Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Anna Harkati Anggraheni
"Konflik merupakan haI yang wajar terjadi dalam sebuah hubungan karena dua orang tidak mungkin selamanya sepaham dalam segala hal. Konflik tidak selamanya berarti negatif karena konflik juga dapat memberikan dampak positif seperti meningkatkan pemahaman satu sama lain. Sebagai agen sosialisasi utama dan pertama dari seseorang, keluarga memegang peranan penting dalam melatih kemampuan seseorang untuk menghadapi konflik. Kemampuan ini antara lain dibentuk dari pengalaman anak melihat pola kedua orangtuanya berkonflik. Menurut teori observational learning, di sini orangtua berfungsi sebagai model bagi anak untuk mempelajari bagaimana cara orang menghadapi konflik. Oleh karena itu mempelajari konflik sangatlah panting karena jika tidak seseorang akan cenderung mengulang pola penanganan konflik yang merusak yang terjadi di lingkungan rumahnya dan menerapkannya kepada orang lain.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengambilan data menggunakan metode wawancara dan observasi. Wawancara terdiri dari 3 sesi yaitu wawancara pribadi kepada masing-masing partisipan dan dilanjutkan dengan wawancara berdua dengan pasangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 2 pasang yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling dan incidental sampling. Kriteria sampel adalah dewasa muda berusia 20-30 tahun yang sudah menjalani hubungan pacaran selama lebih dari 6 bulan. Lokasi penelitian dilakukan di daerah Jobodetabek.
Hasil penelitian menujukkan bahwa keempat partisipan melakukan observational learning dari pola konflik orangtuanya. Keempat partisipan tersebut meniru gaya dan respon orangtua ketika sedang berkonflik dan menerapkannya ketika berkonflik dengan pacarnya. Selain gaya dan respon konflik, ada kesamaan lain yang ada pada pasangan dewasa muda dan orangtua mereka yaitu faktor pendukung dan penghambat penyelesaian konflik yang terjadi. Sama seperti orangtua mereka, pasangan I menjadikan konflik sebagai ajang untuk saling melawan. Berbeda dengan pasangan I, pasangan II justru menggunakan konflik sebagai sarana untuk saling melengkapi dan memperbaiki dirt. Hal yang menarik pada pasangan ini adalah bahwa meski salah satu pihak meniru pola konflik orangtuanya yang berkompetisi, namun adanya pasangan yang tenang dan memiliki pola konflik yang berlawanan ternyata dapat meredam emosi dan keinginan berkompetisi pihak tersebut sehingga alchirnya keduanya dapat menyelesaikan konflik secara konstruktif dan memperoleh solusi yang memuaskan kedua belah pihak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18624
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Anna Harkati Anggraheni
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3213
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library