Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anugerah Rizki Akbari
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tiga permasalahan. Pertama, bagaimana penerapan hukum pidana terhadap kasus-kasus kekerasan yang dilakukan olahragawan dalam sebuah pertandingan pada cabang olahraga sepak bola? Kedua, perbuatan¬perbuatan apa saja yang dikategorikan sebagai pelanggaran disiplin menurut peraturan organisasi sepak bola namun di sisi lain merupakan suatu tindak pidana menurut hukum nasional? Ketiga, bagaimana jika parameter legitimate sport dalam kasus R v. Barnes (2004) EWCA Crim 3246 diterapkan pada hukum pidana Indonesia? Dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan yang dipadu dengan penelitian lapangan, penulisan skripsi ini bertujuan untuk memberikan suatu standar yang dapat digunakan untuk menilai apakah suatu tindakan kekerasan di lapangan sepak bola merupakan tindak pidana penganiayaan atau merupakan bagian dari permainan sepak bola. Parameter legitimate sport dalam kasus R v. Barnes dapat dijadikan standar untuk menjawab permasalahan tersebut. Skripsi ini berkesimpulan hukum pidana dapat diberlakukan terhadap kasus-kasus kekerasan yang dilakukan olahragawan dalam sebuah pertandingan pada cabang olahraga sepak bola dan ia harus selalu dijadikan jalan terakhir untuk menyelesaikan kasus-kasus tersebut. Selain itu, terdapat fakta dimana beberapa perbuatan yang dikategorikan sebagai pelanggaran disiplin menurut peraturan organisasi olahraga juga diatur oleh hukum nasional sebagai suatu tindak pidana. Terakhir, parameter legitimate sport dalam kasus R v. Barnes (2004) EWCA Crim 3246 dapat diterapkan pada hukum pidana Indonesia untuk menentukan ada/ tidaknya persetujuan olahragawan untuk menerima tindakan kekerasan pada suatu pertandingan sepak bola sehingga dapat ditentukan apakah tindakan kekerasan tersebut merupakan bagian dari permainan atau telah memasuki ranah hukum pidana untuk dapat dinyatakan sebagai tindak pidana penganiayaan.

ABSTRACT
This thesis mainly discuss about three problems. First, how the enforcement of criminal law related to the cases of violent action by athlete in football games works' Second, what kind of action that can be included as a breach of discipline according to the rules of football organization, and as a crime according to the national law. Third, how if the parameter of legitimate sport in the case of R v. Barnes (2004) EWCA Crim 3246 is applied in Indonesian criminal law. By combining the literature research method with the field research method, this thesis aims to provide a standard that can be used to assess whether an act of violence on the field is a maltreatment or a part of the football game. The parameter of legitimate sport in the case of R v. Barnes can be used as a standard to address these problems. This thesis concludes that criminal law can be applied to the cases of violence by athlete in a football games and it should always be used as the last choice to resolve such cases. Moreover, there are some facts show that some actions referred as a violation of discipline according to sports organizations regulation are also being regulated under national law as a crime. Last, the parameter of legitimate sport in the case of R v. Barnes (2004) EWCA Crim 3246 can be applied in the Indonesian criminal law to determine the presence/absence of athlete?s consent to receive the violence at a football game. So, it can be determined whether the violence was a part of the game or has become the appertain of the realm of criminal law to be categorized as a maltreatment. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S405
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anugerah Rizki Akbari
"Controlling migration in the world’s largest archipelago brings various challenges to Indonesian
authorities which differ from other countries. Indonesia is known as the most favorite transit
country for people migrating to Australia, due to its strategic geographical location. Following the
fact, the decision of choosing the mechanism of criminal law to deal with irregular migration from
the start makes Indonesia vulnerable to crimmigration trend. The criminalization of immigrationrelated
conducts, the authorization of investigative power to the immigration officers, and the
implementation of the ‘selective policy’ in the first Immigration Law (Law No. 9/1992) justify
the underlying situation in Indonesia. This condition is even harsher when Indonesia joined the
fight against people smuggling since the new law regarding immigration (Law No. 6/2011) which
increases criminal sanctions for immigration-related offenses. Nonetheless, this punitive approach
stands as a symbolic strategy, which is barely enforced by the Indonesian authorities and it only
responds the problems with erroneous actions. By doing this, the Indonesian government has
shown its weaknesses and inabilities to control crime problems to an acceptable level.
Upaya pengendalian migrasi di negara kepulauan terbesar di dunia memberikan berbagai
tantangan bagi Indonesia yang berbeda dari negara-negara lain. Tantangan yang dihadapi
menjadi lebih rumit dengan dikenalnya Indonesia sebagai negara transit bagi orang-orang yang
bermigrasi ke Australia, karena letak geografisnya yang strategis. Ditambah dengan keputusan
memilih mekanisme hukum pidana untuk menangani migrasi non-reguler membuat Indonesia
rentan terhadap tren crimmigration. Kriminalisasi perilaku terkait imigrasi, otorisasi kekuasaan
investigasi oleh petugas imigrasi, dan pelaksanaan kebijakan selektif dalam UU Imigrasi pertama
(UU No. 9/1992) mendasari situasi yang terjadi di Indonesia. Kondisi ini bahkan lebih keras
ketika Indonesia bergabung memerangi penyelundupan manusia sejak lahirnya Undang-Undang
baru tentang Imigrasi (UU No. 6/2011) yang meningkatkan sanksi pidana bagi pelanggaran
terkait imigrasi. Meskipun demikian, pendekatan hukuman ini merupakan strategi simbolik, yang
hampir tidak ditegakkan oleh pemerintah Indonesia dan tidak memiliki fungsi selain menanggapi
masalah dengan tindakan yang salah. Dengan melakukan hal demikian, pemerintah Indonesia
telah menunjukkan kelemahan dan ketidakmampuan untuk mengendalikan masalah kejahatan
pada tingkat yang dapat diterima."
University of Indonesia, Faculty of Law, 2015
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library