Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arini
Abstrak :
CSCW (Computer Supported Cooperative Work) dan teknologi groupware mengizinkan individu-individu untuk berinteraksi satu sama lain yang terletak pada tempat yang sama maupun berbeda dengan menggunakan komputer (jaringan) melalui media suara, data dan gambar (video) yang dilakukan secara sinkron maupun asinkron. Cara ini dapat diimplementasikan untuk mendukung Cooperative learning dan working dalam bentuk komunikasi, sharing informasi dan diskusi antar pengajar/dosen dan pelajar/mahasiswa. CSCW merupakan sebuah bentuk yang menggabungkan pemahaman bagaimana crang bekerjasama dalam grup menggunakan teknologi computer networking dalam kesatuan hardware, software, service dan teknik. Groupware adalah merupakan perancangan teknologi untuk memfasilitasi kerjasama grup. Untuk mengimplementasikan CSCW dan teknologi groupware membutuhkan kebutuhan secara teknis dan non teknis guna mendukung kerja bersama tersebut, adapun kebutuhan secara teknis dipertimbangkan sebagai kebutuhan teknis untuk implementasi, sedangkan non teknis dipertimbangkan seperti faktor dan afek dari luar yang mempengaruhinya implementasi CSCW dan teknologi groupware itu sendiri. Bentuk groupware secara sinkron yang mendukung sebuah coferecing dipilih dalam project ini guna mendukung Cooperative learning an working dengan 3 aspek aplikasinya yaitu untuk comnntnicatton, sharing information, dan decission support. Teknologi groupware tersebut adalah Openmeeting yaitu sebuah open source software yang mendukung conferencing system. Melalui pengkajian yang mendalam pada too! ini, penulis menyimpulkan satu kelemahan Openmeeting dimana pengiriman informasi melalui email bersifat asinkron sehingga tidak diterima oleh user secara cepat. Untuk itu dikemukakan alternatif penyelesaian berupa tambahan service yaitu SMS Gateway dengan menggunakan Gammu. Perancangan dan implementasi Openmecting di tinjau dari 4 hal yaitu aspek aplikasi yang ingin diwujudkan. kebutuhan secara teknis, lapisan (layer) aplikasi dan korelasi groupware yang digunakan terhadap CSCW dan teknologi groupware. Evaluasi implementasi Openmecting dikaji menggunakan 3 penilaian yaitu evaluasi fitur, penggunaan dan manfaat yang diberikan pada 10 user. Dari hasil evaluasi untuk penilaian secara fitur mendapatkan angka rata-Tara 4. penilaian terhadap penggunaan mendapatkan angka rata-ram 4, dan penilaian terhadap manfaat mendapat angka rata-rata 4,35. Angka-angkat tersebut menunjukkan bahwa implementasi Openmeeting memberikan hal positif dari segi fiturnya, penggunaannya dan manfaatnya.
The CSCW (Computer Supported Cooperative Work) and groupware technology allows people to interact each other through voice, data and video links in real time (as synchronously). Synchronous groupware brings together user which are geographically distributed or located at the same place via a network. This can be implemented for cooperative learning and working which can be used for communication, share information and decision support between lecturer and student. Generally CSCW is a generic term which combines the understanding of how people work in groups using the enabling technologies of computer networking and associated hardware, software, services and techniques. Groupware is a technology designed to facilitate the work of groups. The implementation of CSCW and groupware technology involves some technical and non-technical requirements to support the collaboration. Technical requirements consider the technical the implementation, whereas the non technical methods consider sonic external factors and impacts. Both of them influence the development of CSCW and groupware technology itself. In this project, a synchronous groupware technology which support Conferencing has been chosen to support Cooperative learning and working by three application aspects, which are communication, sharing information and decision support. Groupware technology used in this thesis is Openmeeting, an opensource software which support conferencing system Through depth evaluation on Openmeeting, it can be summarize that one weakness of this tool is the asynchronous information delivery through email. In order received to user. in this work an additional service using SM'.'IS Gateway used on Gammu has been added. Considerable study on this tool, the writer has been acquired the weakness until constitute the writer to do the improvement in order to give the alternative solution about it. Additional service which the writer have done, that is SMS Gateway using Gammu. Design and Openmeeting implementation considered from 4 aspects, those are the desirable application. technical requirement, layer application and groupware correlation used in CSCW and groupware technology. The evaluations of Openmeeting implementation has been studied using 3 assessment, which are features evaluation, utilizate evaluation and benefit evaluation by l4 users. The evaluation result show an average values 4 for features evaluation, the average value:, 4 for utilization evaluation and the average values 4,35 for benefit evaluation. These value shows that openmecting implementation give positive effect to this project Front the features utilizing and useful aspects.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24418
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arini
Abstrak :
Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis untuk melihat bagaimana feedback kualitatif yang berupa kritik khalayak mempengaruhi isi media. Feedback kualititaf terhadap sinetron ini adalah berupa kritik yang disampaikan melalui media. Di antaranya adalah dalam bentuk tulisan di koran atau internet, baik artikel ataupun surat pembaca. Media yang dianalisis adalah program televisi. yaitu sinetron yang menggambarkan ibu tiri dengan stereotip negatif. yaitu sinetron "Bidadari". Sinetron ini ditayangkan di RCTI setiap Minggu pukul 19.00 WIB. Pada perkembangannya. sinetron ini tidak hanya menampilkan ibu tiri dengan stereotip negatif tetapi kemudian hadir juga tokoh ibu tiri lain yang ditampilkan dengan stereotip positif. Dugaan awal penulis terhadap hal ini adalah bahwa kehadiran tokoh ibu tiri lain dengan penggambaran yang lebih positif terkait dengan kritik khalayak yang datang terhadap penggambaran ibu tiri awal dengan stereotip negatif. Selain menggambarkan isi cerita sinetron ini, penelitian ini juga melihat pemahaman masyarakat dalam mengkonsumsi teks. Penelitian ini mengambil dua episode sinetron "Bidadari", masing-masing mewakili "Bidadari 1" dan "Bidadari 2". Shoemaker dan Reese mengungkapkan terdapat lima faktor yang mempengaruhi isi media. Faktor-faktor itu berada pada level individual. level rutinitas media, level organisasional level ekstramedia, dan level ideologi. Dari kelima faktor tersebut. penelitian ini lebih menekankan pada level ekstramedia. terutama yang berkaitan dengan khalayak. Kerangka pemikiran tentang level ekstramedia milik Shoemaker dan Reese dalam hal ini digunakan untuk menganalisis hubungan kritik khalayak terhadap perubahan penggambaran ibu tiri dalam sinetron "Bidadari". Analisis wacana kritis yang dipakai dalam pene!itian ini adalah metode analisis Norman Fairclough yang mengkaitkan analisis level teks, dengan analisis pada tingkat lain yaitu discourse practice dan sosiocultural practice. Pada tingkat teks. digunakan metode analisis framing milik Gamson dan Modigliani untuk melihat penggambaran ibu tiri dalam sinetron "Bidadari". Analisis pada tingkat discourse practice menjelaskan kaitan antara faktor produksi teks dan konsumsi teks. Pada tingkat produksi, penulis mewawancarai penulis skenario, bag ian programming RCTI dan Humas RCTI. Sedangkan pada tingkat konsumsi teks, penulis melakukan survei untuk melihat bagaimana pemaknaan khalayak terhadap sinetron "Bidadari". Survei dilakukan pada tanggal 9-10 Februari 2004, mengambiJ 36 responden. Dalam analisis sosial budaya (sosiocultural practice), analisis dilakukan dengan melihat perkembangan kondisi industri televisi di Indonesia dan kondisi sosial budaya masyarakat dalam memahami sosok ibu tiri. Karena penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis, maka aspek ideologi menjadi hal yang tak terpisahkan dalam melihat hasil analisis teks. Dalam perspektif ini, ideologi merupakan landasan yang mendasari penguasa media; sebagai kelompok dominan, untuk mengontrol ataupun memarjinalkan kelompok lain melalui rekonstruksi pesan dalam tayangan produk media. Ideologi yang terlihat dalam penelitian ini adalah kapitalis, di mana program yang dibuat bertujuan semata-mata mengumpulkan profit untuk produsen media. Hasil analisis menunjukan bahwa kritik khalayak yang berbentuk kualitatif terhadap sinetron "Bidadari" tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan feedback kuantitatif (rating). Hal ini terjadi karena pihak produsen beranggapan bahwa feedback kualitatif berasal dari khalayak yang tidak mengikuti program televisi secara penuh, namun hanya menyaksikan sepenggal dari tayangan keseluruhan. Dari penelitian yang dilakukan. menunjukan bahwa penonjolan stereotip negatif ibu tiri dalam sinetron "Bidadari" sebagai cerita utama, terkait dengan nilai komersial yang didapat dari sinetron ini. Sedangkan tokoh ibu tiri dengan penggambaran positif yang hadir belakangan- ternyata tidak berhubungan dengan kritik khalayak terhadap sinetron "Bidadari" ini. Ideologi kapitalis mendorong tp.rciptanya program televisi yang mementingkan kuantitas pemirsa dalam bentuk rating sehingga tidak mengindahkan feedback kualitatif berupa kritik yang diajukan oleh sebagian kecil khalayak.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S3758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Arini
Abstrak :
ABSTRAK Ruang Lingkup dan Cara Penelitian Manusia sangat peka terhadap kekurangan oksigen terutama mata dan sel otak dengan kepekaan paling tinggi pada kortek dan retina. Indera penglihatan merupakan indera terpenting yang harus dimiliki seorang penerbang, sebab jika fungsi mata terganggu akan berakibat fatal. Dalam keadaan hipoksia mata akan mengalami gangguan fungsinya, salah satunya adalah fungsi sensitivitas kontras. Seorang penerbang harus memiliki kemampuan penglihatan sensitivitas kontras yang prima, sebab pada saat terbang harus melihat atau mendeteksi sesuatu dari jarak yang jauh dengan cepat dan tepat. Tujuan penelitian ini ialah mengidentifikasi pengaruh hipoksia setara dengan ketinggian simulasi 18.000 kaki terhadap kemampuan penglihatan sensitivitas kontras talon penerbang militer TNI AU/PSDP. Disain penelitian adalah kuasi eksperimen pre dan post tes, sedangkan jumlah subyek yang diteliti adalah 94 calon penerbang militer TNI AU/PSDP dalam ruang udara bertekanan rendah (RUBR), yang merupakan total sampel dari calon penerbang militer yang datang di Lakespra Saryanto untuk melakukan indoktrinasi dan latihan aerofisiologi. Hasil Penelitian : ditemukan perbedaan bermakna dengan uji T berpasangan, pada variabel Sa02, nadi dan sensitivitas kontras (SK) pada ground level dan pada FL 180 (p < 0,05). Dengan analisis silang didapatkan hubungan yang bermakna pada kadar Rb dengan sensitivitas kontras (SK) di ground level dan pada FL 180 (p < 0,05). Dengan analisis multivariat tidak didapatkan hubungan yang bermakna (p > 0,05). Kesimpulan : Telah dibuktikan bahwa hipoksia setara dengan ketinggian simulasi 18.000 kaki akan menurunkan kemampuan sensitivitas kontras.
ABSTRACT The Influence of Hypoxia on Contrast Sensitivity among Military Pilot Candidates at 18.000 ft in Lakespra Saryanto, Jakarta 1997 Human being is a very sensitive to the lack of oxygen especially eyes cells and brain. Cortex and retina are the most sensitive. Vision has an important role for the pilot because visual malfunction will cause a fatal accident. One mayor aspect which influenced by hypoxia is sensitivity contrast. A Pilot needs good contrast sensibility of his eyes because he must have a capability identifying the target fastly and accurately. METHODE The objective of this research was to identify the influence of hypoxia to contrast sensitivity of pilot candidates at 18.000 ft simulated altitude. The design of this study is a quasi experiment, a pre and post test at ground level and at simulated 18.000 ft. The total sample was 94 respondents, are Military Pilot candidates which come to Lakespra Saryanto for aerophysiological training exercise. RESULT T pair analysis showed that there were significant differences (p < 0,05) among variables Sa02, pulse rate and contrast sensitivity at ground level and at FL 180. Cross analysis revealed a significant correlation between hemoglobin value with contrast sensitivity at ground level and at simulated altitude 18.000 ft. The multivariate regression analysis showed a significant correlation the level of Sa02 related to the decrease of contrast sensitivity. CONCLUSION Hypoxia at simulated 18.000 ft will decrease contract sensitivity, although the deviation was still within normal range.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Dewi Arini
Abstrak :
Inspection of goods which are going out and coming in Customs Territory conducted by institution that have been assigned by government, which is Customs or international surveyor. The assignation of inspecting operator depends on the system used by pertinent government. If the government applies a pre-shipment inspection (PSI) system that is inspection of imported goods in a port load provided by independent private company to both exporters and government in order to give assessment of goods to be imported and exported, the operator is an international surveyor. On the other hand, if the government uses an on arrival inspection (OAI) system that is an inspection of imported goods in destination port, the operator is a local Customs. A government can also apply PSI system and OAI system concurrently, for example, Indonesia in 1985 up to 1990. At that period, PSI operator checks importation with value above FOB US$ 5,000.00, and OAI operator checks importation with value until FOB USS 5,000.00, Along with the increasing of commercial activity and market forces demand to enhance Customs service and to fulfill Customs commitment as a member of World Customs Organization (WCO), hence existing Customs procedures and systems continue to develop. Since the launching of Law # 1011995 about Customs, inspection system of imported goods in Indonesia embraces an OAI system which is in Law # 10/1995 gives a larger trust to market forces, but it is without disregarding state's finance security. OAI system is based on a self-assessment implementation, risk management and a post clearance audit. The supervisory of OAI system relied on a post clearance audit, so it doesn't interfere the releasing of imported goods from the port The PCA implementation is a logical consequence of self-assessment implementation and selective physical examination which is embraced by Law # 10/1995 about Customs. In general, advantage of PSI system is to give benefit to exporter and importer to his imported goods, so it can comply with quantity and quality of goods demanding in sales agreement. Besides, PSI can give benefit to government by improving state revenue through evasion of imported goods which are under standard, increasing foreign trade management by providing accurate commerce statistic, and supporting and pushing foreign capital cultivation incentive plan. On the other hand, results of research conducted by Lembaga Manajemen Universitas Indonesia (LM UI) in 1997 indicating that the government have to pay US$1 for each of US$163.63 import value which is done by SGS as The PSI system operator during 1995 - 1997, comparing to USS 1 for each of US$ $ 989,22 import value which is done by Customs as The OAL system operator in the year after SGS implementation. Thereby, the results indicate that The OAI system is more efficient compared to The PSI system. Results of research of LM UI also show that for each of USS 1 fee paid by government to SGS yield by US$ 4.40 of import duty revenue, while for each of US$ 1 fee paid by government to Customs yield US$ 18.68 of import duty revenue. Again, the data indicate that The OAI system is more effective compared to The PSI system. Meanwhile, based on results research conducted by ECONIT Advisory Group, the cost paid by government during implementation of SGS service equal to almost 15% from total import duty in a yearlong. Whereas the cost paid by government to defray DJBC only equal to less than 14° c let %ear from total cost paid to SGS. Farther, cost which is must be paid by government dung import pattern by using PSI system that is executed by SGS indicate that government have to pay 0.6% on average from import value or 23% from collected import duty. Cost Collection equal to 23% is counted very high and above maximum international standard cost collection, which is 5% on average. From system comparison and procedure analysis and cost-benefit analysis between PSI system and OAI system, PSI supporters argument and field facts, deeply interview, and perception participate observation results with some parties who is related to inspection system of imported goods in Indonesia, it can be concluded till now that The OAI system is the inspection system that are cheapest, fastest, simplest, most effective, and most efficient. This matter can be proved from its cost, time, and OAI procedure.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14008
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahastuti Dian Arini
Abstrak :
Penelitian ini meneliti bagaimana hubungan yang terjadi antara tiga komponen yang membentuk pemasaran relasional yaitu : manajemen, karyawan, dan konsumen. Ketiga elemen ini hangs dikelola secara optimal agar sebuah perusahaan terus eksis. Penelitian ini mencoba melihat bahwa dengan penciptaan kepercayaan (trust) dan nilai (value) yang tinggi akan menciptakan loyalitas (loyalty) konsumen. Kepercayaan konsumen pada penelitian ini dibagi menjadi dua dimensi yaitu : (1) kepercayaan pada manajemen yang diukur oleh, kompetensi operasional manajemen, dan orientasi pemecahan masalah manajemen, (2) kepercayaan pada karyawan lini depan diukur oleh, kompetensi operasional karyawan, dan orientasi pemecahan masalah karyawan. Kepercayaan konsumen terhadap dua dimensi ini akan menciptakan loyalitas konsumen secara langsung ataupun dimediasi sebelumnya oleh nilai konsumen. Fokus penelitian adalah Bank Mandiri yang terletak di J1. Jend. Sudirman Jakarta Selatan dengan jumlah responden sebanyak 267 orang, semuanya merupakan nasabah yang berusia 17 tahun keatas dan pernah melakukan transaksi di Bank Mandiri sehingga mampu memberikan penilaian. Hubungan variabel-variabel penelitian dianalisis dengan SEM (Structural Equation Modelling) dengan bantuan software LISREL 8.51 untuk melihat sampai sejauh mana hubungan yang terjadi antara indicator dengan variabelnya (measurement model), serta variabel dengan variabel Iainnya (structural model). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Kepercayaan konsumen pada kebijakan manajemen dan pelaksanaannya secara signifikan hanya dibentuk oleh kompetensi operasional manajemen dan kepercayaan pada perilaku karyawan lini depan. 2. Kepercayaan konsumen pada perilaku karyawan lini depan secara signifikan hanya dibentuk oleh kmpetensi oprasional karyawan dan orientasi pemecahan masalah karyawan. 3. NiIai konsumen secara signifikan hanya dibentuk oleh kepercayaan pada kebijakan manajemen dan pelaksanaannya dan kepercayaan pada perilaku karyawn lini depan. 4. Loyalitas konsumen secara signifikan hanya dibentuk oleh nilai konsumen. Hanya konstruk kepercayaan konsumen pada kebijakan manajemen dan pelaksanaannya dan nilai konsumen yang memiliki kesamaan dengan basil penelitian sebelumnya oleh Sirdesmukh, Singh dan Sabot (2002).
This study is analyzing the relationship between the three components of relational marketing, which are management, employee, and consumer. Those three components must be managed well to support the company existence. The aim of this study is to prove that building a higher trust and value will produce consumer's loyalty. In this study, consumer loyally is divided into two dimensions: (1) management trust, measured by management operational competency and orientation of management problem solving, and (2) front-line employee trust, measured by employee operational competency and orientation of employee problem solving. Consumer trust of these two dimensions will produce consumer loyalty that can be formed directly or pre-mediated by consumer value. This study takes place at Mandiri Bank, J1. _lend. Sudirnan, South Jakarta_ The respondents are 267 Mandiri Bank clients, who are all above 17 years old and capable of giving judgement as they had done various transactions at the bank. The connection among variables of this study is analyzed by SEM (Structural Equation Modelling) supported by LISREL 8.51 software to see the relation between indicator on its variable (measurement model) and other variable (structural model). This study shows that: 1. Consumer trust of management policy and its implementation is formed significantly by management operational competency and trust of front-line employee attitude. 2. Consumer trust of front-line employee attitude is formed significantly by employee operational competency and orientation of employee problem solving. 3. Consumer value is formed significantly by trust of management policy and its implementation and trust of front-line employee attitude. 4. Consumer loyalty is formed significantly by consumer value. This study reveals that consumer trust of management policy and consumer value is the only result that similar with the result of previous study done by Sirdesmukh, Sing an Sabot (2002).
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T18864
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni Yuli Arini
Abstrak :
Industri pesawat terbang adalah industri teknologi tinggi dengan sistem industri yang kompleks. Untuk menyelesaikan permasalahan dalam sistem yang kompleks, dibutuhkan pandangan yang menyeluruh terhadap struktur sistem. Penelitian ini menggunakan pendekatan System Dynamics untuk memahami sistem industri pesawat terbang Indonesia serta mengeksplorasi struktur kebijakan yang dapat mengembangkan industri tersebut. Dengan menguji alternatif-alternatif kebijakan dan berbagai skenario pada model kuantitatif yang telah dibuat, dihasilkan kesimpulan bahwa industri pesawat terbang Indonesia perlu memiliki kebijakan yang dapat mendorong peningkatan pembelian pesawat komersial, karena selama ini industri ini terlalu bergantung kepada pihak militer untuk penjualannya. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat memperluas model dengan menggunakan data, baik kualitatif maupun kuantitatif, yang dimiliki oleh berbagai pihak yang merupakan para aktor di industri ini. Dengan data yang lebih banyak dan luas, pemodelan untuk dapat dilakukan untuk pengujian alternatif-alternatif kebijakan lainnya dengan lebih luas.
Aircraft industry is a high-tech and complex industry. When solving problems in complex system, a holistic view of the system structure is needed. This research use System Dynamics approach to understand the system structure of Indonesian aircraft inudstri and to explore policy structure that can drive the development the industry. The policy alternatives have been set and simulated in the quantitative model of system dynamics with several scenario conditions that may happened in the future. The result of the simulation shows that Indonesian aircraft industry needs policies that can drive the sales of commercial aircraft since currently the industry still highly depended in the sales of aircraft for military uses. In the future research, the model can be expanded by using the data, both qualitative and quantitative, that hold by several actors of the industry. The more variety of data can be used to expand the model and run other policy alternatives and scenario with more level of confidence.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T54214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyawati Arini
Abstrak :
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang menjadi permasalahan utama adalah keoptimalan jumlah fasilitas pelayanan bidang pendidikan dan bidang kesehatan di Kabupaten Bekasi, Jumlah kecamatan jika ditinjau dari pendekatan minimisasi pengeluaran pemerintah, serta kemampuan lokasi pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan di masing-masing kecamatan (Ibukota kecamatan) menjangkau penduduk di wilayahnya. Metodologi yang akan digunakan untuk menyelesaikan beberapa permasalahan tersebut adalah Teori Analisa Market Area yang mempertimbangkan dari sisi dimensi ruang maupun jarak dengan memperhatikan sisi kebutuhan peiayanan, serta pendekatan yang mempertimbangan sisi beban pengeluaran pemerintah Kabupaten Bekasi, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan. Jumlah Sekolah Dasar di Kabupaten Bekasi pasca pemekaran kecamatan sudah optimal, sedangkan jumlah Puskesrnas pada kondisi sebelum rnaupun setelah pemekaran kecamatan masih belum optimal, namun tidak menutup kemungkinan bahwa kekurangan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dipenuhi oleh bentuk~bentuk pelayanan yang Iain. Ditinjau dari Pendekatan Minimisasi Pengeluaran Pemerintah per kapita, jumiah kecamatan yang optimal di Kabupaten Bekasi menurut perhitungan pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan adalah 9 kecamatan, sedangkan menurut bidang kesehatan adaiah 8 kecamatan. Jumlah kecamatan di Kabupaten Bekasi pasca pemekaran kecamatan merupakan jumlah yang jauh lebih besar daripada nilai optimalnya dan secara rata-rata menunjukkan nilai yang masih sangat kurang. Perhitungan Market Indifference Point dan Probabilitas Market di Bidang Pendidikan maupun Kesehatan di Kabupaten Bekasi menunjukkan bahwa Iokasi pusat pelayanan masing-masing kecamatan (Ibukota kecamatan) sudah mampu menjangkau penduduk di wilayah administrasinya. Pemekaran kecamatan di Kabupaten Bekasi menjadi 23 kecamatan sudah optimal jika ditinjau dari penyediaan fasilitas secara fisik di bidang pendidikan maupun kesehatan melalui Anaiisa Market Area, pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan dan kesehatan serta jangkauan pusat pelayanan di tiap kecamatan terhadap penduduk wilayahnya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T21082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Arini
Abstrak :
ABSTRAK
Transparent conductive oxide TCO merupakan material yang sangat penting untuk digunakan dalam berbagai aplikasi teknologi modern. Pembuatan piranti seperti optoelektronik LCD, organic electroluminescence EL dan juga untuk elektroda pada dye sensitized solar cell DSSC .TCOpada divais DSSC berfungsi sebagai penyerap cahaya dan penghantar elektron.Jenis TCO yang paling umum digunakan adalah indium tin oxide ITO , namun harganya relatif mahal. Oleh sebab itu fabrikasi kaca konduktor fluorine-doped tin oxide FTO ini ditujukan untuk menggantikan fungsi ITO karena proses pembuatannya yang sederhana serta biaya yang relatif lebih rendah. Dalam penelitian ini, pembuatan kaca konduktor FTO ini dilakukan dengan metode ultrasonic spray pyrolisis dengan menggunakan bahan baku tin II chloride dehydrate SnCl2.2H2O dan anhydrous tin IV chloride SnCl4 sebagai prekursor dan ammonium florida NH4F sebagai doping dengan parameter yang divariasi adalah waktu deposisi 10, 20 dan 30 menit dan temperatur pemanasan substrat 250, 300, 350 C . Selain itu,variasi yang digunakan adalah jenis prekursor SnCl2.2H2Odan SnCl4 dan pelarut ethanol dan methanol . Penelitian ini secara spesifik bertujuan untuk menghasilkan prototipe kaca transparan konduktif FTO yang mampu menghantarkan arus listrik dengan nilai resistivitas dalam skala 10-4 ?.cm serta nilai transparasi mencapai >80 . Karakterisasi sampel dilakukan menggunakan alat SEM-EDS, XRD, Spektroskopi UV-Vis dan Four Point Probe. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin lama waktu deposisi dan semakin tinggi temperatur substrat maka akan semakin kecil nilai resistivitas kaca konduktif, namundengan konsekuensi nilai transmitansiyang juga akan semakin menurun. Pada penelitian ini didapatkan hasil yang optimum pada kaca konduktor yang difabrikasi dengan prekursor SnCl4 dan pelarut methanol, konsentrasi doping 2 wt, waktu deposisi 20 menit dan temperatur subtrat 300 C dengan nilai resistivitas 8,44 x 10-5 ?.cm dan transmitansi 88,3 . Dari hasil diatas, prekursor anhydrous tin IV chloride SnCl4 yang didoping amonium fluorida NH4F dengan menggunakan metode ultrasonic spray pyrolisis dapat dianggap sebagai terobosan baru dalam pembuatan kaca yang konduktif dan transparan.
ABSTRACT
Transparent conductive oxide TCO is a very important material for use in various applications of modern technology including the manufacture of optoelectronic devices such as LCDs, organic electroluminescence EL and also as electrodes in dye sensitized solar cells DSSC . TCO on DSSC device serves as the light absorber and electron conductor. One of the most commonly used is indium tin oxide ITO , however its price is rather expensive. Therefore, the main purpose of the current research is aimed at replacing ITO with fluorine doped tin oxide FTO which is easier and more economic for fabrication. In this work, the conductor FTO glass manufacture is done by ultrasonic spray pyrolisis method using tin II chloride dihydrate SnCl2.2H2O and anhydrous tin IV chloride SnCl4 as precursors and ammonium fluoride NH4F as doping with variations of deposition time 10, 20 and 30 minutes and substrate heating temperature 250, 300 and 350 C . In addition, the variations of type precursor SnCl2.2H2O and SnCl4 and solvent ethanol and methanol . The aims of this research was to produce a prototype FTO transparent conductive glass with a value of resistivity 10 4 .cm and the value of transmittance 80 . Characterization of the samples is done using a SEM EDS, XRD, UV Vis Spectroscopy and Four Point Probe. The results showed that the longer the deposition time and the higher the substrats, providing smaller resistivity, but the consequences transmittance value which will also decrease. In this study,the highest transmittance of 88.3 and the lowest resistivity of 8.44 x 10 5 .cm resitivitas were obtained from the glass subjected to 20 minutes deposition time and 300 oC substrate heating during the process using precursor SnCl4 and solvent methanol. From the results, the precursor anhydrous tin IV chloride SnCl4 doped ammonium fluoride NH4F using ultrasonic spray pyrolisis may be considered as a breakthrough in the manufacture of conductive and transparent glass.
2016
T47410
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Putri Arini
Abstrak :
ABSTRAK
Setiap investor pasti ingin memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi dari investasi yang dilakukannya. Untuk itu mereka akan berhati-hati dalam memilih suatu keputusan mengenai dimana investasi akan ditempatkan. Semakin baik kinerja dari perusahaan maka diharapkan perusahaan tersebut akan lebih baik dalam usaha untuk meningkatkan kekayaan pemegang sahamnya. Tetapi bagaimana cara untuk mengukur kinerja suatu perusahaan kembali kepada investor masing-masing untuk memilih salah satu dari sekian banyak metode penilaian perusahaan. Dalam karya akhir ini, penilaian kinerja perusahaan dilakukan dengan menggunakan metode Price Earnings Ratio (PER), Economic Value Added (EVA), dan Market Value Added (MVA). Studi kasus untuk perhitungan ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Adapun jumlah perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEJ sebanyak tiga perusahaan yaitu PT. Infoasia Teknologi Global, Tbk, PT. Indosat, Tbk, dan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Namun karena penelitian dilakukan untuk periode 1999-2004 sementara PT. Infoasia Teknologi Global, Tbk baru terdaftar di BEJ sejak 15 November 2001 maka penelitian hanya dilakukan pada dua perusahaan saja, yakni Telkom dan Indosat. Dari hasil perhitungan PER diperoleh bahwa untuk tahun 1999-2001, nilai PER Telkom berada di atas nilai PER Indosat. Sementara untuk tahun 2002 dan 2004, nilai PER Indosat berada di atas nilai PER Telkom, dan untuk tahun 2004 nilai PER Telkom kembali naik sedikit di atas nilai PER Indosat. Dari basil perhitungan EVA, maka secara umum kinerja Telkom terlihat lebih baik daripada Indosat. Hal ini bisa dilihat dari perhitungan EVA yang positif untuk tahun. 2000-2004 dan nilai EVA yang negatif hanya pada tahun 1999. Sementara EVA lndosat hanya bernilai positif pada 1999-2001, semen tara peri ode 2002-2004 nilai EVA-nya negatif. Dari hasil perhitungan MV A juga terlihat bahwa kinerja Telkom lebih baik dibandingkan Indosat dengan nilai MV A yang negatif hanya untuk tahun 2000 dan 2002 serta nilai MVA positif diperoleh untuk tahun 1999, 2001, 2003, dan 2004. Sedangkan MVA Indosat terns bernilai negatif untuk tahun 1999-2002. Nilai MVA Indosat baru berjumlah positif pada tahun 2003 dan 2004 setelah pihak manajemen Indosat memutuskan untuk melakukan stock-split menjadi lima lembar atas setiap lembar saham yang beredar. Dari metode-metode yang digunakan, metode PER mernpakan metode yang paling mudah untuk digunakan, akan tetapi penyebut yang digunakan yaitu laba per saham dianggap kurang reliable karena masih banyak dipengaruhi oleh distorsi akuntansi. Metode EVA dan MVA lebih bagus untuk digunakan dalam mengukur kinerja suatu pernsahaan karena bebas dari distorsi akuntansi dan memang fokus terhadap nilai tambah yang diciptakan untu menghasilkan kekayaan bagi pemegang saham. Akan tetapi perhitungannya tidak mudah, terntama untuk EVA yang memiliki beberapa langkah perhitungan. Terutama dalam menghitung biaya modal yang membutuhkan estimasi - estimasi yang bisa diandalkan. Selain itu hasil dari EVA dan MVA dalam satuan nilai mata uang sehingga sulit untuk dijadikan alat perbandingan kinerja secara langsung antar perusahaan yang berbeda size. Untuk itu dalam karya akhir ini nilai EVA dan MVA hasil perhitungan dibandingkan lagi dengan invested capital agar terlihat perbandingan yang lebih fair atas nilai tambah yang diciptakan masing-masing perusahaan atas total capital yang diinvestasikannya.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Srikandi Wahyu Arini
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang rawan bencana. Data statistik BNPB menunjukan bahwa kejadian bencana terbanyak berada di bagian barat pulau Jawa dengan jenis bencana yang menimbulkan jumlah korban tertinggi adalah bencana tsunami. Kota Cilegon merupakan kota yang mempunyai tingkat kepadatan dan aktivitas industri tinggi karena adanya kawasan industri. Kota Cilegon terletak di sepanjang pantai barat Pulau Jawa dengan kondisi topografi yang landai sehingga Kota Cilegon sangat rawan terhadap bencana tsunami. Berdasarkan simulasi gempa yang dilakukan oleh BNPB, terjadinya gempa di selat sunda dapat menyebabkan tsunami yang berdampak pada terendamnya Kawasan Industri Cilegon hanya dalam waktu sekitar satu jam. Berdasarkan hal tersebut, tersedianya jalur evakuasi yang dapat mengakomodir evakuasi warga dengan jumlah besar dalam waktu singkat menjadi sangat penting. Tingkat ketahanan infrastruktur jalan adalah hal dasar yang sangat penting dalam mendukung kinerja jalur evakuasi pada keadaan darurat. Tingkat ketahanan jaringan yang buruk berdampak pada terhambatnya mobilitas dan aksesibilitas manusia ketika evakuasi bencana. Studi terdahulu mengenai jalur evakuasi di kota lain memperlihatkan bahwa jalur evakuasi yang ada sekarang ini dibuat hanya berdasarkan pengetahuan lokal dan topografi wilayah dengan tidak mempertimbangkan aspek ketahanan jaringan transportasi. Penelitian ini mencoba untuk mensimulasikan dampak akibat bencana terhadap sistem jaringan transportasi, mengukur tingkat ketahanan jaringan jalur evakuasi yang telah ada dan menganalisa kinerja jalur evakuasi yang ada pada Kota Cilegon dengan mempertimbangkan aspek ketahanan jaringan transportasi seperti kapasitas jalan dan konektivitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak bencana tsunami terhadap sistem transportasi, untuk menganalisis tingkat ketahanan jalur evakuasi yang ada, dan untuk menganalisis apakah jalur evakuasi yang ada dapat mengakomodir evakuasi masyarakat ketika terjadi bencana tsunami. Untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan beberapa skenario simulasi evakuasi menggunakan perangkat lunak Vissim. Hasil simulasi menunjukan bahwa jalur evakuasi yang ada saat ini belum dapat mengakomodir masyarakat ketika terjadi bencana tsunami sehingga perlu dilakukan perbaikan yang dapat berupa penambahan alternative jalan, pelebaran jalan atau dengan pengaturan lalulintas.
ABSTRACT
Indonesia is vulnerable to natural disasters. Based on National Disaster Management Authority statistical data, the highest number of natural disaster occurs in the west side of Java island with Tsunami as the most deadly disaster. Cilegon is a city with high density and high industrial activity due to existence of industrial area. Cilegon is located along the west coast of Java island with a gently sloping topography, so that it is vulnerable to tsunami disaster. Earthquake simulation conducted by National Disaster Management Authority indicates that the occurrence of earthquake at Sunda strait will cause tsunami which can sweep away the whole industrial area in one hour. The availability of evacuation routes which are able to accommodate the evacuation of large amount of people within a short time become very important. Previous studies show that most of the existing evacuation routes are made just based on local knowledge and topography without considering the road network resilience factors such as road capacity and road connectivity. Referring only to the topography and local knowledge cannot guarantee the performance of the evacuation routes in evacuating large amount of people within a short time. Road infrastructure resilience is an important basic things in supporting the performance of the evacuation routes in emergency situation. Poor network resilience will reduce people rsquo s mobility and accessibility during the evacuation. This research try to analyze the impact of tsunami to the transportation system in Cilegon, to analyze the resilience level of evacuation route, and to analyze whether the existing evacuation routes are able to accommodate the evacuation process in Cilegon. In order to achieve these goals, a simulation of people rsquo s travel behavior during the evacuation process is conducted using VISSIM software. Simulation result shows that Cilegon rsquo s evacuation routes are not resilience enough to accommodate the evacuation process and still need an improvement such as by adding more alternative roads, by adding the road width, or by doing traffic management.
2017
T49194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>