Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anastasia Yudhiana Widiyastuti
"Industri pameran di Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini berkembang dengan cukup pesat, yang ditandai dengan makin banyaknya jenis dan jumlah pameran yang diselenggarakan dan makin menjamurnya kegiatan bisnis penyelenggaraan pameran di berbagai kota besar seperti halnya di Jakarta. Hal ini didukung pula dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai membaik sejak krisis ekonomi tahun 1997, yang salah satunya ditandai dengan meningkatnya sektor konsumsi. Faktor lain yang mendukung pertumbuhan industri pameran adalah menguatnya nilai tukar rupiah yang terus konsisten dari tahun 2003.
Pesatnya perkembangan industri pameran di Indonesia, tidak hanya berdampak pada makin banyaknya event organizer yang bermunculan tetapi juga memberikan peluang untuk bertambahnya tempat-tempat penyelenggaraan pameran (hall) balk di Jakarta maupun dibeberapa daerah di Indonesia. Peluang ini mendorong PT. "X" sebagai salah satu exhibition organizer di Indonesia untuk mengembangkan bisnisnya dengan rencana untuk membangun sebuah gedung pameran baru di Jakarta dengan tujuan memberikan alternatif lain tempat penyelenggaraan pameran di lokasi yang strategis yang mudah dijangkau oleh para pengunjung pameran dan dengan luas serta fasilitas penunjang yang bertaraf internasional.
Membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia, berpengaruh pula pada sektor properti yang terlihat dari maraknya kembali pembangunan pusat-pusat perbelanjaan dan juga perumahan. Pertumbuhan ekonomi yang membaik juga mendorong kegiatan investasi di sektor properti termasuk pula dengan pembangunan gedung untuk pameran, mengingat permintaan akan space untuk pameran terus meningkat.
Analisis finansia! dilakukan dengan melihat proyeksi cashflow dari proyek pembangunan gedung pameran. Proyeksi cash inflows berasal dari pendapatan sewa dan pendapatan lainnya seperti pendapatan parkirdan penggunaan fasilitas lain dalam gedung. Proyeksi cash outflows terdiri dari biaya konstruksi, biaya operasional dan biaya lain terkait dengan pembangunan gedung pameran yang harus disediakan. Beberapa asumsi umum yang berkaitan dengan kondisi makro ekonomi Indonesia dan asumsi yang berkaitan dengan pembangunan gedung pameran akan mendasari proyeksi tersebut.
Beberapa kriteria Capital Budgeting yang akan dipergunakan untuk menganalisis kelayakan investasi yang akan dilakukan antara lain adalah Net Present Value, Internal Rate of Return dan jugs menghitung Payback Period dari proyek. Mengingat proyek yang akan dilakukan merupakan bentuk investasi jangka panjang yang dapat berakibat terjadinya perubahan-perubahan dari asumsi yang digunakan, maka akan dilakukan pula analisis sensitivitas yang merupakan analisis untuk melihat dampak perubahan yang terjadi terhadap proyeksi cashflow.
Dari aspek financial proyek pembangunan gedung pameran (exhibition hall) ini layak dilaksanakan karena memberikan Net Present Value yang positif, tingkat pengembalian investasi yang tinggi serta periode pengembalian yang cukup cepat.

The exhibition industry in Indonesia in the last decade has grown reasonably fast; it is indicated by the varieties and the number of exhibitions handled and the escalation of the exhibition organizer in several big cities such as Jakarta. Other factor is the rise in economic which shown a good condition since the crises on 1997, for instance the increase of consumption sector. Other supporting factors are the exchange rate which stayed steady from the year 2003.
The acceleration of exhibition industry in Indonesia is not only result to the improve number of emerging event organizers but also give opportunities to the augmentation of exhibition halls, in Jakarta or any other place in Indonesia. The prospect urges one of the exhibition organizers to develop the business to build a new exhibition hall to give other alternatives of exhibition halls in a strategic location, an easy access for visitors and facilities in an international standard.
Even tough the property sector is much influenced by the rise in oil price and the increase of interest rate on 2005 because of the cut subsidize of E13M (oil rare), however the chance in property sector in the years to come are still bright. The condition is also applicable to the building of exhibition hall, considering that the demand for exhibition is rising.
Financial analysis was conducted by studying cash flow projection from the exhibition halls building. The projection comes from rental rate and other incomes such as parking and using the building facilities. The cash flow-out projection is including construction cost, operational and other cost related to the development of the building. Several assumptions linked to the macro condition of Indonesian economic and the other connected to the building development which will be the base of the project.
Several conditions of Capital Budgeting that will be used to analyst the feasibility of investment are Payback Perio4 Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return and Cost of Capital, considering that the project is a long term investment which can affect to the changing of assumptions to be used. It will also be carried out a sensitive analyst which is an analysis to observe the consequence to the projection cash flow.
From the financial point of view, the construction of this exhibition hall is worth conducted because it will give a positive Net Present Value, a high rate of investment return along with a reasonable fast return period."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19755
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Yudhiana Widiyastuti
"Industri perhotelan yang menyediakan jasa akomodasi merupakan salah satu komponen dan industri pariwisata yang terus berkembang dewasa ini. Peningkatan peranan sektor Pariwisata dalam perekonomian nasional mendorong terjadinya peningkatan yang pesat dan jumlah hotel yang dibangun di Indonesia. Dampak dari semakin banyaknya hotel baru yang berdiri adalah meningkatnya persaingan antara hotel-hotel yang ada. Hal ini berarti bahwa setiap perusahaan yang bergerak dalam industri perhotelan, termasuk Hotel Santika Bandung, harus berusaha untuk menetapkan strategi pemasaran yang tepat dan usaha promosi yang terencana dan berkesinambungan untuk dapat bertahan, berkembang dan bersaing. Hotel Santika Bandung lebih menekankan pada pelaksanaan bentuk promosi personal selling yaitu melalui tenaga penjual atau sales executive, dengan tujuan untuk mempertahankan segmen pasar utama Hotel Santika Bandung yaitu perusahaan-perusahaan yang mempunyai jaringan bisnis di sekitar Bandung. Hal ini juga sesuai dengan jenis Hotel Santika Bandung yaitu business hotel. Para tenaga penjual Hotel Santika Bandung malaksanakan program sales call dalam usaha untuk memberikan informasi tentang keberadaan hotel dan untuk mencari konsumen yang potensial. Sales call merupakan usaha untuk berkomunikasi secara langsung dengan konsumen yang bertujuan untuk memberikan informasi yang bersifat pribadi kepada konsumen, tentang produk dan pelayanan hotel yang ditawarkan. Kegiatan sales call Hotel Santika Bandung ke perusahaan-perusahaan bertujuan agar perusahaan-perusahaan tersebut tetap menjalin kerjasama bahkan meningkatkan kerjasama yang telah ada. Selain itu juga untuk mencari perusahaan sebagai calon pelanggan barn, yang diharapkan mampu meningkatkan tingkat hunian kamar Hotel Santika Bandung. Kegiatan sales call ini dimulai dengan mencari dan menentukan perusahaan yang dipilih serta menghubungi contact person perusahaan tersebut. Pada saat pelaksanaan sales call, tenaga penjual melakukan proses sales call yang meliputi opening, discussing client needs, relating needs to feature and benefit, summarizing dan diakhiri dengan closing. Langkah selanjutnya adalah memonitor dan menganalisa sales call report untuk mengetahui prospek dan pelaksanaan sales call tersebut. Dalam melaksanakan kegiatan sales call, Hotel Santika Bandung membagi perusahaan-perusahaan yang dikunjungi kedalam 4 (empat) tingkatan yaitu unaware and ancommitted, unaware and interested, aware and uncommitted dan aware and committed. Hotel Santika Bandung juga menjalankan kegiatan sales call ke agen perjalanan yang bertindak sebagai perantara, untuk menjalin kerjasama yaitu berupa kontrak harga atau pemberian discount bagi agen perjalanan yang mendatangkan tamu untuk menginap di Hotel Santika Bandung. Selama ini pelaksanaan kegiatan sales call para tenaga penjual Hotel Santika Bandung telah berjalan dengan cukup baik dan berhasil mempertahankan bahkan meningkatkan tingkat hunian kamar Hotel Santika Bandung. Keadaan ini menjadikan Hotel Santika Bandung mampu bersaing dalam iklim persaingan industri perhotelan di Bandung yang semakin ketat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library