Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Antonius Yuda Kristiawan
Abstrak :
Pengukuran quality of experience (QoE) layanan voice over internet protocol (VoIP) dan/atau voice over LTE (VoLTE) merupakan suatu kewajiban bagi operator telekomunikasi yang dinyatakan dengan nilai MOS. Pengukuran QoE saat ini dilakukan dengan menggunakan metode intrusif, baik secara subyektif maupun obyektif dimana metode ini membutuhkan banyak sumber daya serta biaya. Pada penelitian ini diusulkan suatu metode non-intrusif untuk perhitungan QoE dengan menggunakan model prediksi MOS yang berbasiskan pada parameter quality of service (QoS) jaringan yaitu packet loss, delay, dan jitter. Penelitian ini menggunakan 2 jenis codec yaitu AMR 12,2 dan iLBC yang masing-masing digunakan pada VoLTE dan proyek WebRTC milik Google. Penggunaan kedua codec tersebut bertujuan untuk mengetahui dapat atau tidaknya QoE dari layanan VoLTE maupun VoIP secara umum dimodelkan. Berdasarkan sampel pada pengujian di laboratorium, diperoleh model prediksi MOS sebagai fungsi packet loss dan standar deviasi jitter. Pada penelitian ini, dengan menggunakan model prediksi MOS yang dihasilkan sebelumnya, dapat diperoleh penghematan CAPEX maupun OPEX bagi operator telekomunikasi dalam mengukur QoE VoLTE.
......
Quality of experience measurement of voice over internet protocol (VoLTE) and/or voice over LTE (VoLTE) service is an obligation for telecommunication operators which represent by MOS score. QoE measurement currently performed using subjective and/or objective intrusive method in which these methods require a lot of resources and costs.On this research proposed a non-intrusive method to measure QoE using MOS prediction model based on network quality of service (QoS) which are packet loss, delay, and jitter.This research use 2 types of codec, those are AMR 12,2 and iLBC which used for VoLTE and Google’s WebRTC project respectively.The use of these 2 types of codec aims to determine whether the QoE of VoLTE and VoIP service in general can be modeled or not. Based on semaples of laboratory test, it could be obtained MOS prediction model as a function of packet loss and standard deviation of jitter. On this research, by using MOS prediction model generated previously, can be obtained CAPEX and OPEX saving for telecommunication operators on VoLTE QoE measurement.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44432
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Antonius Yuda Kristiawan
Abstrak :
ABSTRAK
Pada sistem kendali konvensional, batasan-batasan seperti amplitudo dan slew
rate sinyal kendali tidak diperhitungkan pada proses pengendalian. Hal ini tentu
dapat menyebabkan hasil kendali menjadi kurang baik, terutama jika terjadi
pemotongan paksa terhadap sinyal kendali sebelum masuk ke plant. Untuk
mengatasi hal tersebut dirancanglah suatu pengendali MPC. Dengan MPC,
keluaran proses yang akan datang dapat diprediksi dan batasan-batasan yang ada
tidak diabaikan sehingga keluaran sistem menjadi bagus. Selain keluaran sistem
menjadi bagus, adanya batasan juga dapat membuat kinerja alat menjadi optimal.
Pada skripsi ini, sistem yang akan dikendalikan dengan metode MPC dengan
constraints adalah Coupled-Tank Control Apparatus PP-100. Model yang
digunakan pada perancangan pengendali berbentuk ruang keadaan yang didapat
dengan menggunakan metode Kuadrat Terkecil berdasarkan pada data masukan
dan data variabel keadaan alat. Masukan sistem adalah tegangan pompa pada
tangki pertama dan keluaran yang akan dikendalikan adalah ketinggian air pada
tangki kedua.
Dari uji eksperimen terbukti bahwa metode pengendali MPC dengan constraints
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan metode Aturan Kendali
Kenaikan. Hal tersebut dapat terlihat dari tanggapan sistem, dimana tanggapan
sistem dengan menggunakan metode MPC lebih cepat serta tidak adanya
overshoot maupun undershoot pada keluaran sistem saat terjadi perubahan nilai
trayektori acuan.
ABSTRACT
In conventional control system, constraints, such as amplitude and slew rate of
input signal are not computed in control process. This matter of course can make
the control result become worst, especially when force cutting occur to input
signal before it enters to the plant. To solve those problems, a MPC controller is
designed. With MPC, process output can be predicted and the existence of
constraints will not be ignored and, as the result, it makes output system become
well. Besides improve output system quality, the existence of the constraints can
also make the device works at optimum condition everytime.
In this following final thesis, system that will be controlled with MPC with
constraints method is Coupled-Tank Control Apparatus PP-100. Model that is
used in controller design has state space form. This model is got by use Least
Squares method based on input and state variable data. Input system is pump in
first tank and output that will be controlled is water level in second tank.
Experiments prove that MPC with constriants give better result than Incremental
Control method. With MPC, system response become faster and there are no
overshoot nor undershoot when the set point change.
2007
S40377
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library