Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Fitri Hapsari
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian:
Berbagai keluhan yang muncul pada masa menopause sebagian disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Salah satu keluhan yang muncul adalah xerostomia. Xerostomia dapat terjadi akibat laju aliran & produksi liur yang tidak adekuat. Hal ini mungkin terjadi karena kelenjar liur tidak berfungsi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ovariektomi (ovx) bilateral (yang diasumsikan sebagai penurunan kadar estrogen) terhadap gambaran histologis kelenjar parotis dan kapan terjadinya perubahan tersebut. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Wistar betina berumur ± 3 bulan dengan berat badan 150-250 g, yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok I (ovx 50 hari), kelompok II (kontrol 50 hari), kelompok III (ovx 100 hari), kelompok IV (kontrol 100 hari). Kelompok I & II dibedah pada hari ke 50, sedangkan kelompok III & IV dibedah pads hari ke 100. Organ yang diperoleh dibuat sajian histologis dengan pewarnaan HE.
Hasil dan Kesimpulan:
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara jumlah asinus perlapangan pandang, diameter asinus, dan tinggi epitel asinus kelenjar parotis tikus 50 hari dan 100 hari ovariektomi dibandingkan dengan kontrol. Perbedaan bennakna hanya tampak pada diameter dan tinggi epitel asinus tikes 50 hari ovariektomi dibandingkan dengan tikus ovariektomi 100 hari. Hasil ini kemungkinan disebabkan karena estrogen yang berkurang akibat ovariektomi digantikan oleh estrogen hasil kenaikan berat badan tikus, dan kemungkinan kompensasi estrogen ekstra ovarium 50 hari pascaovariektomi terjadi secara berlebihan. Penelitian ini akan lebih akurat jika diperoleh data kadar estrogen darah.

Effect of Bilateral Ovariectomy on the Histology of Parotid Gland in Wistar RatsMenopause may comes with complaints, most of which are caused by decreased estrogen concentration. Xerostomia is one of the complaints, as the result of inadequate production and flow rates of saliva due to salivary gland dysfunction. Ovariectomy that will decrease in estrogen levels could lead to xerostomia. The aim of this study was to investigate the effect of bilateral ovariectomy, on histological structure of the parotid gland.
Twenty-four female Wistar rats, aged ± 3 months, weighing 150-250 g, were divided into 4 groups, each group content of 6 rats. Group I, which are sacrificed 50 days after ovariectomy, and Group IT., as unovariectomized control group, was sacrificed on day 50. Group III, which are sacrificed 100 days after ovariectomy, and Group ITT as unovariectomized control group, was sacrificed on day 100. The histological specimens of the organs obtained were stained with HE.
This study found no significant differences in the number of acini per visual field, diameter of acini, and height of acini epithelium at 50 days and 100 days after ovariectomy compare with control. The only differences are in the diameter of acini and height of acini epithelium at 50 days after ovariectomy comparing with 100 days after ovariectomy. These results might be caused by the effect of estrogen produced by nonovarial tissues, as increase body weight was found, and over compensation of estrogen at 50 days after ovariectomy. This study would be more accurate if the blood estrogen concentration was also measured.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR. Ayu Fitri Hapsari
"ABSTRAK
Telah dilakukan analisis dermatoglifi telapak tangan pada 30 penderita epilepsi grand mal primer (EGP) dan 30 orang normal untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dermatoglifi pada kedua kelompok tersebut. Metode pencetakan menggunakan tinta seperti yang dilakukan oleh Cummins dan Midlo. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi pola pada daerah T 1,67% T , III 1,67%, IIII 21,67%, IIV 85,00% dan H 6,67% untuk penderita EGP; sedangkan pada orang normal T 1,67%, III 0,00%, IIII 33,33%, IIV 55,00%. dan H 10,00%. Hasil uji chi-kuadrat (x2) menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (x2hit= 6,429) untuk daerah IIV telapak tangan penderita EGP dibandingkan dengan orang normal. Rata-rata jumlah besar sudut atd pada kedua telapak tangan penderita EGP 82,70°, sedangkan pada orang normal 88,03°. Rata-rata jumlah total sulur a-b pada kedua telapak tangan penderita EGP 71,74 sedangkan pada orang normal 73,20. Rata-rata jumlah besar derajat transversalitas pada kedua telapak tangan penderita EGP 56,70°, sedangkan pada orang normal 57,80°. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna baik untuk jumlah besar sudut atd (Zhit.= -1,68), jumlah total sulur a-b (Zhit= -0,17), maupun jumlah besar
derajat transversalitas (Zhit= -0,01) telapak tangan penderita EGP dibandingkan dengan orang normal. Frekuensi garis lipatan (unilateral + bilateral ) penderita EGP adalah 26,67% untuk garis simian dan 30,00%. untuk garis Sidney; sedangkan pada orang normal 23,33% untuk garis simian dan 6,67% untuk garis Sidney. Frekuensi garis lipatan Sidney bilateral untuk penderita EGP adalah 13,33%, sedangkan pada orang normal 0,00%. Hasil uji chi-kuadrat (x2) nenunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna (x2hit= 0,089) frekuensi garis lipatan simian (unilateral + bilateral); sedangkan untuk garis lipatan Sidney bilateral (x2hit= 4,286) dan unilateral + bilateral (x2hit= 5,454) menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara penderita EGP dibandingkan dengan orang nornal. Kesirnpulan: Terdapat perbedaan frekuensi pola sulur pada IIV dan frekuensi garis Sidney bilateral dan unilateral + bilateral antara dermatoglifi penderita EGP dan orang normal."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library