Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arie Munandar
"

Latar Belakang. Tingkat kekambuhan dan toksisitas terapi merupakan masalah pada kanker serviks. Antibodi monoklonal sebagai terapi target menunjukkan peran menjanjikan dalam pengobatan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek imunologis pada pemberian radiasi bersama mAb h-R3 pada pasien kanker serviks.

Metode. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dalam dua tahun. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, mendapat terapi radiasi dengan/tanpa mAb h-R3. Uji terhadap sel imun (sel NK CD56+, sel T CD4+, dan sel T CD8+) dilakukan pada darah perifer dan jaringan tumor untuk menilai efek imunologis dan respons terapi pada masing-masing kelompok. Analisis dilakukan dalam tiga waktu: sebelum terapi (pre terapi) untuk menilai kondisi awal, satu minggu setelah pemberian mAb h-R3 yang pertama (saat terapi) untuk menilai pengaruh mAb h-R3, dan setelah radiasi eksterna selesai sebelum brakhiterapi I (pasca terapi) untuk menilai pengaruh pemberian radiasi dengan atau tanpa mAb h-R3.

Hasil. Terdapat 22 subjek, stadium IIB hingga IIIB dengan rerata usia 51,2 ± 7,7 tahun. Didapatkan rasio sel NK CD56+ pre dan saat terapi di jaringan tumor pada kelompok mAb h-R3 lebih tinggi (p<0,05), menunjukkan pengaruh mAb h-R3 terhadap sel NK CD56+. Pengaruh tersebut terlihat juga pada jumlah sel T CD4+ dan CD8+ pre dan saat terapi di sirkulasi dan jaringan tumor, kelompok mAb mengalami peningkatan dengan perbedaan yang signifikan di sirkulasi antar dua kelompok (p<0,05). Pengaruh pemberian radiasi bersama mAb h-R3 terlihat dalam perbandingan antara pre dan pasca terapi, walaupun sel imun dalam sirkulasi pada kedua kelompok menurun, namun kelompok mAb h-R3 tetap memiliki jumlah lebih tinggi. Terdapat korelasi antara peningkatan jumlah sel NK CD56+ dengan penurunan volume tumor. Berdasarkan RECIST, kelompok mAb h-R3 memiliki respons lebih baik (p<0,05) dengan complete response 63,6% vs 18,2% pada kelompok kontrol.

Kesimpulan. mAb h-R3 meningkatkan jumlah sel imun secara sistemik maupun lokal, pemberian radiasi bersama mAb h-R3 menghasilkan respons imunitas seluler yang lebih baik sehingga meningkatkan respons terapi.


Introduction. Rate of recurrences and toxicity of therapy remain as problems in cervical cancer. Monoclonal antibody as targeted therapy has showed a promising role in cancer treatment. This study aims to analyze the immunological response of radiation and mAb h-R3 in cervical cancer treatment.

Methods. This was an experimental study conducted in two years. Subjects were divided into two groups, one group received radiation with mAb h-R3 and the other received radiation only. Cellular immunity tests (NK CD56+ cell, CD4+ T cell, and CD8+ T cell) were performed on peripheral blood and tumor tissue to determine the immunological effect and tumor response on each group. Analyses were performed at 3 period: before treatment (pre therapy) as baseline, one week after first administration of mAb h-R3 (during therapy) to measure effect of mAb h-R3, and after external radiation before first brachytherapy (after therapy) to measure effect of radiation with or without mAb h-R3.

Result. There were 22 subjects, stage IIB to IIIB, with the mean age of 51.2 ± 7.7 years. The ratio of tumor tissue NK CD56+ cells pre- and during-therapy in mAb h-R3 group were higher (p<0.05), showing the effect of mAb h-R3 to NK CD56+ cells. Number of T CD4+ and CD8+ cells pre- and during-therapy in peripheral blood and tumor tissue in mAb h-R3 group increased with significant difference in peripheral blood between two groups (p<0.05). Radiation and mAb h-R3 effect were shown in pre- and post-therapy ratio, although all immune cells were decreased, mAb h-R3 group still have higher number of cells. There was a correlation between the increment of NK CD56+ cells with tumor volume reduction. Based on RECIST criteria, mAb h-R3 group have better response (p<0.05) than control group (complete response: 63.6% vs 18.2%).

Conclusion. mAb h-R3 increases the number of immune cells both systemically and locally, radiotherapy and mAb h-R3 have better immune response which will increase the therapeutic response.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Munandar
"Latar Belakang: Kanker leher rahim dapat ‘disembuhkan’ pada stadium awal, namun pada stadium lanjut memilik prognosis yang buruk. Efektifitas dari pemberian kemoradiasi konkuren berbasis platinum sebagai modalitas standar pada kanker leher rahim stadium lanjut lokal masih suboptimal dan memiliki efek samping yang relatif besar. Oleh karena itu dibutuhkan terapi yang lebih efektif. Terapi dengan anti EGFR sebagai target biomolekuler telah memberikan gambaran efektifitas yang baik pada berbagai kanker yang memiliki ekspresi EGFR berlebih. Kanker leher rahim diketahui sebagai salah satu kanker yang memiliki ekpresi EGFR berlebih yang berhubungan dengan prognosis yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas dari Nimotuzumab, suatu antibodi monoklonal anti EGFR, yang dikombinasikan dengan radioterapi pada kanker leher rahim stadium lanjut.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian fase II dengan satu kelompok perlakuan. Sebagai kriteria inklusi adalah pasien dengan kanker leher rahim stadium III. Sebagai fase induksi dilakukan pemberian Nimotuzumab 200 mg intravena setiap minggu selama 9 minggu, dikombinasikan dengan radiasi eksternal daerah pelvis 2 Gy/hari, 5 kali seminggu selama 5 minggu dilanjutkan dengan radiasi brakhiterapi intrakaviter 7 Gy setiap minggu selama 3 minggu. Penelitian ini menilai tingkat respon, waktu hingga terjadinya progresi, dan aspek keamanan dari pengobatan yang dinilai dari efek samping.
Hasil: Dari 44 pasien, 31 pasien telah menjalani evaluasi dari repon terapi menggunakan CT Scan pada minggu 18-22 sejak dimulainya pengobatan (CT Scan konfirmasi pada fase pasca induksi). Tingkat respon objektif atau Objective Response Rate (ORR) adalah 71% (CR 32.3%, PR 38.7%) dan tingkat kontrol penyakit atau Disease Control Rate (DCR) adalah 77.4%. Nilai ORR tampak lebih tinggi pada pasien dengan ekpresi EGFR tinggi dibandingkan dengan pasien yang memiliki ekpresi EGFR rendah atau sedang. Dari 44 pasien, 12 pasien mengalami progresifitas dari penyakit dengan waktu rata-rata hingga terjadinya progresifitas adalah 6.9 bulan. Efek samping derajat 3 terdapat pada 2 orang pasien, dan tidak terdapat pasien dengan efek samping derajat 4.
Kesimpulan: Terapi kombinasi Nimotuzumab dan radiasi menujukkan efek yang menguntungkan dan dapat ditoleransi untuk mengobati kanker leher rahim stadium lanjut.

Background: Cervical cancer is curable for early stages, but advanced stage diseases has poor prognosis. The efficacy of concurrent cisplatin-based chemo radiotherapy as the standard therapeutic modality for locally advanced cervical cancer remains suboptimal and is frequently cause severe adverse event. Therefore more effective therapeutic strategies are required. EGFR targeted therapy have demonstrated efficacy in many cancers overexpressing EGFR. Cervical cancer has been known to over expressing EGFR which correlates with poor prognosis. This study is aimed to assess the efficacy of Nimotuzumab, a monoclonal antibody anti EGFR, combined with radiation in advanced stage cervical cancer.
Methods: This is a phase II single arm study. Patients with stage III cervical cancer were included. Nimotuzumab intravenously 200 mg weekly for 9 weeks combined with external pelvic radiation 2 Gy/day, 5 times a week for 5 weeks and pelvic intracavitary radiation 7 Gy a week for 3 weeks for induction phase. Response rate, time to progression, and safety were assessed in this study.
Result: This is the first phase result. Out of 44 ITT patients, 31 patients were evaluable for response by CT-scan at week 18-22 (confirmatory CT-scan at post induction phase). Objective response rate (ORR) was 71% (CR 32.3%, PR 38.7%) and disease control rate was 77,4%. The ORR tend to be higher in patient with high EGFR expression compared to those with negative or mild to moderate EGFR expression. Out of 44 ITT patients, 12 patients had progressive disease with mean time to progression of 6.9 months. Grade III adverse event were observed in 2 patients, while no grade IV adverse events occurred during the study.
Conclusion: Combination of Nimotuzumab and radiation showed a beneficial effect and well-tolerated for treating advanced cervical cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Munandar
"Produk dengan pembagian laba (with-profit policies) umumnya dipergunakan oleh pemegang polis untuk menabung atau investasi. Pada awal pembentukan produk perusahaan menetapkan suatu tingkat bunga yang konvensional, kemudian secara periodik pemegang polis diberikan keuntungan atau surplus dan perusahaan dalam bentuk bonus (atau dividend). Dengan adanya pembagian bonus tersebut maka pemegang polis secara tidak langsung memperoleh tingkat bunga yang dapat mengimbangi rata-rata tingkat pengembalian investasi dan instrurnen-instrumen investasi lainnya. Bahkan dapat lebih besar, bilamana manajer investasi perusahaan asuransi dapat mengelola dana yang terkumpul secara sangat baik. Hal tersebut menyebabkan produk dengan pembagian laba selain membenikan perlindungan atas kematian juga memberikan kesempatan berinvestasi kepada pemegang polis."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library