Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aviandy S.
"ABSTRAK
Latar Belakang:
Tajam penglihatan adalah kemampuan mata di dalam penerbangan untuk membedakan dua obyek kecil dengan sudut pandang satu menit pada jarak 6 meter dalam kondisi penerangan yang normal. Bayangan obyek tidak jatuh tepat pada fovea sentralis karena fungsi sel kerucut yang bertanggung jawab dalam hal ini tidak dapat bekerja dengan baik dalam membedakan obyek pada jarak 6 meter. Ini adalah salah satu dari kondisi faktor manusia yang terkait dengan kemungkinan tirnbulnya kecelakaan penerbangan. Studi pada 100 orang calon penerbang PSDP ini merupakan studi lanjutan dengan menggunakan desain penelitian simulasi pre dan post eksperimen tetapi memiliki rentang frekwensi, lensa kolimasi dan calon populasi sampel yang berbeda.
Hasil Penelitian:
Secara analisa statistik terbukti bahwa getaran dengan frekuensi 10 Hz menurunkan tajam penglihatan lebih besar dibanding 20 Hz pada jarak pandang 75 cm maupun 6 meter (P < 0,05). Sedang penurunan tajam penglihatan jarak pandang 75 cm lebih besar daripada jarak pandang 6 meter baik pada frekuensi 10 Hz maupun 20 Hz (P < 0,05). Faktor tinggi badan pada jarak pandang 6 meter dengan getaran 10 Hz tanpa kolimasi berpengaruh bermakna terhadap penurunan tajam penglihatan (P < 0,05), begitupun pada analisa regresi multivariat terhadap jarak pandang 75 cm (P < 0,05). Koreksi dengan lensa kolimasi didapatkan paling efektif dengan lensa 8D dibandingkan dengan lensa 6D (P < 0,05).
Kesimpulan:
Searah dengan penelitian terdahulu terbukti bahwa getaran dapat menurunkan tajam penglihatan terutama yang berfrekuensi rendah dan lensa kolimasi sangat bermanfaat dalam menurunkan akibat tersebut.

ABSTRACT
Visual Acuity Impairment Due To The Whole Body Sinusoidal Vertical & Horizontal Vibration Effect And Corrections With Collimating Lens Among PSDP Pilot Candidates at Lakespra Saryanto 1997
Background:
Visual acuity is the ability of the eyes in flight to discriminate two small objects with the visual angle of one minute at 6 m distance in normal illumination. The image projection will not fall preciously on fovea centralis because the cones which is responsible for these do not work well especially at 6 m distance object. This is one of the human factors condition those related to the occurrence of aircraft accidents. Study upon 100 subjects of PSDP pilot candidates at Lakespra Saryanto was an advanced study with different range of frequencies, collimating lens and sample population.
Result:
Statistic analysis proved that visual acuity impairment due to the vibration with 10 Hz was worse than 20 Hz at visual distance of 75 cm or 6 m (P < 0,05), Visual acuity at 75 cm visual distance was more impaired compared with 6 meter on both frequency (P < 0,05). Body height factor has significant influence to visual acuity at 6 m visual distance with 10 Hz vibration without collimation (P < 0,05) either at 75 cm visual distance with regression multivariate analysis (P < 0,05). The most effective correction with collimation lens are using 8D lens rather than 6D lens (P < 0,05).
Conclusion:
In accordance with previous research has been proved that vibrations cause visual acuity impairment, especially at low frequency and collimation lens has special benefit to reduce those effects.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Aviandy
"Skripsi ini membahas tentang penerapan teori Brian McHale untuk membuktikan keberadaan unsur-unsur posmodernisme dalam novel Ночной Дозор (Penjaga Malam) karya Sergey Lukyanenko. Untuk membuktikan argumen utama penelitian ini yaitu novel Ночной Дозор (Penjaga Malam) mengandung unsur- unsur posmodernisme yang lebih dominan sehingga dapat digolongkan ke dalam novel beraliran posmodernisme, digunakan teori posmodernisme dan metode deskriptif analitis. Hasil analisis menyimpulkan bahwa novel Ночной Дозор adalah novel yang beraliran posmodernisme.

This thesis studies about the application of the theory by Brian McHale in order to prove the existence of postmodernism elements within the novel Ночной Дозор (Night Watch) by Sergey Lukyanenko. Postmodern theory and descriptive analysis method are used in proving the main argument of this study which stating that novel Ночной Дозор (Night Watch) can be classified into a postmodernism novel because it is dominated by postmodernism elements. The analysis result concludes that the novel Ночной Дозор is a postmodernism novel."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44339
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Aviandy
"[Pencitraan yang dilakukan oleh Putin dalam periode pemerintahannya menunjukan perbedaan yang signifkan dengan pencitraan yang umum dilakukan oleh pemimpin Rusia pada era Uni Soviet. Akan tetapi, proses pencitraan yang berlainan tersebut hanyalah wujud dari luar semata, pada sistem pemerintahan Putin totaliter kembali diberlakukan, seperti pada era Uni Soviet. Wujud demokrasi yang diperlihatkan pada diizinkannya demonstrasi, partai politik yang tidak tunggal, diizinkannya oposisi hanyalah etalase semata. Pada kenyataanya, Republik Federasi Rusia tetaplah negara otoriter yang dikendalikan oleh Putin sepenuhnya. Sosok Putin saat ini menggantikan sosok Partai pada era pemerintahan Uni Soviet dahulu.;Putin’s way to visualize his own image is different with the old ‘Soviet-Way’ of imagining someone as their leader. Putin is using popular culture rather than the old black and white or military typical portrait. This is a way from Putin to show the world that Russian Government has changed. However, Putin own policy shown that Russia was unlikely change into a better democratic country. Russia nowadays tend to be more totalitarian rather than democratic, it has the same similarities with the Soviet system. Putin’s total control of Russia today seems like a replacement of old Soviet’s totalitarian regime, Putin’s way to visualize his own image is different with the old ‘Soviet-Way’ of imagining someone as their leader. Putin is using popular culture rather than the old black and white or military typical portrait. This is a way from Putin to show the world that Russian Government has changed. However, Putin own policy shown that Russia was unlikely change into a better democratic country. Russia nowadays tend to be more totalitarian rather than democratic, it has the same similarities with the Soviet system. Putin’s total control of Russia today seems like a replacement of old Soviet’s totalitarian regime]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T44352
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Aviandy
"Disertasi ini membahas bagaimana pembingkaian isu glasnost dan perestroika di harian Kompas pada kurun waktu 1986-1991 digunakan sebagai tempat untuk mengkritik pemerintahan rezim otoritarian Orde Baru. Riset ini menemukan bahwa upaya bernegosiasi Kompas dengan kekuasaan sentralistik otoritarian Orde Baru dilakukan oleh Kompas melalui artikel tajuk rencana dalam balutan isu glasnost dan perestroika. Relasi hubungan bilateral Indonesia dan Rusia mengalami penurunan yang signifikan pada era rezim Orde Baru dibandingkan dengan era Orde Lama. Akan tetapi, pada kurun waktu 1986-1991, pemberitaan mengenai Rusia (Uni Soviet) masif diberitakan. Hal ini tidak lepas dari terwujudnya gerakan pembaharuan glasnost dan perestroika di Uni Soviet yang menjadi semangat zaman saat itu. Disertasi ini menemukan bahwa Kompas bertendensi secara implisit untuk mengkritisi rezim Orde Baru dengan menggambarkan bahwa suatu negara otoritarian dan militeristik dapat berubah apabila ada kemauan kuat dari internalnya. Disertasi ini menggunakan metode pembingkaian (framing) dalam membedah artikel tajuk rencana harian Kompas kurun waktu 1986-1991. Hasil dari riset ini adalah strategi pembingkaian media perlu digunakan secara komprehensif dalam menghadapi rezim pemerintahan otoritarian. Dengan demikian, kritik dapat disampaikan oleh media tanpa harus mengalami pembredelan. Negosiasi dengan kekuasaan perlu digunakan untuk tetap mempertahankan peran media sebagai salah satu pilar utama demokrasi dalam mengkritisi kekuasaan.

This dissertation examines how the Glasnost and Perestroika issues were framed in Kompas daily newspaper from 1986 to 1991 to criticise the authoritarian New Order regime. This research found that Kompas's efforts to negotiate with the New Order's authoritarian centralised power were conducted through editorial articles under the Glasnost and Perestroika issues. Compared to the Old Order era, bilateral relations between Indonesia and Russia declined significantly during the New Order government. However, from 1986 to 1991, there was massive news about Russia (Soviet Union). It was inseparable from the realisation of the Glasnost and Perestroika reform movements in the Soviet Union, which defined the era’s spirit. This dissertation found that Kompas implicitly criticised the New Order regime by articulating how an authoritarian and military state could change if it had a solid internal will. This dissertation applies a media framing analysis to dissect Kompas editorial articles from 1986 to 1991. This research demonstrates that comprehensive media framing strategies are required when dealing with authoritarian political regimes. Thus, the media can express criticism without the risk of being banned. Negotiations with the power are necessary to sustain the media's role as one of the primary pillars of democracy in terms of power criticism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library