Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arifianto
"Isolator PVC memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi syarat standar serta beberapa kelebihan dari material lain diantaranya bebannya yang lebih ringan, sifat mekanik yang lebih baik, dan resistivitas yang lebih tinggi. Namun Isolator jenis ini memiliki beberapa kelemahan, salah satunya adalah ketahanan panas yang rendah sehingga mudah meleleh jika bekerja pada arus yang tinggi. Skripsi ini membahas pengujian yang dilakukan di laboratorium dengan mengalirkan arus kepada kabel hingga melewati kemampuan hantar Arus maksimumnya. Dengan demikian bisa dilihat perubahan fisik yang terjadi pada isolasi kabel ketika bekerja pada arus yang tinggi. Data yang didapat kemudian akan dianalisa.

PVC insulator is one kind of insulator that satisfy some of standard and has better quality than another material: it is light, has good mechanical character and has high resistivity. However, it has few problem. One of them is low endurance on very high temperature. Then it will melt on very high current. This final project will discuss an experiment done in laboratory, by applying current on conductor below it‟s maximum current conducting ability. And than, physical change that happen when the insulator work on very high temperature can be examined. Moreover, data that has been retrieved will be analyzed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52162
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arifianto
"
ABSTRAK
PT MKM II memliki enam jalur produksi (machining line) dan tiga jalur perakitan (assembly line). Keenam jalur produksi yaitu crank shaft, cylinder head, cam shaft, connecting rod, cylinder block, dan intake and exhaust manifold.
Dalam skripsi ini penulis menghitung kehandalan dari sistem pada jalur produksi cam shaft, yang merupakan salah satu komponen panting dan memerlukan ketelitian dalam pembuatannya. Untuk menghasilkan produk sesuai dengan persyaratan dan memenuhi target yang diharapkan maka sangat diperlukan mesin yang handal agar tidak menganggu kelancaran produksi untuk produksi secara keseluruhan.
Untuk dapat menghitung kehandalan mesin, maka penulis melihat dari data-data pemakaian mesin dan melihat kecenderungan distribusi laju kerusakan yang akan dipakai sebagai dasar perhitungan selanju!nya. Setelah menentukan distribusi yang digunakan maka diadakan uji statistik untuk menguji hipotesa distribusi yang digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan, maka digunakan distribusi eksponensial dan dihitung kehandalan tiap mesin pada jalur cam shaft.
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa CM 50 memiliki nilai MTTR tertinggi sedangkan CM-100 memiliki nilai MTTR terendah karena merupakan alat inspeksi terhadap ukuran dari cam shaft yang relatif sederhana.
"
1997
S36824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifianto
"Latar belakang: Epilepsi Rolandik adalah salah satu sindrom epilepsi terbanyak pada anak dan umumnya dianggap benign dan self-limited. Tetapi komorbiditas kognitif dan perilaku dapat ditemukan pada anak-anak dengan epilepsi yang bernama lainnya benign Rolandic epilepsy with centrotemporal spikes (BECTS) ini. Pasien epilepsi Rolandik harus dievaluasi adanya komorbiditas kognitif dan perilaku.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara usia awitan kejang dan jumlah hemisfer yang menjadi fokus kejang dengan kemampuan kognitif dan gangguan perilaku pada anak-anak dengan epilepsi Rolandik.
Metode: Penelitian potong-lintang di sembilan RS/klinik dengan konsultan neurologi anak di Jakarta dan Banten, terhadap anak-anak berusia 6 – 12 tahun dengan epilepsi Rolandik. Penelitian meliputi anamnesis semiologi kejang, interpretasi hasil elektroensefalografi (EEG) oleh dua orang konsultan neurologi anak, dan pemeriksaan intelligence quotient (IQ) oleh psikolog.
Hasil: Nilai verbal IQ sebagai parameter kognitif berbicara/berbahasa lebih banyak bernilai  average pada subjek dengan usia awitan kejang yang lebih muda (< 6 tahun). Nilai verbal IQ < average lebih banyak didapatkan pada subjek dengan fokus gelombang kejang pada salah satu sisi hemisfer. Jumlah subjek yang mengalami gangguan perilaku berupa gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) dan gangguan spektrum autism (GSA) lebih banyak pada kelompok usia awitan kejang < 6 tahun dan fokus kejang hemisfer bilateral. Tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara usia awitan kejang dan jumlah hemisfer yang menjadi fokus kejang dengan komorbiditas kognitif dan perilaku.
Simpulan: Anak-anak dengan epilepsi Rolandik dapat memiliki komorbiditas kognitif berupa gangguan berbicara/berbahasa dan komorbiditas perilaku berupa GPPH/GSA, dan dapat dipengaruhi oleh usia awitan kejang dan jumlah hemisfer yang menjadi fokus kejang, meskipun hubungannya tidak bermakna secara statistik.

Background: Rolandic epilepsy is one of the most common epilepsy syndromes in children and is generally considered benign and self-limited. But cognitive and behavioral comorbidities can be found in children with this epilepsy, which has another name: benign Rolandic epilepsy with centrotemporal spikes (BECTS). Rolandic epileptic patients should be evaluated for cognitive and behavioral comorbidities.
Objective: To determine the relationship between age at onset of seizures and the number of hemispheres that are the focus of seizures with cognitive abilities and behavioral disorders in children with Rolandic epilepsy.
Methods: Cross-sectional study in nine hospitals/clinics with pediatric neurology consultants in Jakarta and Banten, on children aged 6-12 years with Rolandic epilepsy. The research includes interviews on seizure semiology history, interpretation of electroencephalographic (EEG) results by two child neurology consultants, and intelligence quotient (IQ) tests performed by psychologists.
Results: The verbal IQ score as a cognitive speaking/language parameter  average was found more in subjects with younger seizure onset (<6 years). Verbal IQ < average scores were greater in subjects with seizure focus on one side of the hemisphere. The number of subjects who experienced behavioral disorders in the form of attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) and autism spectrum disorders (ASD) was more in the age group of seizure onset < 6 years and bilateral hemispheric seizure focus. There was no statistically significant relationship between age at onset of seizures and the number of hemispheres that were the focus of seizures with cognitive and behavioral comorbidities.
Conclusion: Children with Rolandic epilepsy may have cognitive comorbidities in the form of speech/language disorders and behavioral comorbidities in the form of ADHD/ASD, and may be affected by the age of seizure onset and the number of hemispheres that are the focus of seizures, although the relationship is not statistically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yoyin Arifianto
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang pelaksanaan Proyek Belitang Buay Madang oleh Yayasan Budi Asih di Desa Pandan Sari Kecamatan Madang Suku I Kabupaten Ogan Komering Ulu, sebagai upaya yayasan tersebut ikut menunjang program pemerintah daiam bidang Usaha Kesejahteraan Sosiai (UKS). Penelitian ini penting mengingat terpuruknya perekonomian bangsa ini sejak pertengahan tahun 1997 yang dampaknya berkepanjangan hingga saat ini, semakin memperparah kondisi kemiskinan yang memang sudah ada. Ini menunjukkan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan bukanlah hanya togas pemerintah semata, namun juga harus melibatkan semua pihak baik itu swasta maupun lembaga lembaga swadaya masyarakat, karena memang pemerintah memiliki keterbatasan. Untuk itu maka pemerintah khususnya Pemerintah Daerah sejalan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah saat ini, harus memberikan ruang yang cukup bagi sektor lain untuk membantu masyarakat keluar dad kondisi kemiskinannya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif yang diperoieh meiaiui wawarlcara mendalam dengan para informan, observasi, dan studi kepustakaan dan dokumentasi. Pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive, dengan memilih sumber yang dapat memberi informasi yang relevan. Dengan demikian maka informan yang dipilih dapat memberikan informasi yang diperiukan dalam penelitian ini secara tepat dan mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melaksanakan Proyek Belitang Buay Madang Yayasan Budi Asih menerapkan dua strategi pendekatan. Dimulai pada pendekatan sosio-karitatif dengan program yang sifatnya bantuan semata (charity) ke arah pendekatan sosio-ekonomis dengan program yang bersifat pengembangan. Pelaksanaan kedua pendekatan ini dilakukan dengan cara bertahap. Pada pendekatan yang sifatnya bantuan semakin tahun semakin dikurangi, dan sebaliknya pada pendekatan pengembangan kegiatannya semakin beragam. Dilaksanakannya pendekatan sosio-ekonomis (pengembangan) ini sebagai upayaYayasan Budi Asih memandirikan masyarakat, agar apa yang telah mereka bantu dapat tetap dipertahankan jika proyek telah berakhir. Keterlibatan yang penuh dan masyarakat pada pelaksanaan proyek ini memberi pecan kepada masyarakat bukan hanya sebagai subyek dalam pembangunan, melainkan sebagai aktor yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumber days, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya sebagai mana yang ingin dituju pada paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development).
Meski pelaksanaan proyek ini mampu berjalan dengan baik, ada beberapa catatan kiranya dapat dijadikan pemikiran untuk memperoleh hash yang lebih balk iagi. Sehingga pendekatan pengembangan yang dilaksanakan akan menjadi pendekatan yang strategis. Dengan pendekatan yang strategis masyarakat memiliki kemampuan dasar untuk mengakses fasilitas pelayanan sosial dan pemenuhan hakhak individu, kelompok dan masyarakat dalam mencapai kualitas hidup dan kesejahteraan sosial. Penambahan wawasan dan pengetahuan masyarakat desa, merupakan sesuatu yang panting agar apa yang mereka usahakan dapat memperoleh hash yang maksimal. Demikian juga menyiapkan petugas Yayasan Budi Asih sendiri, agar lebih beragam budaya yang mereka miliki. Serta yang juga panting adalah bagaimana memanfaatkan potensi laical yang ada di Desa Pandan Sari. Tentunya potensi iokal ini adalah potensi yang memang bisa dikembangkan.
Sangat disayangkan adalah kurangnya keterlibatan dan dukungan Pemeritah Daerah terhadap pelaksanaan proyek ini. Padahal apa yang telah dikerjakan oieh yayasan Budi Asih nyata sebagai upaya untuk membantu mengurangi tanggungan pemerintah dalam memerangi kemiskinan yang memang merupakan tanggung jawabnya. Bahkan sebenamya Pemerintah Daerah dapat belajar bagaimana pendekatan dan strategi yang digunakan Yayasan Budi Asih dalam melaksanakan proyek ini, untuk dapat dicontoh dan ditularkan pada proyek serupa yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah pada desa-desa lain."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniar Arifianto
"Peran utama dari negara adalah penyediaan beragam barang publik (public goods) atau pelayanan kepada publik/masyarakat luas. Pertahanan dan keamanan adalah salah satu kebutuhan dasar (basic needs) masyarakat dan merupakan barang publik utama yang sangat penting dalam rangka eksistensi suatu negara.
Supremasi sipil atas militer merupakan prasyarat utama dalam negara demokrasi. Adanya kendali sipil atas militer antara lain melalui kontrol/pengendalian anggaran belanja militer. Agar dapat dicapai pengendalian yang efektif diperlukan suatu sistem pengelolaan anggaran yang transparan dan akuntabel sesuai prinsip-prinsip good governance.
Sistem penganggaran militer di Indonesia, yaitu yang berlaku pada Departemen Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia (Dephan-TNI), merupakan bagian dari sistem penganggaran nasional (APBN), tetapi karena alasan sifat khas militer, yaitu sifat kerahasiaan (secrecy), mobilitas tinggi, kesatuan komando dan rantai komando, dalam tahap pelaksanaan anggarannya mempunyai sistem pengelolaan khusus yang terpisah dari sistem pelaksanaan anggaran nasional. Sistem pengelolaan anggaran belanja dan keuangan militer yang terpisah tersebut diduga cenderung tertutup dan kurang transparan. Alasan kerahasiaan (secrecy) selalu menjadi hambatan akuntabilitas dan transparansi anggaran militer.
Penelitian ini menganalisis sistem pengelolaan anggaran belanja (expenditure system) Dephan-TNI ditinjau dari aspek good governance (transparansi dan akuntabilitas publik) serta aspek pengendalian intern. Hasil penelitian terhadap implementasi sistem menunjukkan bahwa sistem pengelolaan anggaran belanja dan keuangan Dephan-TNI memitiki kelemahan inheren yang berpengaruh pada efektivitas sistem yaitu sistem otorisasi anggaran dan pendanaan yang tertalu kaku, birokratis dan tidak fleksibel; tidak adanya pemisahan tugas yang memadai sehingga melemahkan pengendalian intern; dan sistem pertanggungjawaban keuangan yang kurang transparan dan akuntabel yang berisiko menimbulkan penyimpangan (korupsi dan penyalahgunaan dana). Penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan kegiatan Dephan-TNI dengan departemen/lembaga non militer. Belum adanya aturan hukum yang jelas mengenai rahasia negara menyebabkan alasan kerahasiaan selalu menjadi dalih tidak diikutinya prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Karena kelemahan tersebut perlu dilakukan perbaikan atas sistem pengelolaan anggaran belanja dan keuangan Dephan-TNI. Tidak perlu ada perlakuan khusus atas pengelolaan anggaran belanja militer (Dephan-TNI) secara menyeluruh. Perlakuan khusus harus ditetapkan secara terbatas pada hal-hal yang bersifat kontijensi dan rahasia seperti kegiatan operasi militer yang mendesak/mendadak dengan memperbaiki sistem pengendalian intern dan sistem pertanggungjawabon keuangan yang lebih transparan dan akuntabel dalam rangka mewujudkan good governance dalam pengelolaan keuangan negara."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15669
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Arifianto
"Persediaan atau logistik merupakan aspek penting dalam suatu perusahaan. Persediaan yang efisien & optimal akan sangat mendukung jalannya perusahaan. Persediaan juga berhubungan langsung dengan keuntungan perusahaan dan Return on Investment (ROI). Tingkat persediaan yang optimal dapat meningkatkan ROI dan meningkatkan laba perusahaan.
Secara garis besar tujuan dari logistik dapat dilihat sebagai bagian dan pendukung suatu sistem untuk memastikan bahwa kepuasan pelanggan tercapai. Sedangkan misi dari manajemen logistik yaitu untuk merencanakan dan mengkoordinasi semua aktivitas yang diperlukan untuk raencapai tingkat yang diharapkan dari pelayanan dan kualitas dengan biaya yang seminim raungkin. Untuk mencapai hal ini, maka perusahaan hams memiliki sistem logistik yang sistematik dan teratur.
Karya akhir ini bertujuan untuk memperbaiki sistem pembelian persediaan agar semakin efisien dan mampu memasok kebutuhan produksi tepat waktu. Tujuan lain yaitu mengoptimalkan persediaan dengan mereduksi beberapa variabel seperti biaya dalam pembelian persediaan seperti biaya barang tidak bergerak, biaya pembelian, nilai inventor! bahan baku dan bahan baku pendukung maupun biaya lain yang tidak diperlukan seperti biaya akibat kekurangan bahan. Sedangkan masalah dalam karya akhir ini dibatasi hanya pada persediaan bahan baku untuk pembuatan barang jadi dan bahan pendukung atau supplies dalam membantu proses produksi.
PT. Chiyoda Integre Indonesia (CII) merupakan perusahaan komponen elektronik dengan pelanggan dari perusahaan manufaktur elektronik seperti Sony,
Toshiba, Motorola, Sanyo, Kenwood, dan lain-lain. Umumnya pelanggan menerapkan sistem Just in Time dalain inventori mereka, sehingga PT. CII hanis dapat meinasok kebutuhan pelanggan secara kontinyu dan tidak boleh terputus. Apabila terputus, lini produksi mereka dapat berhenti dan akan menimbulkan kerugian di pihak pelanggan yang mengakibatkan pelanggan dapat mengenakan penalti kepada pemasok dan peluang untuk pindah ke pemasok lainnya. Maka pasokan yang tepat waktu merupakan kunci utama kepuasan pelanggan untuk dapat memenangkan order disamping kualitas dan harga. Adapun salah satu syarat pasokan tepat waktu yaitu tersedianya bahan baku untuk pembuatan barang jadi.
Kendala utama yang dihadapi Departemen Purchasing saat ini yaitu sering tidak tersedianya bahan baku pada saat dibutuhkan karena umumnya bahan baku masih diimpor serta jangka waktu penyerahan dari pemasok PT. CII yang cukup lama diakibatkan pengiriman melalui laut. Kadangkala dimungkinkan pengiriman lewat udara tetapi tarimya sangat mahal sehingga tidak disarankan. Kendala lain yaitu seringkali terdapat stok yang berlebih dan stok yang tidak bergerak sehingga mempengaruhi keuangan dan keuntungan perusahaan. Stok yang berlebih akan menyebabkan penambahan modal kerja dan ROI. Kendala lainnya yaitu keterbatasan sumber daya manusia untuk mengontrol stok yang ada agar stok tetap optimal.
Agar persediaan optimal dan efisien maka dalam studi ini digunakan metode klasifikasi ABC untuk bahan baku dan Fixed Time Period Model untuk bahan baku pendukung. Metode Klasifikasi ABC merupakan metode untuk mengontrol material dengan memfokuskan pada material yang penting saja. Metode ini tergolong efisien karena mengatasi keterbatasan sumber daya manusia selain itu juga efektif untuk * memonitor persediaan agar selalu optimal. Metode ini mengklasifikasi material atas dasar nilainya dan tingkat kepentingan yang dikategorikan dalam kelas A, B dan C. Untuk material kelas A periode pengontrolannya dilakukan lebih sering dibandingkan dengan kelas B dan C seliingga material yang bernilai tinggi dan penting akan selalu termonitor. Fix Time Period Model, merupakan metode yang menyarankaii untuk melakukan pemesanan kembali untuk setiap jangka waktu yang tetap atau bila periode evaluasi telah tercapai. Diharapkan dengan penggunaan metode ini stok bahan baku pendukung selalu dalam keadaan optimal.
Berdasarkan hasil pengujian, penggunaan metode baru berupa metode klasifikasi ABC untuk bahan baku dan Fixed Time Period Mode! untuk bahan baku pendukung ternyata lebih efisien karena mampu mereduksi berbagai biaya seperti shortage cost hingga 63% yang rneliputi bia\ya transportasi, biaya penalti dan biaya lain-lain. Juga diikuti pengurangan nilai inventori hingga 14% untuk balian baku dan 37% untuk bahan baku pendukung kemudian stok tidak bergerak mampu dipangkas hingga 32%. Dengan adanya reduksi biaya tersebut menyebabkan adanya opportunity cost sebesar 121.000 US$ yang berdampak pada pengurangan modal kerja. Selain itu juga terdapat peningkatan laba sebesar 32.000 US$ dan peningkatan ROI sebesar 2%. Metode ini ternyata juga lebih mampu memenuhi kebutuhan produksi dan kepuasan pelanggan. seperti dalam hal reduksi kehabisan bahan baku, peningkatan reliability sebesar 23 % menjadi 85% dan naiknya tingkat pelayanan (service level) sebesar 3% dan menjadi 96%.
Adanya optimasi persediaan ini akan menjadikan perusahaan semakin baik dalam hal pelayanan pelanggan dan semakin sehat dari segi finansial yang bermuara dalam ketangguhan dalam berkompetisi dengan mengingat bahwa kompetisi komponen elektronik dewasa ini yang sangat ketat sekali."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Herbudi Arifianto
"Salah satu fungsi hukum adalah menegakkan dan menemukan kebenaran. Dalam menegakkan dan menemukan kebenaran tersebut di bentuklah apa yang dinamakan hukum. Hukum adalah aturan ciptaan manusia untuk menjaga agar masyarakat dapat hidup tertib dan nyaman. Hukum dalam perkembangannya ada yang tertulis dan tidak tertulis. Dalam mewujudkan kepastian hukum, hukum oleh manusia dimanifestasikan dalam bentuk tertulis berupa peraturan perundang-undangan. Manusia adalah mahluk yang tidak sempurna dan dapat saja khilaf. Hakim sebagai salah satu aparat penegak hukum dapat saja berbuat kesalahan atau kekhilafan saat menerapkan hukum yang berakibat kepada dirugikannya para pihak yang bersengketa. Selain itu, dimungkinkan pula hal yang sama terjadi pada tidak sempurnanya produk yang dibuat oleh manusia dalam hal ini suatu produk perundang-undangan. Dalam meminimalisasi efek kekhilafan hakim tersebut dan untuk menemukan kebenaran dan keadilan seadil-adilnya maka dalam kitab hukum acara pidana diatur tentang upaya hukum. Upaya hukum menurut KUHAP terdiri atas upaya hukum biasa dan luar biasa.
Upaya hukum biasa dilakukan pada saat kekuatan hukum atas suatu putusan belum berkekuatan hukum tetap, sedangkan upaya hukum luar biasa dilakukan bila suatu putusan telah berkekuatan hukum tetap. Upaya hukum biasa terdiri atas banding dan kasasi, sedang upaya hukum luar biasa terdiri atas Kasasi demi Kepentingan Hukum dan Peninjauan Kembali. Dalam kasus pembunuhan aktivis HAM Munir dengan terdakwa pollycarpus, ia diputus bebas oleh majelis hakim pada tingkat kasasi, sebelumnya pada tingkat I ia diputus bersalah atas tuduhan pembunuhan Munir dan divonis 14 tahun penjara demikian pula ketika mengajukan banding di Pengadilan Tinggi, hakim menguatkan putusan pengadilan tingkat I dengan memberikan hukuman yang sama yaitu 14 tahun penajara. Atas putusan bebas tersebut, jaksa penuntut umum yang mewakili kepentingan korban mengajukan upaya hukum Peninjauan kembali karena menganggap telah terjadi kesalahan penerapan hukum (kekhilafan hakim) serta ditemukannya bukti baru (novum) yang mana bila saja hal tersebut diketahui sebelum putusan dibacakan maka akan mempengaruhi hasil putusan hakim tersebut. Pengajuan upaya hukum peninjauan kembali oleh jaksa penuntut umum hingga kini masih mengundang pro dan kontra dikalangan masyarakat."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Rachmat Arifianto
"Studi tentang pesantren selama ini masih banyak dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek fungsional kelembagaan dan struktur fungsi yang ada di pesantren. Misalnya Zamakhsyari Dhofier (1982), Manfred Ziemek (1986), Sindu Galba (1995), Nurcholis Madjid (1997), dan Azyumardi Azra (1998). Sementara itu, dinamika, gerak dan perubahan, telah menjadi wacana mutakhir dalam ilmu sosial di abad modern ini. Sehingga memengaruhi cara pandang dan paradigma seseorang dalam melihat gejala-gejala sosial di tengah-tengah masyarakat. Demikian pula pesantren, sebagai lembaga pendidikan di Indonesia yang indegenous juga tak luput dari dinamika, gerak dan perubahan. Penelitian ini adalah penelitian antropologi di pesantren yang mengharuskan turun di lapangan, keterlibatan peneliti dan penggalian fakta-fakta empirik. Penelitian ini hendak memahami bagaimana disiplin sebagai suatu teknik dan metode kekuasaan, dapat terlaksana di pesantren. Bagaimana relasi-relasi kuasa yang dibangun dan bekerja pada jaringan kekuasaan di pondok. Bagaimana para aktor-aktor sebagai sarana kekuasaan memproduksi dan mereproduksi kekuasaannya. Penekanan pada aspek kultural dilakukan melalui etnografi. Penelitian ini berusaha menggunakan paradigma konstruktivis untuk menganalisa isu-isu kekuasaan dan simbol-simbol yang ditemukan. Penelitian berlangsung di Pesantren Gontor. Salah satu pesantren modern yang dikenal dengan disiplinnya. Kenapa para santri mau berdisiplin, apa sasaran dan tujuan mereka berdisiplin. Dari analisa disimpulkan bahwa dinamika kegiatan santri yang interaktif, mentalitas saling mengatur, pribadi yang refleksif dan kreatif, menjadi kunci utama diterimanya disiplin. Proses kaderisasi menjadi rangkaian beroperasinya kekuasaan antara relasi-relasi santri, guru, kyai, yang cair, mengalir dan produktif, bekerja pada sistem-sistem sebagai sirkuit yang menggerakkan mesin-mesin disiplin secara efektif. Teknik dan metode di antaranya dengan norma, teknik penyeragaman, pengelompokan identitas, kegiatan terstruktur, pengawasan terpadu, dan ujian. Sasarannya adalah pendidikan mental dan daya tahan santri, agar menjadi pribadi yang produktif dan mampu mendisiplinkan diri (self discipline). Disiplin dimaknai sebagai latihan dan perbaikan (in uriidu illal islah).

In the past, major studies on pesantren (Islamic boarding school) were undertaken mostly to notice the institutional as well as structural functions of pesantren. We might refer to works such as of Zamakhsyari Dhofier (1982), Manfred Ziemek (1986), Sindu Galba (1995), Nurcholish Madjid (1997), and Azyumardi Azra (1998). For the time being, however, the dynamics, motion, and change have been becoming popular discourses in the contemporary modern social sciences. These have brought about a huge effect to the point of view and paradigm one embraces in dealing with social phenomenon among society. Even as an indigenous educational institution, Pesantrens have no way out to escape from these trends. The pesantren survives also by way of dynamics, motions, and changes. This research is an anthropological research which necessitates the researcher to descend and engage along with the subject. The research would identify with how discipline as a technique and method of power works in pesantren; how is the power relation maintained within the pesantren?s power network; and how would actors as the means of power produce and reproduce their powers. Stressing upon cultural aspects is made through ethnography. The research embarks on a constructivist paradigm to analyse issues of power and symbolic realm around them. The research was conducted in Pesantren Gontor, the so-called modern pesantren which is well-known with its discipline. Why should the pupils embrace discipline? What are their objectives in attaching with discipline? The analysis concludes that the dynamics of interactive santri's activities, the co-governing mentality, and the reflexive and creative personality constitute the key reason why discipline is accepted. The forming of cadres processes become a chain through which power operates within the flux, flowing, and productive relations among santri, teacher, and kyai. Those work systematically as a circuit that effectively generates disciplinary engines. Among techniques and methods which adopted are normalization, homogenization, identity-based classification, structured activities, incorporated surveillance, and examination. The target is mentality as well as survivability education each santri must have in order to become the productive person who is able to maintain self discipline. Thus, a discipline is meant to be exercise and correction (in urîdu illal ishlah)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T26769
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Arifianto
"Kota-kota di dunia terus mengalami pertumbuhan, baik dari segi ukurannya maupun dari sisi demografinya. Kondisi ini akan membawa tantangan tersendiri bagi wilayah perkotaan. Dengan makin banyaknya penduduk yang tinggal di kota maka tuntutan akan pemenuhan kebutuhan dan pelayanan mendasar di wilayah perkotaan juga akan meningkat. Permintaan akan kebutuhan dan fasilitas perkotaan mendasar seperti fasilitas pendidikan, air bersih, sanitasi, persampahan, listrik, komunikasi dan lain sebagainya akan meningkat. Tesis ini mencoba untuk mengukur kinerja kota-kota di Pulau Jawa, baik metropolitan, besar maupun sedang dalam memenuhi kebutuhan dan pelayanan mendasar bagi penduduknya dengan menggunakan pendekatan City Development Index (CDI).
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum pemenuhan kebutuhan dan pelayanan dasar di kota metropolitan lebih baik daripada kota besar dan pemenuhan kebutuhan dan pelayanan dasar di kota besar lebih baik daripada kota sedang. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa kota yang memiliki kinerja di bawah rata-rata dalam hal penyediaan air bersih, sanitasi, limbah rumah tangga, sampah, kesehatan dan aktivitas perekonomian.

Cities in the world continues to experience growth, both in terms of size and demography. This situation will bring challenges for these cities. With the increasing number of people living in cities the demand for basic need and facilities will also increase. The demand of basic facilities and needs such as education facilities, clean water, sanitation, garbage, electricity, communications and others will increase. This thesis attempts to measure the performance of cities in Java, whether metropolitan, large or medium in meeting basic needs and services for its residents by using City Development Index (CDI) approach.
The results show that the overall fulfillment of basic needs and services in a metropolitan city is better than big cities and the fulfillment of basic needs and services in big cities is better than the medium city. In addition the research also shows that there are several cities that have a performance below average in terms of water supply, sanitation, household waste, garbage, health and economic activity."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T27560
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Himawan T. Arifianto
"Penelitian ini merupakan adaptasi dari konseptualisasi dan pengukuran yang baru dari orientasi dominasi sosial (perbedaan individu pada preferensi untuk hirarki dan ketimpangan berbasis kelompok) yang dinamakan SDO 7 S. Alat ukur SDO 7 S ini memiliki dua dimensi, yaitu dominasi (SDO-D) dan egalitarian (SDO-E). SDO-D merupakan preferensi untuk sistem dominasi berbasis kelompok, yang mewakili penjelasan bahawa kelompok dengan status tinggi secara langsung menekan kelompok dengan status rendah. SDO-E merupakan preferensi dari sistem ketimpangan berbasis kelompok yang dipertahankan dengan hubungan antara ideologi dan pengaturan sosial yang mendukung adanya hierarki dalam sistem sosial. Adaptasi SDO 7 S ini melibatkan 200 partisipan (69% perempuan; Musia= 21.6 tahun). Dalam adaptasi alat ukur ini, ditemukan dua item yang bermasalah, yaitu item nomor 1 (SDO1) dan 2 (SDO2). Kedua item ini dikeluarkan dari analisis. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa alat ukur adaptasi SDO 7 S merupakan alat ukur yang reliabel, begitu juga dengan uji validitas yang mengukur bahwa alat ukur adaptasi SDO 7 S merupakan alat yang valid dalam mengukur orientasi dominasi sosial. Hasil analisis faktor konfirmatori menunjukkan bahwa model dua dimensi dalam orientasi dominasi sosial, yaitu dominasi (SDO-D) dan egalitarian (SDO-E) tidak fit dengan data. Sedangkan model empat faktor dari orientasi dominasi sosial (D-Pro, D-Con, E-Pro, dan E-Con) merupakan model teoretis yang sesuai dengan data. Adaptasi alat ukur SDO 7 S menunjukkan bahwa pengukuran orientasi dominasi sosial memiliki empat"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2017
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>