Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aninda Fitriandini
Abstrak :
Perkembangan teknik dan perangkat radioterapi yang sangat pesat membuat AAPM TG-51dan TRS 398 selaku protokol dosimetri konvensional menjadi kurang relevan untuk digunakan. Pada tahun 2008, Alfonso, dkk. kemudian memperkenalkan formalisme baru untuk menghasilkan faktor koreksi kualitas berkas lapangan nonstandar, baik statik maupun komposit untuk meminimalisir perbedaan antara kondisi kalibrasi dan aktual. Tujuan utama penelitian ini adalah mempelajari dan menentukan faktor koreksi lapangan komposit kpcsr,msr dan kclin,pcsr dari pesawat Tomotherapy pada kasus kanker kepala dan leher, pelvis, dan otak, serta mengimplementasikannya pada proses DQA. Pengukuran faktor koreksi dilakukan pada Exradin A1SL dan A16, menggunakan film EBT3 sebagai dosimeter referensi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai faktor koreksi kpcsr,msr pada kedua detektor meningkat seiring dengan peningkatan jaw, penurunan kompleksitas lapangan, dan peningkatan nilai pitch. Beberapa hal fisis yang mempengaruhi nilai faktor koreksi antara lain homogenitas target, volume averaging effect, thread effect, dan perbedaan besar rekombinasi umum pada jaw yang berbeda. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai faktor koreksi kpcsr,msr bersifat spesifik dan bergantung pada parameter pembuatan lapangan. Oleh karenanya, lapangan pcsr sebaiknya ditentukan sesuai dengan kondisi klinis yang digunakan. Implementasi faktor koreksi kclin,pcsr untuk DQA pada kasus kanker kepala dan leher menunjukkan adanya perubahan deviasi antara dosis terkalkulasi dan terukur hingga 3 . ......The rapid development of radiation therapy techniques and devices cause TG 51 and TRS 398 as conventional dosimetry protocols become less relevant for clinical dosimetry. In 2008, Alfonso, et al. introduced new formalism to produce correction factors for nonstandard field static and composite field to minimize the difference between calibration and actual conditions. The purpose of this work is to investigate and determine the correction factor of composite field from Tomotherapy for several cases H N, pelvis and brain cancer, and to implement it in DQA process. Measurements were performed using Exradin A1SL and A16, using EBT3 film as reference dosimeter. The results indicate that the value of kpcsr,msr on both detectors increased with increasing field width, decreasing field complexity, and increasing pitch value. Several factors that affect the correction factor were indicated in this work target homogeneity, volume averaging effect, thread effect, and large difference of general recombination on different jaws. These results show that kpcsr,msr is specific and depends on the parameters of composite field. Therefore, the pcsr field should be determined according to the parameters used in clinical conditions. Implementation of kclin,pcsr for DQA in H N cancer showed a change in deviation between the calculated and measured doses up to 3 .
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Fitriandini
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian pengukuran dosis titik (point dose) pada daerah target (paru-paru), jantung, dan tulang belakang menggunakan empat dosimeter (PTW N30013, Exradin A16, TLD, dan film Gafchromic EBT2). Tujuan utama dari penelitian ini adalah membandingkan keempat sistem dosimeter tersebut dalam hal akurasi, presisi, rentang pengukuran, serta resolusi spasial dan ukuran fisik. Pengukuran dosis dilakukan hanya pada satu kali fraksi penyinaran. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa TLD memiliki akurasi dan presisi yang paling rendah. Adapun efek volume averaging pada bilik ionisasi menyebabkan nilai diskrepansi mencapai -13.30% pada daerah target. Sedangkan film EBT2, dengan nilai diskrepansi <1% pada 3D-CRT dan IMRT, dinyatakan sebagai dosimeter alternatif yang sesuai untuk digunakan pada verifikasi dosis titik. ......This research was conducted by measuring point dose in the target area (lungs), heart, and spine using four dosimeters (PTW N30013, Exradin A16, TLD, and the Gafchromic EBT2 film). The main objective of this study was to compare the dosimetry of those different systems. Dose measurements performed only in single fraction of irradiation. The measurement results shown that TLD has the least accuracy and precision. As the effect of the volume averaging, ionization chamber reaches the discrepancy value up to -13.30% in the target area. EBT2 film has discrepancy value of <1% in the 3D-CRT and IMRT techniques. This dosimeter is proposed to be an appropriate alternative dosimeter to be used at dose point verification.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library