Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aminudin
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999
297.65 AMI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aminudin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S34400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminudin
"PT. Yuan Sejati merupakan adalah perusahaan kontraktor yang mensupplai metering sistem untuk minyak dan gas. PT. Yuan Sejati merupakan salah satu perusahaan kontraktor yang ikut serta dalam program pemerintah untuk konversi dari minyak tanah ke gas. Dalam membangun sistem metering PT. Yuan Sejati membutuhkan mitra kerja yang salah satunya adalah fabrikator untuk pembuatan piping dan skid. Dalam memilih fabrikator PT. Yuan Sejati dihadapkan dengan permasalahan belum adanya standar kriteria untuk memilih mitra kerja. Pengambilan keputusan mengenai fabrikator mana yang dipilih melibatkan berbagai kriteria.
Dalam permasalahan ini kriteria-kriteria tersebut merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan kerja fabrikator. Pemilihan fabrikator ini dinilai sebagai suatu permasalahan perngambilan keputusan yang memiliki hubungan saling ketergantungan dan timbal balik antar kriterianya penerapan metode Analytical Network Process (ANP) dibutuhkan dalam penyelesainnya.

PT. Yuan Sejati is a contracting company that it is supplying metering systems for oil and gas. PT. Yuan Sejati is one of the contractors who participated in government programs for the conversion from kerosene to gas. In building metering system PT. Yuan Sejati need partners which one of them is a fabricator to manufacture piping and skid. In choosing a fabricator PT. Yuan Sejati confronted with problems of lack of standard criteria for selecting partners. Decisions about where the selected fabricator involve various criteria.
In this issue these criteria are important factors that influence the success of the work fabricator. Election fabricator is considered as a problem that has a relationship decision perngambilan interdependence and reciprocity between the criteria of application of the Analytical Network Process (ANP) is required in the completion.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52051
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aminudin
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999
297.65 AMI k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aminudin
"Penelitian ini bertujuan melakukan analisis profitabilitas bank syariah dan bank konvensional. Konsistensi perbankan syariah tidak lepas dari hukum Islam dan kegiatan perekonomian dimana perbankan syariah dilarang membebankan atau membayar bunga, dan dapat beroperasi hanya atas dasar pengaturan bagi hasil. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis tentang apakah terdapat perbedaan profitabilitas (yang diukur dengan ROA), faktor-faktor determinan profitabilitas antara Bank bebas bunga dengan Bank berbasis bunga, dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel faktor-faktor determinan profitabilitas antara Bank bebas bunga dengan Bank berbasis bunga.

The study aims to conduct a comparative analysis profitability of the Islamic (interest –free) and conventional (interest-based) banks in Indonesia. The Islamic banking is consistent with Islamic law and guided by economics. They are prohibited from charging or paying interest, and can operate only on the basis of the profit sharing arrangements. Therefore, this research aims to analyze whether there are profitability (measure with ROA) and determinant factors differences, and also to how the influence of determinant factors on profitability between Bank of interest-free and Bank of interest-based."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cecep Aminudin
"Pencemaran udara dapat disebabkan oleh berbagai sumber, antara lain dari aktifitas industri. Untuk mengatasi persoalan pencemaran udara, termasuk dari industri, pemerintah di berbagai negara, termasuk di Indonesia, mengeluarkan berbagai macam kebijakan untuk mengendalikannya. Namun demikian, penelitian mengenai efektivitas dari kebijakan yang telah ditetapkan masih sangat kurang dilakukan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah berusaha untuk: (1) mengetahui efektivitas kebijakan pengendalian pencemaran udara industri di DKI Jakarta, Indonesia, (2) mengetahui efektivitas kebijakan pengendalian pencemaran udara industri di NSW, Australia. (3)mengetahui perbandingan efektivitas kebijakan pengendalian pencemaran udara industri di DKI Jakarta dengan di New South Wales.
Penelitian ini menggunakan pendekatan expost facto terhadap data sekunder berupa laporan-laporan badan-badan pemerintah di kedua negara yang diterbitkan antara tahun 1990 - 2006 dan hasil-hasil penelitian lain yang relevan. Analisa dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif untuk menentukan nilai (1-5) dari masing-masing parameter efektivitas kebijakan pengendalian pencemaran udara industri. Parameter untuk mengukur efektivitas kebijakan terdiri dari parameter produk kebijakan (policy output), parameter hasil antara kebijakan (intermediate outcomes) dan parameter hasil akhir kebijakan (end outcomes). Nilai rata-rata dari semua parameter kemudian dimasukan dalam skala efektivitas untuk mengetahui tingkat efektivitas kebijakan pengendalian pencemaran udara industri dan masingmasing lokasi penelitian. Kategori tingkat efektivitas yang ditetapkan dalam penelitian ini, mulai dari yang terendah, adalah: tidak efektif, belum efektif, potensial efektif, cukup efektif, sangat efektif.
Dengan sistem negara Indonesia yang berbentuk kesatuan, kebijakan pengendalian pencemaran udara industri yang berlaku di Jakarta berada pada level nasional dan level daerah. Kebijakan pengendalian pencemaran, termasuk pencemaran udara industri, dimulai pada tahun 1980-an. Instrumen kebijakan pengendalian pencemaran udara industri di tingkat nasional maupun di tingkat daerah hampir lama dan lebih menitikberatkan pada pendekatan atur dan awasi atau command and control. Sementara itu, pendekatan ekonomi belum banyak dikembangkan baik di level nasional maupun di level daerah. Evolusi pengaturan pencemaran di Indonesia bergerak ke arah desentralisasi dengan penguatan peran pemerintah daerah dalam pengendalian pencemaran danpenjabaran kebijakan pengendalian pencemaran untuk berbagai macam media termasuk udara.
Sementara itu, dengan sistem negara Australia yang berbentuk federal, di NSW kebijakan pengendalian pencemaran udara industri lebih banyak berada di tangan negara bagian. Sedangkan pemerintah federal hanya mengembangkan kebijakan umum seperti ketentuan tentang baku mutu udara ambien. Kebijakan pengendalian pencemaran udara, termasuk dari sumber industri, dimulai pada tahun 1960-an. Selain itu, instrumen ekonomi dalam bentuk load based licensing juga sudah mulai dikembangkan di tingkat negara bagian NSW disamping penyempurnaan pada pendekatan command and control. Evolusi pengaturan pencemaran udara industri di Australia, khususnya di NSW bergerak ke arah integrasi pengendalian pencemaran antara sate jenis media dengan media lainnya, dan mulai berperannya pemerintah federal dalam upaya pengendalian pencemaran.
Terkait dengan tujuan penelitian, dari studi ini diketahui bahwa di DKI Jakarta produk kebijakan (policy output) berupa pendayagunaan berbagai macam instnunen kebijakan (mixed policy instrument) masih lemah, kondisi basil antara kebijakan (intermediate outcomes) berupa perilaku penaatan industri terhadap kebijakan masih rendah dan hasil akhir kebijakan (end outcomes) berupa beban emisi dari industri dan kualitas udara ambien di daerah industri juga masih belum baik. Sedangkan di New South Wales, produk kebijakan (policy output) berupa pendayagunaan berbagai macam instrumen kebijakan (mixed policy instrument) cukup kuat, kondisi hasiI antara kebijakan (intermediate outcomes) berupa perilaku industri terhadap kebijakan cukup tinggi dan hasil akhir kebijakan (end outcomes) berupa beban emisi dari industri dan kualitas udara ambien juga cukup baik.
Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan: (1)kebijakan pengendalian pencemaran udara industri di DKI Jakarta termasuk dalam kategori belum efektif (2)kebijakan pengendalian pencemaran udara industri di New South Wales termasuk kategori potensial efektif. (3)kebijakan pengendalian penemaran udara industri di New South Wales lebih efektif dibanding kebijakan pengendalian pencemaran udara industri di DKI Jakarta.
Untuk mengurangi kesenjangan tingkat efektivitas di Jakarta dibandingkan di New South Wales perlu dilakukan perbaikan strategi kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah, penguatan upaya penegakan hukum, serta perhatian politik yang cukup dari penentu kebijakan.

The main sources of urban air pollution are come from transportation and industrial activity. To overcome the problem, the governments in the world are trying to formulate and implement policy to control industrial air pollution in various policy approaches. However, the research about the effectiveness of that policy is still rare. The aims of this research are: (1) To know about the effectiveness of industrial air pollution control policy in Jakarta, Indonesia, (2) To know about the effectiveness of industrial air pollution control policy in New South Wales, Australia. (3) To compare the effectiveness of industrial air pollution control policy in Jakarta and New South Wales.
This research is based on ex-post facto approach which uses secondary data from the report of government agency in bath countries that issued between 1990 - 2006 and another research report which are relevant with this thesis. The analysis is based on quantitative and qualitative method to find the value for each research indicator in 1-5 scale. The average value fromall indicator then classified into the effectiveness scale index to know the degree of the effectiveness. This research divide the effectiveness scale, from lower to higher, are: not effective, not yet effective, potentially effective, sufficiently effective and very effective.
With the Indonesian unitary state system, the air pollution control policy is on the hand of local as well as the central government. The pollution control policy, including pollution from industry, was begin in 1980-s. The policy instrument that had been applied in national and local level are very similar and give more emphasize on command and control approach. Meanwhile, the economic instrument are still under developed. The evolution of pollution control in Indonesia are moving from centralized to decentralized system and the empowering of local government role in protecting environment Indonesia also at the stage of elaborating the environment protection policy in various kind of pollution media, including air pollution, from general principle and regulation of environmental protection.
Meanwhile, with the Australian federal system of the state, air pollution control policy in NSW is heavily on the hand of the state. While the federal government only developing general policy such as ambient air quality standard. The air pollution control policy in Australia was begin in 1960-s. The economic instrument in the form of load based licensing are developed in NSW since 1997 beside the reformation of the enforcement system. The evolution of pollution control in Australia, especially in NSW, are moving from media specific to more integrated and multimedia approach. Australia also at the stage of empowering the federal government to take responsibility for controlling pollution especially on national significant pollution issues.
Related with the objective of the research, this study found that, in Jakarta, the utilization of mixed policy instrument as a policy output are weak, the condition of the compliance behavior of industry as an intermediate policy outcome is low and the emission load and the ambient air quality in industrial area as end policy outcomes is not so good. Meanwhile, in New South Wales, the utilization of mixed policy instrument as a policy output are strong, the condition of the compliance behavior of industry as an intermediate policy outcome is high and the emission load and the ambient air quality in industrial area as end policy outcomes are relatively better than in Jakarta.
The conclusion of this research are, generally the effectiveness level of industrial air pollution control policy in Jakarta are not yet effective, while the effectiveness level of industrial air pollution control policy in New South Wales are potentially effective. So the effectiveness of industrial air pollution control policy in New South Wales is one level higher than in Jakarta.
To fill the effectiveness gap in Jakarta which is lower than in New South Wales, it is a need to reform the policy strategy, strengthening institutional capacity, strengthening law enforcement efforts, and adequate political support from the policy makers."
Depok: 2006
T17904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Aminudin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S28421
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Aminudin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T40288
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Nur Aminudin
"ABSTRAK
Kawasan Waduk Pluit merupakan salah satu kawasan waduk di Jakarta yang telah diokupasi oleh permukiman. Meskipun undang-undang secara tegas melarang adanya permukiman di sempadan waduk, namun area sekitar Waduk Pluit tetap dijadikan tempat tinggal oleh penduduk. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses terbentuknya permukiman liar tersebut. Dalam penelitian ini, untuk melihat pertambahan jumlah rumah, luasan, sebaran, dan arah perkembangan permukiman digunakan analisis foto udara dan citra time series, sedangkan untuk memahami bagaimana permukiman liar dapat berkembang digunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara spasial perkembangan permukiman liar dipengaruhi oleh faktor aksesibilitas dan jarak dari tempat kerja. Semakin dekat jarak dari pelabuhan dan industri, dan semakin mudah aksesibilitasnya, semakin lebih dulu pula permukiman liar berkembang. Kejadian politik, yaitu transisi pemerintahan orde baru menuju orde reformasi (tahun 1998), menjadi faktor pemicu cepatnya perkembangan permukiman liar di sekitar Waduk Pluit.

ABSTRACT
Pluit Dam area, where located in Jakarta, has been occupied by squatter settlement. The law prohibits to build the settlement around the lakeside but the occupants still build their houses around the lakeside. This study aims to know the forming process of the squatter settlement around Pluit dam area. This study is using time series aerial photos analysis to see the increase number of houses, extent, distribution, and direction of growth of squatter settlements. In order to understand the growth of squatter settlement, this research is using descriptive qualitative approach. The result is showing the growth of squatter settlement spatially is affected by accessibility factor and the distance to workplace factor. When the location is closer to harbour and industrial area, the settlement is more accessible and the growth of squatter settlement is increasing rapidly. Political event, which is the transition of New Order to Reformasi (1998), is also the reason that squatter settlement is growing rapidly around lakeside of Pluit Dam."
2014
S53878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iza Azmar Aminudin
"Organic Rankine Cycle (ORC) dapat digunakan untuk mengubah sumber panas bersuhu rendah menjadi energi listrik. Pada kesempatan kali ini, objek penelitiannya adalah prototipe PLTP skala mikro yang menggunakan scroll expander sebagai penghasil kerja. Penelitian ini akan menganalisis performa dari sistem ORC pada prototipe PLTP skala mikro dengan adanya variasi flow rate. Selain itu, penelitian ini juga mencari berapa lama waktu running yang dibutuhkan agar sistem mencaoai kondisi steady state. Pada aspek termodinamika; laju aliran fluida kerja, efisiensi siklus, perbedaan tekanan ekspansi ekspander dan daya expander dapat dipilih sebagai parameter untuk mengevaluasi, mensimulasi dan membandingkan fluida kerja tersebut. Simulasi menggunakan Matlab; dengan fluida kerja R245fa. fluida kerja tersebut disimulasikan pada volume konstan yaitu volume scroll expander, 70.1 cm3/revolution dengan rentang temperatur sumber panas 110-130 oC dengan variasi laju aliran fluida kerja sehingga nantinya akan didapat nilai efisiensi siklus dan perbedaan tekanan ekspansi ekspander. Dari hasil simulasi didapatlah didapat bahwa nilai konsumsi daya pompa berubah seiring dengan bertambahnya mass flowrate dan mencapai puncakya di mass flowrate sebesar 0,226 kg/s. Selain itu, didapat bahwa nilai tekanan fluida di discharge pompa berubah seiring dengan bertambahnya mass flowrate dan mencapai puncakya di mass flowrate sebesar 0,208 kg/s. Didapati juga bahwa nilai perbedaan tekanan fluida di suction dan di discharge pompa berubah seiring dengan bertambahnya mass flowrate dan mencapai puncakya di mass flowrate sebesar 0,208 kg/s. Temperatur outlet dari pompa terus berkurang seiring dengan bertambahnya mass flowrate. Rentang dari outlet temperature tersebut mencapai 1,8oC dan perubahan suhu terbesar adalah di angka 2,8 oC.Berdasarkan hasil simulasi, daya net yang dihasilkan oleh sistem bergerak meningkat dengan persamaan exponensial dan berkisar antara 1,1-4,35 kW. Selain itu, Berdasarkan hasil simulasi, efisiensi keseluruhan yang dihasilkan oleh system bergerak meningkat dengan persamaan exponensial dengan rentang 4,5-7,1%.

Organic Rankine Cycle (ORC) can be used to convert low temperature heat sources into electrical energy. There is a micro-scale PLTP prototype that uses a scroll expander as a work generator. This study will analyze the performance of the ORC system on a micro-scale PLTP prototype with variations in flow rate. In addition, this study also looks for how long the running time is needed for the system to reach steady state conditions. In terms of thermodynamics; pump consumed power, expander power, cycle efficiency, and expansion pressure differential of the expander were selected as parameters to evaluate, simulate and compare the effects of these variations. Simulations were carried out using Matlab with working fluid R245fa following the properties in REFPROP. The working fluid is simulated with a heat source temperature range of 383 K with variations in the flow rate of the working fluid so that later the cycle efficiency value and the difference in pressure expansion of the expander will be obtained. From the simulation results, it is found that the value of pump power consumption increases with increasing mass flow rate until the mass flow rate reaches 0.226 kg/s. It was also found that the value of the fluid pressure at the pump discharge port changes with the increase in mass flowrate and reaches its peak at the mass flowrate of 0.208 kg/s. It was also found that the value of the difference in fluid pressure at the suction port and pump discharge port changed with the increase in mass flowrate and reached its peak at the mass flowrate of 0.208 kg/s. The outlet temperature of the pump continues to decrease as the mass flowrate increases. The range of the outlet temperature reaches 1.8 K and the largest temperature change is at 2.8 K. Based on the simulation results, the net power generated by the mobile system increases with an exponential equation and ranges from 1.1 to 4.35 kW. In addition, based on the simulation results, the overall efficiency generated by the system ranges from 4.5-7.1%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library