Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arini
"CSCW (Computer Supported Cooperative Work) dan teknologi groupware mengizinkan individu-individu untuk berinteraksi satu sama lain yang terletak pada tempat yang sama maupun berbeda dengan menggunakan komputer (jaringan) melalui media suara, data dan gambar (video) yang dilakukan secara sinkron maupun asinkron. Cara ini dapat diimplementasikan untuk mendukung Cooperative learning dan working dalam bentuk komunikasi, sharing informasi dan diskusi antar pengajar/dosen dan pelajar/mahasiswa.
CSCW merupakan sebuah bentuk yang menggabungkan pemahaman bagaimana crang bekerjasama dalam grup menggunakan teknologi computer networking dalam kesatuan hardware, software, service dan teknik. Groupware adalah merupakan perancangan teknologi untuk memfasilitasi kerjasama grup.
Untuk mengimplementasikan CSCW dan teknologi groupware membutuhkan kebutuhan secara teknis dan non teknis guna mendukung kerja bersama tersebut, adapun kebutuhan secara teknis dipertimbangkan sebagai kebutuhan teknis untuk implementasi, sedangkan non teknis dipertimbangkan seperti faktor dan afek dari luar yang mempengaruhinya implementasi CSCW dan teknologi groupware itu sendiri.
Bentuk groupware secara sinkron yang mendukung sebuah coferecing dipilih dalam project ini guna mendukung Cooperative learning an working dengan 3 aspek aplikasinya yaitu untuk comnntnicatton, sharing information, dan decission support. Teknologi groupware tersebut adalah Openmeeting yaitu sebuah open source software yang mendukung conferencing system.
Melalui pengkajian yang mendalam pada too! ini, penulis menyimpulkan satu kelemahan Openmeeting dimana pengiriman informasi melalui email bersifat asinkron sehingga tidak diterima oleh user secara cepat. Untuk itu dikemukakan alternatif penyelesaian berupa tambahan service yaitu SMS Gateway dengan menggunakan Gammu. Perancangan dan implementasi Openmecting di tinjau dari 4 hal yaitu aspek aplikasi yang ingin diwujudkan. kebutuhan secara teknis, lapisan (layer) aplikasi dan korelasi groupware yang digunakan terhadap CSCW dan teknologi groupware. Evaluasi implementasi Openmecting dikaji menggunakan 3 penilaian yaitu evaluasi fitur, penggunaan dan manfaat yang diberikan pada 10 user.
Dari hasil evaluasi untuk penilaian secara fitur mendapatkan angka rata-Tara 4. penilaian terhadap penggunaan mendapatkan angka rata-ram 4, dan penilaian terhadap manfaat mendapat angka rata-rata 4,35. Angka-angkat tersebut menunjukkan bahwa implementasi Openmeeting memberikan hal positif dari segi fiturnya, penggunaannya dan manfaatnya.

The CSCW (Computer Supported Cooperative Work) and groupware technology allows people to interact each other through voice, data and video links in real time (as synchronously). Synchronous groupware brings together user which are geographically distributed or located at the same place via a network. This can be implemented for cooperative learning and working which can be used for communication, share information and decision support between lecturer and student.
Generally CSCW is a generic term which combines the understanding of how people work in groups using the enabling technologies of computer networking and associated hardware, software, services and techniques. Groupware is a technology designed to facilitate the work of groups.
The implementation of CSCW and groupware technology involves some technical and non-technical requirements to support the collaboration. Technical requirements consider the technical the implementation, whereas the non technical methods consider sonic external factors and impacts. Both of them influence the development of CSCW and groupware technology itself.
In this project, a synchronous groupware technology which support Conferencing has been chosen to support Cooperative learning and working by three application aspects, which are communication, sharing information and decision support. Groupware technology used in this thesis is Openmeeting, an opensource software which support conferencing system
Through depth evaluation on Openmeeting, it can be summarize that one weakness of this tool is the asynchronous information delivery through email. In order received to user. in this work an additional service using SM'.'IS Gateway used on Gammu has been added.
Considerable study on this tool, the writer has been acquired the weakness until constitute the writer to do the improvement in order to give the alternative solution about it. Additional service which the writer have done, that is SMS Gateway using Gammu.
Design and Openmeeting implementation considered from 4 aspects, those are the desirable application. technical requirement, layer application and groupware correlation used in CSCW and groupware technology. The evaluations of Openmeeting implementation has been studied using 3 assessment, which are features evaluation, utilizate evaluation and benefit evaluation by l4 users.
The evaluation result show an average values 4 for features evaluation, the average value:, 4 for utilization evaluation and the average values 4,35 for benefit evaluation. These value shows that openmecting implementation give positive effect to this project Front the features utilizing and useful aspects."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24418
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arini
"Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis untuk melihat bagaimana feedback kualitatif yang berupa kritik khalayak mempengaruhi isi media. Feedback kualititaf terhadap sinetron ini adalah berupa kritik yang disampaikan melalui media. Di antaranya adalah dalam bentuk tulisan di koran atau internet, baik artikel ataupun surat pembaca. Media yang dianalisis adalah program televisi. yaitu sinetron yang menggambarkan ibu tiri dengan stereotip negatif. yaitu sinetron "Bidadari". Sinetron ini ditayangkan di RCTI setiap Minggu pukul 19.00 WIB. Pada perkembangannya. sinetron ini tidak hanya menampilkan ibu tiri dengan stereotip negatif tetapi kemudian hadir juga tokoh ibu tiri lain yang ditampilkan dengan stereotip positif. Dugaan awal penulis terhadap hal ini adalah bahwa kehadiran tokoh ibu tiri lain dengan penggambaran yang lebih positif terkait dengan kritik khalayak yang datang terhadap penggambaran ibu tiri awal dengan stereotip negatif. Selain menggambarkan isi cerita sinetron ini, penelitian ini juga melihat pemahaman masyarakat dalam mengkonsumsi teks. Penelitian ini mengambil dua episode sinetron "Bidadari", masing-masing mewakili "Bidadari 1" dan "Bidadari 2". Shoemaker dan Reese mengungkapkan terdapat lima faktor yang mempengaruhi isi media. Faktor-faktor itu berada pada level individual. level rutinitas media, level organisasional level ekstramedia, dan level ideologi. Dari kelima faktor tersebut. penelitian ini lebih menekankan pada level ekstramedia. terutama yang berkaitan dengan khalayak. Kerangka pemikiran tentang level ekstramedia milik Shoemaker dan Reese dalam hal ini digunakan untuk menganalisis hubungan kritik khalayak terhadap perubahan penggambaran ibu tiri dalam sinetron "Bidadari". Analisis wacana kritis yang dipakai dalam pene!itian ini adalah metode analisis Norman Fairclough yang mengkaitkan analisis level teks, dengan analisis pada tingkat lain yaitu discourse practice dan sosiocultural practice. Pada tingkat teks. digunakan metode analisis framing milik Gamson dan Modigliani untuk melihat penggambaran ibu tiri dalam sinetron "Bidadari". Analisis pada tingkat discourse practice menjelaskan kaitan antara faktor produksi teks dan konsumsi teks. Pada tingkat produksi, penulis mewawancarai penulis skenario, bag ian programming RCTI dan Humas RCTI. Sedangkan pada tingkat konsumsi teks, penulis melakukan survei untuk melihat bagaimana pemaknaan khalayak terhadap sinetron "Bidadari". Survei dilakukan pada tanggal 9-10 Februari 2004, mengambiJ 36 responden. Dalam analisis sosial budaya (sosiocultural practice), analisis dilakukan dengan melihat perkembangan kondisi industri televisi di Indonesia dan kondisi sosial budaya masyarakat dalam memahami sosok ibu tiri. Karena penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis, maka aspek ideologi menjadi hal yang tak terpisahkan dalam melihat hasil analisis teks. Dalam perspektif ini, ideologi merupakan landasan yang mendasari penguasa media; sebagai kelompok dominan, untuk mengontrol ataupun memarjinalkan kelompok lain melalui rekonstruksi pesan dalam tayangan produk media. Ideologi yang terlihat dalam penelitian ini adalah kapitalis, di mana program yang dibuat bertujuan semata-mata mengumpulkan profit untuk produsen media. Hasil analisis menunjukan bahwa kritik khalayak yang berbentuk kualitatif terhadap sinetron "Bidadari" tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan feedback kuantitatif (rating). Hal ini terjadi karena pihak produsen beranggapan bahwa feedback kualitatif berasal dari khalayak yang tidak mengikuti program televisi secara penuh, namun hanya menyaksikan sepenggal dari tayangan keseluruhan. Dari penelitian yang dilakukan. menunjukan bahwa penonjolan stereotip negatif ibu tiri dalam sinetron "Bidadari" sebagai cerita utama, terkait dengan nilai komersial yang didapat dari sinetron ini. Sedangkan tokoh ibu tiri dengan penggambaran positif yang hadir belakangan- ternyata tidak berhubungan dengan kritik khalayak terhadap sinetron "Bidadari" ini. Ideologi kapitalis mendorong tp.rciptanya program televisi yang mementingkan kuantitas pemirsa dalam bentuk rating sehingga tidak mengindahkan feedback kualitatif berupa kritik yang diajukan oleh sebagian kecil khalayak."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S3758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Arini
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian
Manusia sangat peka terhadap kekurangan oksigen terutama mata dan sel otak dengan kepekaan paling tinggi pada kortek dan retina. Indera penglihatan merupakan indera terpenting yang harus dimiliki seorang penerbang, sebab jika fungsi mata terganggu akan berakibat fatal. Dalam keadaan hipoksia mata akan mengalami gangguan fungsinya, salah satunya adalah fungsi sensitivitas kontras. Seorang penerbang harus memiliki kemampuan penglihatan sensitivitas kontras yang prima, sebab pada saat terbang harus melihat atau mendeteksi sesuatu dari jarak yang jauh dengan cepat dan tepat.
Tujuan penelitian ini ialah mengidentifikasi pengaruh hipoksia setara dengan ketinggian simulasi 18.000 kaki terhadap kemampuan penglihatan sensitivitas kontras talon penerbang militer TNI AU/PSDP. Disain penelitian adalah kuasi eksperimen pre dan post tes, sedangkan jumlah subyek yang diteliti adalah 94 calon penerbang militer TNI AU/PSDP dalam ruang udara bertekanan rendah (RUBR), yang merupakan total sampel dari calon penerbang militer yang datang di Lakespra Saryanto untuk melakukan indoktrinasi dan latihan aerofisiologi.
Hasil Penelitian : ditemukan perbedaan bermakna dengan uji T berpasangan, pada variabel Sa02, nadi dan sensitivitas kontras (SK) pada ground level dan pada FL 180 (p < 0,05). Dengan analisis silang didapatkan hubungan yang bermakna pada kadar Rb dengan sensitivitas kontras (SK) di ground level dan pada FL 180 (p < 0,05). Dengan analisis multivariat tidak didapatkan hubungan yang bermakna (p > 0,05).
Kesimpulan : Telah dibuktikan bahwa hipoksia setara dengan ketinggian simulasi 18.000 kaki akan menurunkan kemampuan sensitivitas kontras.

ABSTRACT
The Influence of Hypoxia on Contrast Sensitivity among Military Pilot Candidates at 18.000 ft in Lakespra Saryanto, Jakarta 1997
Human being is a very sensitive to the lack of oxygen especially eyes cells and brain. Cortex and retina are the most sensitive. Vision has an important role for the pilot because visual malfunction will cause a fatal accident. One mayor aspect which influenced by hypoxia is sensitivity contrast. A Pilot needs good contrast sensibility of his eyes because he must have a capability identifying the target fastly and accurately.
METHODE
The objective of this research was to identify the influence of hypoxia to contrast sensitivity of pilot candidates at 18.000 ft simulated altitude. The design of this study is a quasi experiment, a pre and post test at ground level and at simulated 18.000 ft. The total sample was 94 respondents, are Military Pilot candidates which come to Lakespra Saryanto for aerophysiological training exercise.
RESULT
T pair analysis showed that there were significant differences (p < 0,05) among variables Sa02, pulse rate and contrast sensitivity at ground level and at FL 180. Cross analysis revealed a significant correlation between hemoglobin value with contrast sensitivity at ground level and at simulated altitude 18.000 ft. The multivariate regression analysis showed a significant correlation the level of Sa02 related to the decrease of contrast sensitivity.
CONCLUSION
Hypoxia at simulated 18.000 ft will decrease contract sensitivity, although the deviation was still within normal range.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Dewi Arini
"Inspection of goods which are going out and coming in Customs Territory conducted by institution that have been assigned by government, which is Customs or international surveyor. The assignation of inspecting operator depends on the system used by pertinent government. If the government applies a pre-shipment inspection (PSI) system that is inspection of imported goods in a port load provided by independent private company to both exporters and government in order to give assessment of goods to be imported and exported, the operator is an international surveyor. On the other hand, if the government uses an on arrival inspection (OAI) system that is an inspection of imported goods in destination port, the operator is a local Customs.
A government can also apply PSI system and OAI system concurrently, for example, Indonesia in 1985 up to 1990. At that period, PSI operator checks importation with value above FOB US$ 5,000.00, and OAI operator checks importation with value until FOB USS 5,000.00, Along with the increasing of commercial activity and market forces demand to enhance Customs service and to fulfill Customs commitment as a member of World Customs Organization (WCO), hence existing Customs procedures and systems continue to develop. Since the launching of Law # 1011995 about Customs, inspection system of imported goods in Indonesia embraces an OAI system which is in Law # 10/1995 gives a larger trust to market forces, but it is without disregarding state's finance security. OAI system is based on a self-assessment implementation, risk management and a post clearance audit. The supervisory of OAI system relied on a post clearance audit, so it doesn't interfere the releasing of imported goods from the port The PCA implementation is a logical consequence of self-assessment implementation and selective physical examination which is embraced by Law # 10/1995 about Customs.
In general, advantage of PSI system is to give benefit to exporter and importer to his imported goods, so it can comply with quantity and quality of goods demanding in sales agreement. Besides, PSI can give benefit to government by improving state revenue through evasion of imported goods which are under standard, increasing foreign trade management by providing accurate commerce statistic, and supporting and pushing foreign capital cultivation incentive plan.
On the other hand, results of research conducted by Lembaga Manajemen Universitas Indonesia (LM UI) in 1997 indicating that the government have to pay US$1 for each of US$163.63 import value which is done by SGS as The PSI system operator during 1995 - 1997, comparing to USS 1 for each of US$ $ 989,22 import value which is done by Customs as The OAL system operator in the year after SGS implementation. Thereby, the results indicate that The OAI system is more efficient compared to The PSI system. Results of research of LM UI also show that for each of USS 1 fee paid by government to SGS yield by US$ 4.40 of import duty revenue, while for each of US$ 1 fee paid by government to Customs yield US$ 18.68 of import duty revenue. Again, the data indicate that The OAI system is more effective compared to The PSI system.
Meanwhile, based on results research conducted by ECONIT Advisory Group, the cost paid by government during implementation of SGS service equal to almost 15% from total import duty in a yearlong. Whereas the cost paid by government to defray DJBC only equal to less than 14° c let %ear from total cost paid to SGS. Farther, cost which is must be paid by government dung import pattern by using PSI system that is executed by SGS indicate that government have to pay 0.6% on average from import value or 23% from collected import duty. Cost Collection equal to 23% is counted very high and above maximum international standard cost collection, which is 5% on average.
From system comparison and procedure analysis and cost-benefit analysis between PSI system and OAI system, PSI supporters argument and field facts, deeply interview, and perception participate observation results with some parties who is related to inspection system of imported goods in Indonesia, it can be concluded till now that The OAI system is the inspection system that are cheapest, fastest, simplest, most effective, and most efficient. This matter can be proved from its cost, time, and OAI procedure."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14008
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahastuti Dian Arini
"Penelitian ini meneliti bagaimana hubungan yang terjadi antara tiga komponen yang membentuk pemasaran relasional yaitu : manajemen, karyawan, dan konsumen. Ketiga elemen ini hangs dikelola secara optimal agar sebuah perusahaan terus eksis.
Penelitian ini mencoba melihat bahwa dengan penciptaan kepercayaan (trust) dan nilai (value) yang tinggi akan menciptakan loyalitas (loyalty) konsumen. Kepercayaan konsumen pada penelitian ini dibagi menjadi dua dimensi yaitu : (1) kepercayaan pada manajemen yang diukur oleh, kompetensi operasional manajemen, dan orientasi pemecahan masalah manajemen, (2) kepercayaan pada karyawan lini depan diukur oleh, kompetensi operasional karyawan, dan orientasi pemecahan masalah karyawan. Kepercayaan konsumen terhadap dua dimensi ini akan menciptakan loyalitas konsumen secara langsung ataupun dimediasi sebelumnya oleh nilai konsumen.
Fokus penelitian adalah Bank Mandiri yang terletak di J1. Jend. Sudirman Jakarta Selatan dengan jumlah responden sebanyak 267 orang, semuanya merupakan nasabah yang berusia 17 tahun keatas dan pernah melakukan transaksi di Bank Mandiri sehingga mampu memberikan penilaian.
Hubungan variabel-variabel penelitian dianalisis dengan SEM (Structural Equation Modelling) dengan bantuan software LISREL 8.51 untuk melihat sampai sejauh mana hubungan yang terjadi antara indicator dengan variabelnya (measurement model), serta variabel dengan variabel Iainnya (structural model).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1. Kepercayaan konsumen pada kebijakan manajemen dan pelaksanaannya secara signifikan hanya dibentuk oleh kompetensi operasional manajemen dan kepercayaan pada perilaku karyawan lini depan.
2. Kepercayaan konsumen pada perilaku karyawan lini depan secara signifikan hanya dibentuk oleh kmpetensi oprasional karyawan dan orientasi pemecahan masalah karyawan.
3. NiIai konsumen secara signifikan hanya dibentuk oleh kepercayaan pada kebijakan manajemen dan pelaksanaannya dan kepercayaan pada perilaku karyawn lini depan.
4. Loyalitas konsumen secara signifikan hanya dibentuk oleh nilai konsumen.
Hanya konstruk kepercayaan konsumen pada kebijakan manajemen dan pelaksanaannya dan nilai konsumen yang memiliki kesamaan dengan basil penelitian sebelumnya oleh Sirdesmukh, Singh dan Sabot (2002).

This study is analyzing the relationship between the three components of relational marketing, which are management, employee, and consumer. Those three components must be managed well to support the company existence.
The aim of this study is to prove that building a higher trust and value will produce consumer's loyalty. In this study, consumer loyally is divided into two dimensions: (1) management trust, measured by management operational competency and orientation of management problem solving, and (2) front-line employee trust, measured by employee operational competency and orientation of employee problem solving. Consumer trust of these two dimensions will produce consumer loyalty that can be formed directly or pre-mediated by consumer value.
This study takes place at Mandiri Bank, J1. _lend. Sudirnan, South Jakarta_ The respondents are 267 Mandiri Bank clients, who are all above 17 years old and capable of giving judgement as they had done various transactions at the bank.
The connection among variables of this study is analyzed by SEM (Structural Equation Modelling) supported by LISREL 8.51 software to see the relation between indicator on its variable (measurement model) and other variable (structural model).
This study shows that:
1. Consumer trust of management policy and its implementation is formed significantly by management operational competency and trust of front-line employee attitude.
2. Consumer trust of front-line employee attitude is formed significantly by employee operational competency and orientation of employee problem solving.
3. Consumer value is formed significantly by trust of management policy and its implementation and trust of front-line employee attitude.
4. Consumer loyalty is formed significantly by consumer value.
This study reveals that consumer trust of management policy and consumer value is the only result that similar with the result of previous study done by Sirdesmukh, Sing an Sabot (2002).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T18864
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosie Dewi Arini
"Krisis keuangan global Oktober 2008 berdampak melemahnya permintaan ekspor dari negara-negara maju. Peluang ekspor exotic fruit manggis memiliki permasalahan dalam persyaratan kualitas produk yang sulit dipenuhi oleh eksportir Indonesia. Analisis kekuatan bersaing terbesar adalah kekuatan tawar pemasok petani manggis, kekuatan tawar pembeli Uni Eropa, tingginya ancaman produk pengganti seperti mangga dan salak, serta banyaknya pendatang baru. Strategi adaptasi di sektor hulu melalui peningkatan produktivitas, perbaikan teknologi budidaya dan pasca panen, pengoptimalan pemanfaatan lahan terlantar. Strategi adaptasi di sektor hilir melalui penanganan pascapanen, peningkatan SDM, kemitraan positif, serta penguasaan manajemen ekspor/impor. Dukungan pemerintah melalui PUAP dan LKM serta LPEI.

Global financial crisis October 2008 affecting to decrease the request export from developed country. Problems export exotic fruit mangosleen is bad quality of product conditions fulfilled by Indonesia exporter. Stronger competitive forces are bargaining power of supplier from mangosleen farmer, bargaining power of supplier from Europe Union, the threat of substitute like mango and bark, and also treath of new entrant. Adaptation strategy in cultivation sedor through productivity improvement, technological repair cultivation and posi harvest, farm exploiting optimise unemployed. Adaptation strategy in industry sedor through handling post harvest, improvement human resources, and also the management exports/imports domination. Governmental support through (Post Harvest Enterprise) PUAP and (microfinance institution) LKM and also (Indonesia Export Finance Institution) LPEI."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T25834
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Kusuma Arini
"In order to increased voluntary disclosure from the tax payer, the Indonesian government trough Directorate General of Tax making a tax reforms and the policy that the government choose is by using tax amnesty policy. At the year 1984 the government has been issued a tax amnesty policy, but this policy failed in implementation and the government never evaluated the failure. At 2008 the government issuing the same tax amnesty policy and it called sunset policy.
This research will explain about government comparison when issuing tax amnesty policy at the year 1984 and the year 2008, what exactly becomes the major obstacle on the implementation of the tax amnesty policy at the year 1984, and what are the differences between tax amnesties that were used at 1984 with tax amnesty that used in 2008. The approach used in this research is qualitative approach. The goal is to find an understanding about tax amnesty policy that implemented in Indonesia since 1984 until 2008. The research type is descriptive because the researcher tries to give a detailed description about tax amnesty policy that implemented in Indonesia since 1984 until 2008. Data collected in this research is by trough in depth interview with Directorate General of Tax, academic, tax payer, and tax expert. Beside that the data was also collected trough study literature, books, magazine, journals, and the tax regulation which are related to tax amnesty at the year 1984 and 2008.
The result from this research found that the government rationale issuing tax amnesty policy at the year 1984 because of the change of tax system in Indonesia from official assessment system to self assessment system. The change of tax system needs honesty and voluntary disclosure from every tax payer. Based on that reason, the government issuing tax amnesty policy. At the year 2008 the government tries to collect taxation data from Indonesian citizen who already registered as tax payer and the citizen who are not registered as tax payer. In order to make the tax payer willing to declare the taxation data that they have, government issuing tax amnesty policy. The obstacle on the implementation of tax amnesty at the year 1984 are because the limitation of taxation data, information technology, tax authorities who are not ready with this policy, and public perception of unfairness in tax amnesty. The main differences between tax amnesty at the year 1984 and 2008 is what the government forgiven. At the year 1984 the government forgives all the tax liabilities including interest, penalties, and other prosecution, whereas tax amnesty at the year 2008 only forgive the interest.
"
2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni Yuli Arini
"Industri pesawat terbang adalah industri teknologi tinggi dengan sistem industri yang kompleks. Untuk menyelesaikan permasalahan dalam sistem yang kompleks, dibutuhkan pandangan yang menyeluruh terhadap struktur sistem. Penelitian ini menggunakan pendekatan System Dynamics untuk memahami sistem industri pesawat terbang Indonesia serta mengeksplorasi struktur kebijakan yang dapat mengembangkan industri tersebut. Dengan menguji alternatif-alternatif kebijakan dan berbagai skenario pada model kuantitatif yang telah dibuat, dihasilkan kesimpulan bahwa industri pesawat terbang Indonesia perlu memiliki kebijakan yang dapat mendorong peningkatan pembelian pesawat komersial, karena selama ini industri ini terlalu bergantung kepada pihak militer untuk penjualannya. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat memperluas model dengan menggunakan data, baik kualitatif maupun kuantitatif, yang dimiliki oleh berbagai pihak yang merupakan para aktor di industri ini. Dengan data yang lebih banyak dan luas, pemodelan untuk dapat dilakukan untuk pengujian alternatif-alternatif kebijakan lainnya dengan lebih luas.

Aircraft industry is a high-tech and complex industry. When solving problems in complex system, a holistic view of the system structure is needed. This research use System Dynamics approach to understand the system structure of Indonesian aircraft inudstri and to explore policy structure that can drive the development the industry. The policy alternatives have been set and simulated in the quantitative model of system dynamics with several scenario conditions that may happened in the future. The result of the simulation shows that Indonesian aircraft industry needs policies that can drive the sales of commercial aircraft since currently the industry still highly depended in the sales of aircraft for military uses. In the future research, the model can be expanded by using the data, both qualitative and quantitative, that hold by several actors of the industry. The more variety of data can be used to expand the model and run other policy alternatives and scenario with more level of confidence."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T54214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Prida Arini
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi interaksi obat asma di Poliklinik Asma RSUP Persahabatan. Skrining interaksi obat dilakukan menggunakan The Medical Letter Drug Interaction Program. Data obat yang digunakan diambil dari rekam medik 120 pasien asma rawat jalan di Poliklinik asma RSUP Persahabatan periode Juni-Agustus 2006, hasilnya 105 pasien (87,5%) memiliki potensi interaksi dan 15 pasien (12,5%) tidak memiliki potensi interaksi. Obat kategori sedikit digunakan oleh 9 pasien, kategori sedang oleh 51 pasien dan kategori banyak oleh 45 pasien. Berdasarkan pengamatan terhadap 105 pasien, 18 pasien memiliki potensi interaksi obat kategori sedikit, 10 pasien kategori sedang dan 77 pasien kategori banyak. Berdasarkan analisa hubungan menggunakan uji Kai kuadrat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jumlah obat yang digunakan dengan jumlah potensi interaksi obat. Potensi interaksi obat terbanyak yaitu teofilin dan salbutamol yang terdapat pada 61 pasien. Potensi interaksi obat ini jika terjadi dapat mengakibatkan efek hipokalemia, turunnya efek teofilin dan takikardi. Oleh karena itu perlu monitoring penggunaan obat dan penelitian klinis lebih lanjut.

The aim of this study is to know the potency of the asthma drug interaction at Asthma Polyclinic of RSUP Persahabatan. Screnning of the drug interaction by The Medical Letter Drug Interaction Program. The list of drug which used based on medical record 120 ambulatory patients of asthma at Polyclinic of RSUP Persahabatan period Juni- August 2006, the result is 105 patients (87,5%) have potency of drug interaction and 15 patients (12,5%) have no potency of drug interaction. Drug in few category used by 9 patients, 51 patients in medium category, 45 patients in many category. Based on observation to 105 patients, 18 patients have potency of drug interaction in few category, 10 patients in medium category, 77 patients in many category. Based on analysis correlation with Chi square test there is correlation between the quantity of drug and quantity potency of drug interaction. The most of drug interaction potency is theophylline and salbutamol in 61 patients. This potency of interaction if happened can give consequence of hypokalaemia, decrease theophylline effect and tachycardia. Because of that need to monitoring the use of the drug and clinical research still also to be done."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S32875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Arini
"Dewasa ini perkreditan adalah merupakan faktor terpenting dalam seseorang mengembangkan usahanya. Seseorang yang ingin mengembangkan usahanya tetapi ia tidak mempunyai cukup modal padahal usahanya itu mempunyai prospek yang cerah (layak), maka ia tidak perlu berkecil hati karena ia dapat meminta kredit dari Bank. Apalagi dalam masa pembangunan sekarang ini, banyak sekali sektor-sektor pembangunan yang perlu dikembangkan dan tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, Pemerintah melalui Bank Indonesia cepat tanggap mengenai hal itu dengan mengeluarkan serangkaian kebijaksanaan dalam bidang perkreditan. Salah satu sektor/bidang pembangunan yang tidak luput dari perhatian Pemerintah adalah sektor/bidang Industri Konstruksi. Industri Konstruksi ini merupakan industri dalam bidang pembangunan fisik, yaknl dapat menghasilkan bangunan pergedungan, bangunan sipil dan bangunan instalasi. Pembangunan perumahan, jembatan, perkantoran, jalan , dan lain sebagainya yang bersifat pembangunan fisik tersebut tidak akan tercapai/terwujud, apabila tidak ditunjang oleh dana yang cukup, karena pembangunan tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar. Tentu, dalam hal ini si pelaksana pembangunan Kontraktor/Developer tidak mungkin dapat menyediakan seluruh biaya pembangunan tersebut dari dana yang tersedia, padahal pembangunan itu harus segera selesai dan segera dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu, jalan. tengah yang diambil oleh Kontraktor/Developer adalah meminta kredit dari Bank. Kredit yang disediakan Bank untuk Kontraktor/Developer tersebut, dinamakan Kredit Konstruksi. Dalam Kredit Konstruksi ini, segi hukumnya yang paling menonjol adalah adanya pihak lain, yang tidak termasuk pihak dalam perjanjian kreditnya, melunasi/membayarkan kredit yang dipinjam oleh Kontraktor/Developer. Pihak lain ini adalah pihak pemberi pekerjaan/Bouwheer yang mempunyai ikatan/hubungan hukum dengan Kontraktor/Developer tersebut. Pembayaran oleh pihak Bouwheer untuk melunasi kredit yang dipinjam Kontraktror/Developer itu dalam hukum perjanjian dapat disamakan dengan berakhirnya perjanjian dengan cara kompensasi (perjumpaan utang). Masalah lain yang menarik untuk dibahas adalah masalah jaminan dalam kredit konstruksi, bagaimana upaya penyelesaian, yang ditempuh bila terdapat Kredit Konstruksi yang macet. Sedangkan dari segi manajemen perbankan adalah mencaritahu bagaimana prosedur permohonan dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Bank untuk mendapatkan Kredit Konstruksi."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>