Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Andrean Diyandana Filemon
"Batubara dapat diolah menjadi bahan bakar cair melalui proses Fischer-Tropsch. Agar mudah diolah menjadi bahan bakar cair, batubara harus melalui proses gasifikasi untuk menghasilkan gas H2 dan CO dengan rasio 2:1. Kandungan abu dalam batubara yang selama ini sering diabaikan, diperkirakan memiliki efek sebagai katalis terhadap reaksi-reaksi gasifikasi. Pada penelitian ini, hendak diteliti pengaruh suhu reaksi dan kandungan abu terhadap rasio mol H2/CO dan yield gas sintesis yang dihasilkan. Batubara yang digunakan adalah batubara jenis sub-bituminous. Variasi kandungan abu dalam batubara dibagi menjadi dengan abu dan tanpa abu, dilakukan dengan dengan metode aglomerasi menggunakan pelarut CPO-air. Gasifikasi dilakukan dengan metode steam gasification yang menggunakan umpan arang dan kukus agar meningkatkan rasio mol H2/CO. Suhu operasi yang digunakan adalah 650°C, 700°C, dan 750°C. Rasio kukus terhadap arang ditetapkan 2,7 dan waktu tinggal kukus dalam unggun arang adalah 3,5 detik. Gasifikasi batubara yang tidak diaglomerasi (kandungan abu 6%) menghasilkan yield gas tertinggi sebesar 5,3 mmol/mol C dan rasio mol H2/CO tertinggi sebesar 1,94 pada suhu 750°C. Gasifikasi batubara yang diaglomerasi (kandungan abu tersisa 0,9%) menghasilkan yield gas tertinggi sebesar 3,34 mmol/mol C pada suhu 750°C dan rasio mol H2/CO tertinggi sebesar 0,77 pada suhu 650°C.
Coal could be transformed to liquid fuel through Fischer-Tropsch. This process is affordable if the mole ratio of H2/CO from synthetic gas is 2:1. Ash content in coal often to be ignored, but it is predicted to has effect as catalyst for gasification reaction. In this research, the effect of operating temperature and ash content to H2/CO mole ratio and synthetic gas? yield are observed. The coal?s type in this research is sub-bituminous. The ash content will be varied to with-ash and ash-free by agglomeration method with the mixture of CPO-water as solvent. The gasification process is fed with char and steam to increase the mole ratio of H2/CO. The operating temperature varied to 650°C, 700°C, and 750°C. The steam to char ratio is 2,7 and steam?s residence time in char bed is 3,5 s. From gasification of non-agglomerated coal (ash content 6%), the highest yield of gas is 5,3 mmol/mol C and the highest mole ratio of H2/CO is 1,94 at 750°C. From gasification of agglomerated coal (ash content 0,9%), the highest yield of gas is 3,34 mmol/mol C and the highest mole ratio of H2/CO is 0,77 at 650°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64152
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Andrean Diyandana Filemon
"Penelitian ini menganalisis return spill-over dari green bonds yang dirilis pada beberapa kategori negara dan relasi terhadap kondisi perekonomian global yang beragam. Penelitian ini menggunakan metodologi Time-Varying Parameter Vector Autoregression (TVP-VAR) untuk mempertimbangkan return spill-over di antara berbagai negara, dan Wavelet Coherence Analysis (WCA) untuk relasi antara return spill-over dengan indeks Global Economic Policy Uncertainty (GEPU). Penelitian ini mengambil data yield green bonds yang dirilis dari Januari 2014 hingga Februari 2023. Periode ini dipilih karena berdasarkan dimulainya perilisan green bond oleh negara yang tergolong Emerging Markets (EM), Frontier Market (FM), dan Least Developed Market (LDM). Penemuan dari penelitian ini adalah bahwa green bonds yang dirilis dari negara-negara DM memberikan return spill-over yang lebih besar daripada green bonds yang dirilis dari negara-negara EM, FM, dan LDM. Efek spill-over ini dari DM ke EM meningkat karena tingginya Indeks GEPU, yang menyatakan bahwa semakin tidak pastinya kebijakan ekonomi global, maka investor memilih untuk berinvestasi di instrumen keuangan yang lebih stabil seperti green bonds yang dirilis oleh negara-negara dari DM dan EM.
This research analyzes the return spillover of green bonds issued among several categories of countries and relation of its return spillover to various global economic conditions. The research employs a Time-Varying Parameter Vector Autoregression (TVP-VAR) methodology to account for the return spillover among countries, and Wavelet Coherence Analysis (WCA) for relation between return spillover and global economic policy uncertainty (GEPU) index. This study utilizes yield data from green bonds issued from January 2014 to February 2024. This period chosen based on the commencement of green bond issuance in several Emerging Market (EM), Frontier Market (FM) and Least Developed Market (LDM). The findings of this research is the green bonds issued from Developed Market (DM) gives bigger return spillover effect to the green bonds issued from EM, rather than to FM and to LDM. This spillover effect from DM to EM raises due to the high GEPU Index, which means the more uncertain the global economics policy, investor rather to safe in stable financial instrument such as green bonds issued in DM and EM."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library