Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akun
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan politisasi wacana superioritas perempuan, membongkar ideologi pembawahan posisi perempuan dan memerikan secara rinci kontestasi antara propaganda superioritas perempuan dengan ideologi pembawahan posisi perempuan dalam film Woman on Top. Dengan menerapkan pendekatan kajian budaya, dalam perspektif kajian budaya feminis, tulisan ini mendekonstruksi film Woman on Top yang secara sepintas seolah-olah berusaha mengangkat posisi perempuan dan menempatkannya pada posisi "di atas" laki-laki. Pada level propaganda, film ini berhasil mempolitisasi wacana superioritas perempuan untuk menyindir dan mengkritik dominasi patriarki dengan penampilan tokoh Isabella yang berposisi "di atas" laki-laki. Dalam konteks ini, perempuan ditampilkan sebagai pribadi yang otonom, potensial, tegas, mengendalikan, menjadi subjek seksual, bebas, dan dewasa. Perempuan juga diperikan berposisi superior dengan tetap melekat pada atribut keperempuanannya. Namun, pada level ideologi, film ini secara tak sadar tetap merepresentasikan perempuan sebagai objek seksual dan objek yang tergantung pada laki-laki dan dewa-dewi. Tubuh perempuan telah dieksploitasi sesuai dengan harapan patriarki. Bersamaan dengan itu, secara hegemonik - tak langsung, terdapat pula penonjolan superioritas rayuan dan cinta patriarki dan perendahan kesetiaan perempuan. Perempuan, lebih jauh, bahkan dimarjinalisasi secara ganda: secara seksual dan secara rasial dalam film ini. Akhirnya, disimpulkan bahwa film Woman on Top ini adalah salah satu karya budaya yang menjadi tempat berkontestasinya dua kekuatan makna, antara propaganda wacana superioritas perempuan yang berusaha diangkat oleh sutradara dan penulis cerita dan ideologi pembawahan posisi perempuan yang mensubversi propaganda tersebut.
The objectives of this research are to explain the politisation of woman's superiority discourse, to reveal the ideology of woman's marginalization and to describe in detail the contestation between the propaganda of woman's superiority and the ideology of woman's marginalization in Woman on Top film. Applying cultural studies approach, in feminist cultural studies perspective, this writing deconstructs Woman on Top which seems to try to raise woman's position and place it in the position "on top" of man. On propaganda level, the film has succeeded in politising woman's superiority discourse to satirize and criticize male domination by presenting a character (Isabella) who has a position "on top" of man. In this context, woman is presented as a (an) autonomous, potential, determined, controlling, sxual subject, free and mature person. Woman is also described as having a superior position without leaving her feminity attributes. However, on ideology level, the film has unconsciously and indirectly represented woman as sexual object and dependent object who is dependent on man and god or goddess. Woman's body has been exploited in accordance with man's wishes. At the same time, hegemonically and indirectly, there is an emphasis on the superiority of male flattery and love, and the trivialization of female loyalty. Further, woman is even doubly marginalized in this film: sexually and racially. Finally, it is concluded that the film is a cultural product in which two powers of meaning are contestating, between the propaganda of woman's superiority raised by the director and script writer and the ideology of woman's marginalization that subverts the propaganda.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akun
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana relasi antara tokoh perempuan dan habitus korupsi dikonstruksi melalui alur cerita, latar sosial cerita, sudut pandang, metafor, ironi, tokoh dan penokohan dalam novel Laras karya Anggie D. Widowati dan novel 86 karya Okky Madasari. Lebih dalam, penelitian ini bertujuan untuk membongkar bagaimana pengarang perempuan mengatasi jebakan pengukuhan stereotip perempuan yang bias gender. Ini adalah penelitian kualitatif dengan menggabungkan metode kajian habitus Pierre Bourdieu dan kajian produksi Sastra Pierre Macherey dalam paying perspektif feminis Lecut Balik Susan Faludi. Metode interogasi teks Macherey diaplikasikan dalam mengungkap penyusupan ideologi melalui kajian terhadap hal-hal yang tidak terkatakan unspoken , dihilangkan omission danbungkam silence dalam teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengarang perempuan telah gagal mengatasi jebakan pengukuhan stereoti peperempuan yang bias gender karena kedua teks telah secara tak sadar merepresentasikan posisi perempuan yang marjinal melalui penyusupan ideologi demonisasi kemiskinan dan perempuan yang mandiri dan berkuasa, overdeterminasi alasan korupsi, toleransi domestikasi perempuan dan poligami, dan perempuan sebagai pendorong korupsi dan penjahat yang sesungguhnya. Keterjebakan perempuan ini telah melecut balik perjuangan feminisme yang secara sepintas seolah menjadi kritik sosial kedua novel.
ABSTRACT
The goal of this research is to reveal how the relation between female characters and corruption habitus is constructed through the plot, social setting, point of view, metaphor, irony, character and characterization in Anggie D. Widowati rsquo s novel Laras and Okky Madasari rsquo s novel 86. Further, the goal of the research is to expose how female authors escape the trap of strengthening the biased gender stereotypes of women. This is a qualitative research by combining Pierre Bourdieu rsquo s Habitus Theory and Pierre Macherey rsquo s Theory of Literary Production in the light of Susan Faludi rsquo s Backlash perspective. Macherey rsquo s text interrogation method is applied in exposing the ideology infiltration through the analysis of the unspoken, omissions, and silences in the texts. The result of the research shows that Indonesian women authors have failed to escape from the trap of strengthening the biased gender stereotypes of women because both texts have unconsciously represented women rsquo s marginal positions through the infiltration of demonization ideology of poverty and independent and powerful women, overdetermination of corruption causes, toleration of woman domestication and polygamy, and representation of women as corruption triggers and real criminals. The very trap of women has backlashed the feminism struggles, which on the surface seem to constitute the social critiques of both novels.
2018
D2432
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library