Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andini Pratiwi
"Masalah penjadwalan yang sering terjadi adalah masalah penjadwalan pada industri manufaktur yang menggunakan sistem flow shop. Kerumitan dalam penjadwalan sistem flow shop tersebut disebabkan karena pada sistem ini akan dihasilkan sejumlah besar produk yang berbeda dimana setiap produk tersebut memiliki proses manufaktur yang sama. Karena kompleksnya masalah penjadwalan produksi, maka solusi penyelesaian terhadap masalah ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metaheuristik yaitu metode algoritma differential evolution (DE). Penggunaan DE dalam penyelesaian masalah ini memiliki keuntungan karena konsepnya yang sederhana, mudah untuk digunakan, cepat dalam menghasilkan solusi (waktu komputasinya lebih kecil daripada metode lainnya), dan tangguh. Fungsi tujuan dari permasalahan ini ialah meminimalkan waktu penyelesaian (makespan) seluruh job.
Hasil penjadwalan produksi yang diperoleh melalui algoritma differential evolution setelah dilakukan iterasi sebanyak 5 kali adalah jumlah makespan yang dihasilkan sebesar 32.220 menit, dengan lama waktu run program 8.5963 detik. Hasil ini setelah dibandingkan dengan penjadwalan yang dilakukan perusahaan mengalami penurunan nilai makespan sebesar 18.6%. Sedangkan jika dibandingkan dengan hasil keluaran dengan algoritma genetik mengalami penurunan makespan sebesar 2.46% dan dapat menghasilkan keluaran 30 kali lebih cepat.

The scheduling problem which is often found is the problem of scheduling with the Flow-Shop model. The complication in this scheduling problem is caused by the yielding of a large amount of different products with the same manufacture processes so that many possible alternative schedules may exist. Therefore, optimal scheduling is so needed for a better company's production system. Due to the complicated production schedule, the solution to this problem is by applying a metaheuristic approach, which is a differential evolution (DE) algorithm. Applying DE to solve this problem has advantages because its simply concept, easy to applicate, fast to get solution (computation time is the leat among the other algorithm) and robust. The objective function in this problem is to minimize makespan of all jobs.
The result that is obtained from differential evolution algorithm after 5 iterations gives makespan 32.220 minutes, that requires 8.5963 second of computation time. Thus, in comparison with company production schedule, there is a reduction of makespan of about 18.6% and in comparison with output produced by genetic algorithm, there is a reduction of makespan of about 2.46% and can produced output 30 times faster than genetic algorithm does.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50323
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Pratiwi
"Stres kerja merupakan respon tubuh yang disebabkan oleh tekanan pada pekerjaan yang dapat menimbulkan perubahan pada kesehatan fisik dan mental pekerja. Pemadam kebakaran dinilai sebagai pekerjaan yang mengalami tekanan tinggi karena harus bekerja secara cepat dan selalu siaga dalam situasi krisis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara faktor determinan yang meliputi usia, status pernikahan, pendidikan, masa kerja, tipe kepribadian, dan kepercayaan diri dengan stres kerja pada petugas pemadam kebakaran. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Sampel pada penelitian ini yaitu seluruh petugas pemadam kebakaran Jakarta Barat Sektor Palmerah dengan melibatkan 56 responden. Uji statistik untuk melihat hubungan antar-variabel menggunakan Uji Korelasi Gamma, Uji Chi Square, dan Uji t Independent.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami stres tinggi. Hasil uji statistik tidak menunjukkan adanya hubungan antara usia, status pernikahan, pendidikan, masa kerja dan tipe kepribadian dengan stres kerja. Namun terdapat hubungan yang kuat antara kepercayaan diri dengan stres kerja yang bepola negatif, artinya semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah stres kerja. Untuk mengurangi stres kerja pada pemadam kebakaran perlu adanya kesadaran untuk mengenali stres dan strategi yang tepat untuk mengendalikan stressor pekerjaan.

Work stress is the bodys response in consequence of stress related work which can cause changes in the worker 39s physical and mental health. Firefighters are rated as high pressure jobs because they have to work quickly and are always alert in crisis situations. The purpose of this study is to explain the relationship between determinant factors that include age, marital status, education, work period, personality type, and confidence with work stress on firefighters. This research use cross sectional design and data collecting tool in the form of questionnaire. The sample in this research is all firefighters of West Jakarta Palmerah Sector involving 56 respondents. Statistical test to see the relationship between variables using Gamma Correlation Test, Chi Square Test, and Independent T Test.
The result showed most of respondents experienced high stress. The results of statistical tests did not show any relationship between age, marital status, education, work period and personality type with work stress. However there is a strong relationship between confidence with work stress which is negative pattern, means the higher the confidence the lower the work stress. To reduce work stress on firefighting needs to be aware to recognize stress and the right strategy to control job stressor.Key words work stress, firefighters, determinant factors "
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Pratiwi
"Nyeri akut merupakan gejala yang umum terjadi pada anak dengan kanker. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah melaporkan asuhan keperawatan pada anak dengan Acute Myeloid Leukemia yang mengalami nyeri akut menggunakan intervensi unggulan terapi panas. Terapi panas merupakan proses aplikasi panas ke tubuh yang mengalami nyeri. Intervensi ini dilakukan sekali setiap shift dengan durasi 15-20 menit dan dilakukan setelah mendapatkan analgesik ataupun tidak mendapatkan analgesik. Setelah dilakukan intervensi terapi panas, menunjukkan skala nyeri berkurang dari skala nyeri sedang menjadi ringan. Intervensi ini dapat dilakukan dengan mudah, hemat biaya, tidak menimbulkan efek samping, dan tersedia alatnya di ruangan, sehingga dapat menjadi alternatif kegiatan yang dilakukan di rumah sakit untuk mengurangi masalah nyeri akut pada anak kanker.

Acute pain is a common symptom in children with cancer. This final scientific paper aims to report the nursing care in children with Acute Myeloid Leukemia who experience acute pain using heat therapy as a prime intervention. Heat therapy is the process of applying heat on the body that experiences pain. This intervention is carried out once every shift with a duration of 15-20 minutes and after getting an analgesic or not. After the heat therapy has been intervened, the pain scale is reduced from intermediate to mild scale. This intervention can be done easily, has an effective cost, has no side effects, and the equipments are available in the room, so it can be an alternative activity in the hospital to reduce the problem of acute pain in children with cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Andini Pratiwi
"Latar Belakang: Pada kondisi inflamasi pulpa, terdapat penurunan dari jumlah protein dan asam amino. L-Arginine adalah asam amino semi-esensial karena berperan penting pada kondisi tertentu, gangguan imun berat dan luka bakar, yang membutuhkan asupan tambahan L-Arginine eksternal. Asam amino L-Arginine menjadi satu-satunya substrat sintesis nitric oxide (NO) dan poliamina berasal dari konversi L-Arginine menjadi ornithinen melalui arginase. NO dan poliamina merangsang proliferasi sel dan memiliki efek positif pada perkembangan melalui siklus sel. Tujuan: Mengetahui potensi asam amino L-Arginine terhadap proliferasi hDPSCs. Metode: Evaluasi asam amino L- Arginine konsentrasi 300, 400, 500 μmol/L, serta DMEM sebagai kontrol terhadap proliferasi hDPSCs menggunakan uji cell count setelah 24 jam. Analisis statistic menggunakan Oneway ANOVA dengan post hoc Bonferroni. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna potensi L-Arginine 300,400 dan 500 μmol/L dibandingkan kontrol, dan L- Arginine 500 μmol/L memiliki rerata proliferasi hDPSCs paling tinggi sebesar 436.666 sel/ml. Kesimpulan: Asam amino L-Argininee memiliki potensi terhadap proliferasi hDPSCs dan proliferasi tertinggi pada asam amino L-Arginine konsentrasi 500 μmol/L.

Background: In the inflammatory condition of the pulp, there is a decrease in the amount of protein and amino acids. L-Arginine is a semi-essential amino acid because it plays an important role in certain conditions, severe immune disorders and burns, which require additional intake of external L-Arginine. The amino acid L-Arginine is the sole substrate for the synthesis of nitric oxide (NO) and polyamines derived from the conversion of L- Arginine to ornithine via arginase. NO and polyamines stimulate cell proliferation and have a positive effect on progression through the cell cycle. Objective: To determine the potential of L-Arginine amino acid on the proliferation of hDPSCs. Methods: Evaluation of L-Arginine amino acid with concentrations of 300, 400, 500 μmol/L, and DMEM as a control for hDPSCs proliferation using cell count test after 24 hours. Statistical analysis using Oneway ANOVA with Bonferroni post hoc. Results: There was a significant difference in the potency of L-Arginine 300,400 and 500 μmol/L compared to control, and L-Arginine 500 mol/L had the highest average proliferation of hDPSCs of 436.666 cells/ml. Conclusion: The amino acid L-arginine has the potential to proliferate hDPSCs and the highest concentration at 500 μmol/L."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library