak dapat memilih ke mana dia terlempar; manusia tidak dapat memilih problem yang akan dialaminya. Pembelajaran hidup nyaris sebagai usaha yang sia-siap untuk menghasilkan kehidupan yang lebih "pandai" dalam lingkup universal, namun tetap berguna secara partikular. Merujuk pada ragam problem dan ragam subjektivitas, diasumsikan dibutuhkan rumusan yang tetap yang tidak jatuh pada perubahan matra ruang dan waktu. Ilmu Pengetahuan yang terkait langsung dengan masalah ini adalah filsafat dan psikologi-psikiatri. Pada umumnya filsafat adalah pemikiran yang mendasar dan menyeluruh tanpa terlalu mempermasalahkan praksis, sebaliknya psikologi-psikiatri adalah ilmu empiris yang tidak terlalu mempermasalahkan pemikiran yang mendasar dan menyeluruh. Dengan dasar pemikiran ini konsep autentisitas paradigma eksistensialis terpilih untuk diteliti. Soren Aabye Kierkegaard sebagai "Bap* Eksistensialisme" adalah peletak dasar eksistensialisme dan autentisitas. Melalui pandangan Kierkegaard yang disejajarkan dengan pandangan para pemikir filsafat dan psikologi-psikiatri, melalui analisa logis dan refleksi pengalaman dan pengamatan subjektif, konsep autentisitas dapat tercerap dengan lebih jelas. Autentisitas memandang manusia sebagai substansi kosmos. "Manusia adalah sintesa antara ketakterbatasan dan keterbatasan, antara yang mewaktu dan yang abadi, antara kebebasan dan kepentingan" (Kierkegaard 1954). Manusia sebagai keterbatasan mewakili karakter keterbatasan: perbedaan, konflik, kausalitas, dan karenanya "pusaran nasib berlaku padanya" (Buber 1986). Mengikuti karakter keterbatasan sebagai arus-deras hidup keseharian sebagai contoh: mengerjakan yang dikerjakan orang lain pada umumnya, melakukan apa yang orang lain."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
D1577
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library