Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andita Dwi Hidayati
Abstrak :
Latar Belakang: USG payudara dan mamografi secara luas digunakan sebagai modalitas diagnostik yang efektif untuk mengevaluasi kelainan payudara. Derajat keganasan histopatologis berperan penting dalam manajemen karsinoma payudara. Ketersediaan pemeriksaan histopatologis yang terbatas dan sebaran pemeriksaan USG dan mamografi yang lebih luas diharapkan dapat membantu klinisi dalam menentukan penatalaksanaan karsinoma payudara lebih dini. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan nilai mamografi serta USG payudara dengan mengetahui keterkaitan temuan morfologis lesi berdasarkan USG payudara dan mamogram yang dapat mengidentifikasi derajat keganasan histopatologis karsinoma payudara. Metode: Studi retrospektif ini melibatkan subyek dengan karsinoma payudara primer yang menjalani USG dan mamografi serta belum menjalani prosedur apapun. Temuan USG dan mamogram dianalisis dan dikorelasikan dengan derajat keganasan histopatologis. Variabel dianalisis menggunakan uji chi-square dan Kolmogorov-Smirnov. Hasil: Diperoleh 174 subyek karsinoma payudara. Usia rerata subyek 52 tahun. Ukuran massa <5 cm paling banyak ditemukan (61,1%) dan memiliki hubungan yang signifikan dengan derajat keganasan histopatologis (p<.05). Batas lesi, ekhogenisitas lesi dan kalsifikasi lesi pada USG (p <.05) berhubungan dengan derajat keganasan histopatologis. Sedangkan untuk bentuk lesi, bentuk irregular lebih banyak ditemukan dibandingkan lesi lain dengan distribusi yang hampir sama antara derajat 1, 2, dan 3. Proporsi batas lesi paling banyak di derajat 3 yakni batas tidak tegas. Ekhogenisitas heterogen lebih sering ditemukan pada tumor derajat 2 dan lesi hipoekhoik lebih banyak ditemukan pada tumor derajat 3. Saat dilakukan analisis tambahan dengan membagi derajat keganasan menjadi 2 grup (derajat rendah dan derajat tinggi), batas dan orientasi lesi pada USG (p <.05) berhubungan dengan derajat keganasan histopatologis sedangkan kalsifikasi lesi dan ekhogenisitas lesi tidak berhubungan. Tidak ada hubungan antara karakteristik lesi pada mamogram (densitas payudara, bentuk, batas, densitas lesi, dan kalsifikasi) dengan derajat keganasan histopatologis (nilai p > 0,05). Proporsi batas spikulasi lebih banyak ditemukan pada lesi derajat rendah. Simpulan: Orientasi pararel lebih banyak ditemukan pada tumor derajat tinggi. Batas tidak tegas paling banyak ditemui di kedua kelompok derajat keganasan namun proporsi lebih banyak ditemukan pada lesi derajat tinggi. Tidak ditemukan hubungan signifikan antara morfologis lesi pada mamogram dengan derajat keganasan. ......Background: Breast ultrasonography (USG) and mammography are widely used as effective diagnostic modalities to evaluate breast abnormalities. Histological grade plays big role in management of breast carcinoma. The purpose of this study was to increase the value of mammography and ultrasound. Also, knowing which features on ultrasound and mammogram that can predict histological grade. The limited availability of histopathological examinations and better access of ultrasound and mammography can assist clinicians in management of breast carcinoma. Method: A retrospective study was conducted by reviewing imaging of women with breast cancer who had not undergone any procerdure. Mammogram and US findings were analyzed in compliance with operational definition and later compared with histopathological data. All variables were analyzed using chi-square and Kolmogorov-Smirnof. Result: Mean age at diagnosis of breast cancer was 52 years. Tumor size <5 cm was the most common (61.1%) and had significant relation with tumor grade (p<.05). In terms of ultrasound findings, the only differential findings between ultrasound findings and histopathological grade were margin, echogenicity, and calcifications (p < .05). As for the shape of the lesions, an irregular shape was more observed compared to other lesions with almost equal distribution between grade 1, 2, and 3. Heterogene echogenicity was more frequently found on grade 2 and hypoechoic lesions were more common in grade 3 tumor. When additional analysis was carried out by dividing the histological grade into 2 groups (low grade and high grade), margin and orientation on the ultrasound (p <.05) had relation to tumor grade while the calcification of the lesion and the echigenicity were not related. No significant difference between mammogram features (breast density, shape, margin, lesion density, and calcifications) and tumor grade (p>.05). The proportion of spiculated margin in mamogram is more common in low-grade lesions. No significant association between ultrasound features (shape, echogenicity, posterior pattern, and calcifications) with histological grade. Conclusion: Margin and orientation of the lesion on ultrasound have a relationship with histological grade. Parallel orientation is more common seen in high-grade tumors. Indistinct borders were commonly found in both groups; however, a higher proportion was found in high-grade lesions. No significant relation was found between mammogram features and tumor grade
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andita Dwi Hidayati
Abstrak :
Liposom dengan perannya sebagai pembawa obat terbukti meningkatkan efektivitas sekaligus mengurangi efek samping obat dan mengurangi efek sistemik, terutama pada terapi jangka panjang. Liposom merupakan partikel berbentuk vesikel yang dindingnya tersusun atas molekul lipid (konstituen utamanya adalah fosfolipid) lapis ganda yang membungkus kompartemen cairan didalamnya. Liposom yang sedang dikembangkan merupakan kombinasi fosfatidil kolin kuning telur (Egg-yolk Phosphatidyl Choline / EPC) dan Tetraeter Lipid 2,5 mol % dari Thermoplasma acidophilum yang selanjutnya disebut sebagai liposom EPC-TEL 2,5. Tujuan: Mengukur diameter liposom EPC-TEL 2,5 hasil sonikasi yang terpapar dengan larutan CaCl2 150 mOsmol pada pH 7 dan NaCl 150 mOsmol pada pH 7 selama 90 hari penyimpanan secara kuantitatif menggunakan program Image Pro Express 4.5. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental dengan mengukur dan membandingkan diameter liposom EPC-TEL 2.5 hasil sonikasi yang terpapar CaCl2 dan NaCl 150 mOsmol pada pH 7, suhu 40C. Pengukuran dilakukan pada hasil data hari ke-0 dan hari ke-90 dari dokumentasi penelitian sebelumnya dengan program Image Pro Express 4.5. Hasil dan kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan nilai ukur diameter yang bermakna antara liposom EPC-TEL 2,5 paparan NaCl dan CaCl2 150 mOsmol pH 7 hari ke-0 dengan hari ke-90. Pada pemaparan NaCl 150 mOsmol pH 7, diameter rata-rata untuk liposom kecil hari ke- 0=64,77 nm; hari ke-90=80,88 nm (p=0,089), dan liposom besar hari ke-0=tidak ada data; hari ke-90=125,35 nm. Pada pemaparan CaCl2 150 mOsmol pH 7, diameter ratarata liposom kecil hari ke-0=71,30 nm; hari ke-90=67,45 nm (p=0,459) dan liposom besar hari ke-0=115,75 nm; hari ke-90=124,08 nm (p=0,087). Pada perbandingan diameter liposom paparan NaCl dengan hasil paparan CaCl2 150 mOsmol pH 7 pada hari ke-90 didapatkan hasil yang tidak bermakna; yaitu diameter rata-rata untuk liposom kecil NaCl=80,88 nm; liposom kecil CaCl2=67,45 nm (p=0,076), dan untuk liposom besar NaCl=115,75 nm; liposom besar CaCl2=124,08 nm (p=0,810). Program Image Pro Express 4.5 dapat digunakan untuk mengukur diameter liposom EPC-TEL 2,5 hasil sonikasi dengan pemaparan garam kalsium klorida (CaCl2) 150 mOsmol pada pH 7 dan garam natrium klorida (NaCl) 150 mOsmol pada pH 7 secara lebih sensitif, cepat, dan akurat. ......Background: As a drug carrier, liposomes has been proved increasing the efficacy and decreasing the adverse effect of drugs in long term therapy. Liposome is a vesicle consisting of an aqueous core enclosed in one or more phospholipid layers as a major constituent. Liposome which has still developed is liposome that manufactured from combination of Egg-yolk Phosphatidyl Choline (EPC) with Tetraeter Lipid 2,5 mol % isolated from Thermoplasma acidophilum, which is known as liposome EPC-TEL 2,5. Objective: To measure quantitatively diameter of liposome EPC-TEL 2,5 after sonication and exposed by electrolite solution, CaCl2 and NaCl 150 mOsmol pH 7 for 90 days conservation using Image Pro Express 4.5. programme. Method: This research is experimental study measuring and comparing liposome’s diameter after sonication and has been exposured by electrolite solution of CaCl2 and NaCl. Measurement is performed on the data day 0 and day-90th documentation from the previous study with Image pro express 4.5. Result and Conclusion: There is no significant difference of diameter between liposome that exposed with NaCl and CaCl2 150 mOsmol pH 7 on day 0 compared to day-90th. For liposome that exposed with CaCl2 150 mOsmol pH 7, average diameter for small liposome on day 0= 64,77 nm; day-90th=80,88 nm (p=0,089) and for big liposome on day-0= no data; day-90th=125,35 nm. For liposome that exposed with CaCl2 150 mOsmol pH 7, average diameter for small liposome on day 0= 71,30 nm; day-90th=67,45 nm (p=0,459) and for big liposome on day-0=115,75 nm; day-90th=124,08 nm (p=0,087). Moreover, there is no significant difference for liposome’s diameter between liposome-NaCl exposed compared to liposome-CaCl2 exposed 150 mOsmol pH 7 on day 90th; for small liposome NaCl= 80,88 nm; small liposome CaCl2=67,45 nm (p=0,076), and for big liposome NaCl=115,75 nm; big liposome CaCl2=124,08 nm (p=0,810). Programme Image Pro Express 4.5 can be used to measure the diameter of liposome EPC-TEL 2.5 results from sonication with the exposured of calcium chloride salt (CaCl2) 150 mOsmol in pH 7 and salt Sodium chloride (NaCl) 150 mOsmol in pH 7 more sensitive, rapid, and accurate.
Jakarta: Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library