Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Artini. S
"ABSTRAK
Dalam era reformasi, pers sebagai medium berupaya menyampaikan informasi seakurat mungkin, agar masyarakat dapat memahami berbagai persoalan di lingkungannya.
LKBN Antara, sebagai kantor berita nasional yang secara struktural administralif berada di bawah Sekretariat Negara, dan secara kordinatif berada di bawah Departemen Penerangan, namun secara operasional harus berdiri sendiri, mempunyai tugas dan fungsi sebagai agenda setter.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran kredibiitas berita Antara sebagai agenda setter, dengan cara membandingkannya dengan dua harian terkemuka yakni Kompas dan Republika dalam mengangkat isu kontroversial kasus PT Freeport Indonesia (15 Oktober - 6 Noverrnber 1998).
Sebagai landasan teori untuk melihat permasalahan ini dipilih konsep-konsep yang relevan yakni agenda setting, agenda building dan intermedia agenda setting, gatekeeping, serta kredibilitas berita . Perspektif yang digunakan adalah struktural fungsional yang melihat pers, masyarakat dan pemerintah sebagai suatu sistem yang saling berkait dan isi media sebagai bentuk pelayanan pers kepada masyarakat dalam upaya mewujudkan suatu harmonisasi.
Analisis data yang dipakai adalah deskriplif kualitatif dengan unit analisis kredibilitas berita yang dilihat dari substansi berita, fairness penyajian, pemilihan sumber berita dan kontinuitas berita sebagai dimensi kredibiitas berita.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa empat dimensi kredibilitas berita Antara ketika mengangkat isu kontroversial kasus PT Freeport Indonesia, dibandingkan dengan dimensi yang sama dengan dua surat kabar terkemuka yakni Kompas dan Republika , maka tampak kredibilitas berita Antara masih Iemah, karena arah pemberitaan tidak konsisten dengan agenda media. Selain itu, struktural internal di redaksi serta siruktural di luar organisasi juga ikut berperan dalam proses keredaksian di LKBN Antara.
Agenda media yang tidak jelas akan mengakibatkan ketidakkonsistenan suatu arah pemberitaan sehingga banyak berita yang tenggelam begitu saja.
Dengan demikian, dimensi kredibilitas berita tidak hanya akurat, seimbang, dan berkedalaman saja, tapi juga harus konsisten dengan agenda media sehingga citra media pun akan menjadi kuat untuk merekat perhatian khalayak.
Pada tahapan inilah, agenda media yang satu akan menjadi agenda media lainnya juga (agenda setter). Arah pemberitaan yang konsisten ini merupakan prasyarat kantor berita sebagai agenda setter.
Dalam peliputan kasus yang sama, di mana Kompas dan Republika sebagai koran terkemuka dijadikan sebagai pembanding untuk melihat kredibilitas berita Antara, ternyata juga mengutip Antara. Ini menunjukkan berita-berita Antara sebenarnya memiliki kredibilitas sebagai agenda setter."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Artini
"Pendahuluan: Glaukoma primer sudut tertutup akut (GPSTA) adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tertutupnya seluruh anyamari trabekulum oleh pangkal iris secara mendadak. GPSTA menycbabkan kcbutaan yang bersifat permanen. Penanganan cepat dan segera adaiah mutlak untuk mencegah kebutaan. Penatalaksanaan awal adaiah menurunkan TIO secepat mungkin dengan pemberian medikamentosa gabungan inisial atau parasentesis yang dilanjutkan dngan Iridektomi Perifer Laser (IPL). Proses infiamasi ras Asia Iebih berat dan TGP-B2 dan TNF-a merupakan petanda iskemia dan inflamasi.
Tujuan: (1) Menilai rcspons parasentesis pada pasien GPSTA; (2) Membandingkan kadar TGP-B2 dan TNF-a humor akuos pasien GPSTA dengan pasien katarak; (3) Menilai efek pemberian deksametason terhadap kadar TGP-B2 dan TNF-a humor akuos pasien GPSTA; (4) Memperhitungkan faktor risiko terhadap suksesnya IPL pada pasien GPSTA.
Bahan dan Cara: Penelitian ini merupakan studi prospektif dengan uji pra-pasca untuk menilai respons parasentesis dan studi komparatif belah lintang untuk membandingkan kadar TGP-B2 dan TNF-a humor akuos pasien GPSTA dengan pasien katarak. Untuk menilai efek deksametason terhadap kadar TGF-B2 dan TNF-a humor akuous dilakukan studi ldinis acak terkontrol tersamar ganda. Untuk mencari faktor risiko yang mempengaruhi keberhasilan IPL dilakukan perhitungan bivariat, dilanjutkan regresi logistik. Subjek penelitian adalah semua pasien GPSTA dengan Iama serangan di bawah 1 bulan.
Hasil penelitian analisis pada 45 mata pasien GPSTA yang menjalani parasentesis, TIO awal turun. Kadar TGF-B2 dan TNF-a humor akuos pasien GPSTA, rnasing-masing, 4 kali dan 3 kali dari pasien katarak. Setelah IPL dan randomisasi antara kelompok kontrol dan deksametason, deksametason menurunkan kadar TGF-B2 dan TNF-a pasien GPSTA secara tidak signifikan. Faktor risiko yang mempengaruhi keberhasilan IPL adalah respons TIO pascaparascntesis dan luas SAP. Inflamasi tidak berpengaruh terhadap IPL, tetapi sekuele yang diakibatkannya mempengaruhi tindakan tersebut, yaitu SAP. Selain itu, faktor respons terhadap tindakan parasentesis juga turut berperan secara signifikan.
Kesimpulan: Tindakan parasentesis menurunkan TIO awal pasien GPSTA. Kadar TGF-B2 dan TNF-a humor akuos tinggi pada pasien GPSTA. Pengaruh deksametason menurunkan kadar TGP-B2 dan TNF-a secara tidak signifikan. Keberhasilan tindakan IPL adalah 95% pada pasien GPSTA yang mempunyai respons baik terhadap parasentesis dengan luas SAP di bawah 4 jam. Sebaliknya, bila pasien GPSTA tidak memberi respons baik pascaparasentesis dan luas SAP 9-12 jam, maka keberhasilan IPL hanya 5%.

Introduction: Acute primary angle closure glaucoma (APACG) is an eye disease caused by sudden closure of trabecular meshwork by the iris root. APACG could cause permanent blindness. Rapid management was essential in preventing blindness. Early management of this disease was done by reducing IOP as quickly as possible by the administration of initial combined medications or paracentesis, followed by laser peripheral iridectomy. Inflammatory process in the Asian race was more severe and TGP-B2 and TNF-a. constituted the signs of ischemia and inflammation.
Objective: (1) To evaluate the response to paracentesis in APACG patients; (2) to compare the TGP-B2 and TNF-a levels of aquous humor in APACG patients and cataract patients; (3) to analyze the effects of the administration of dexamethasone on the TGF-B2 and TNF-a levels of aquous humor in APACG patients; (4) to calculate the risk factors against the success of laser peripheral iridectomy in APACG patients.
Material and methods: This study was a prospective study with pre-post tests design to evaluate the response to paracentesis. Cross-sectional comparative study was perfomied to compare the TGF-B2 and TNF-a. levels of aquous humor in APACG patients and cataract patients. To evaluate the effects of dexamethasone on the TGF-B2 and TNF-a levels of aquous humor, a double-mask, randomized controlled trial was performed. To identify the risk factors affecting the success of laser peripheral iridectomy, a bivariate calculation was done, followed by logistic regression calculation. The subjects of the study were all APACG patients with the duration of attack under one month.
Results: Analysis in 45 eyes of APACG patients undergoing paracentesis showed t.hat early IOP decreased by 49%. The TGF-B2 and TNF-a levels of aquous humor in APACG patients were four and three times as high as those in cataract patients respectively. After laser peripheral iridectomy and randomization between the control group and dexamethasone group, it showed that dexamethasone reduced the TGF-B2 and TNF-a levels of APACG patients insignificantly. The risk factors affecting the success of laser peripheral iridectomy was the response to IOP after paracentesis and the size of peripheral anterior synechiae (PAS). Inflammation did not affect laser peripheral iridectomy; however, the sequele that it caused affected the intervention, i.e. PAS. In addition, the response factor inparacentesis also played a significant role.
Conclusion: Paracentesis could reduce early IOP in APACG patients. The TGF-B2 and TNF-a levels of aquous humor were high in APACG patients. The effect of dexamethasone in reducing the TGF-B2 and TNF-a levels was not significant. The success rate of laser peripheral iridectomy was 95% in APACG patients with good response to paracentesis with the size of PAS under 4 hours. By contrast, if APACG patients did not give a good response to paracentesis and the size of PAS was 9-12 hours, the success rate of laser peripheral iridectomy was only 5%."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2006
D785
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Artini
"

Simulasi penarikan kembali (mock recall) merupakan langkah penting dalam industri farmasi untuk memastikan efektivitas prosedur penarikan produk yang tidak memenuhi standar. Penelitian ini dilakukan di PT. Bintang Toedjoe untuk mengevaluasi penerapan prosedur tersebut. Penelitian ini menggunakan metode retrospektif dengan mengumpulkan data produk dari database perusahaan, meliputi data penjualan, produksi, keluhan, retur, dan penyimpangan selama periode Januari-Desember 2023. Pengumpulan data dan penyusunan laporan dilakukan dari 4 Maret hingga 30 April 2024. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apoteker, terutama QA supervisor, memiliki peran penting dalam pelaksanaan simulasi penarikan kembali untuk memastikan prosedur berjalan dengan baik. Simulasi ini juga mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki, terutama dalam pelatihan staf dan waktu respons selama penarikan aktual. Simulasi penarikan berkala sangat penting untuk memastikan kepatuhan terhadap Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan meningkatkan kesiapan industri farmasi dalam menangani penarikan produk. Evaluasi dan pelatihan berkelanjutan direkomendasikan untuk mencapai tingkat pengembalian yang lebih optimal.


A mock recall is a crucial step in the pharmaceutical industry to ensure the effectiveness of recall procedures for products that do not meet standards. This study was conducted at PT. Bintang Toedjoe to evaluate the implementation of these procedures. The research used a retrospective method by collecting product data from the company's database, including sales, production, customer complaints, returns, and deviations data during the January-December 2023 period. Data collection and report preparation were conducted from March 4 to April 30, 2024. The study results show that pharmacists, particularly QA supervisors, play a vital role in the implementation of the mock recall to ensure the proper execution of procedures. The simulation also identified areas that need improvement, especially in staff training and response time during actual recalls. Regular recall simulations are essential to ensure compliance with Good Manufacturing Practices (GMP) and to enhance the readiness of the pharmaceutical industry in handling product recalls. Continuous evaluation and training are recommended to achieve a more optimal return rate.

;"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , [;1993, 1993]
T58399
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover