Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ainun Alfatma
Abstrak :
Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF dan PBF Cabang wajib menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), yang mana CDOB ini menjadi standar kefarmasian pada sarana distribusi yang ditetapkan oleh Menteri. CDOB adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat atau alat kesehatan yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Apoteker penanggung jawab di setiap PBF atau PBF Cabang harus mampu melaksanakan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan/atau bahan obat sesuai dengan CDOB. Apoteker berperan dalam menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan sistem mutu serta mengelola kegiatan dan menjaga akurasi dan mutu dokumentasi. Proses distribusi obat pada Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Jakarta 2 telah menerapkan aspek-aspek Peraturan BPOM nomor 6 tahun 2020 tentang Cara Distribusi Obat yang Baik dari segi manejemen mutu, bangunan dan peralatan, operasional, inspeksi diri, keluhan obat dan atau bahan obat kembalian diduga palsu, penarikan kembali, transportasi, ketentuan khusus, ketentuan narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi. ...... Pharmaceutical Wholesalers (PBF) are companies in the form of legal entities that have permits to procure, store, distribute drugs and/or medicinal ingredients in large quantities in accordance with statutory provisions. PBF and PBF Branches are required to implement Good Medicine Distribution Methods (CDOB), where CDOB is a pharmaceutical standard for distribution facilities determined by the Minister. CDOB is a method of distributing/distributing medicines and/or medicinal substances or medical devices which aims to ensure quality along the distribution/distribution route according to the requirements and intended use. The pharmacist in charge at each PBF or PBF Branch must be able to carry out the procurement, storage and distribution of drugs and/or medicinal substances in accordance with the CDOB. Pharmacists play a role in compiling, ensuring and maintaining the implementation of a quality system as well as managing activities and maintaining the accuracy and quality of documentation. The drug distribution process at Kimia Farma Trading and Distribution Branch Jakarta 2 has implemented aspects of BPOM Regulation number 6 of 2020 concerning Good Medicine Distribution Methods in terms of quality management, buildings and equipment, operations, self-inspection, drug complaints and/or returned drug ingredients. suspected counterfeit, recall, transportation, special provisions, provisions for narcotics, psychotropics and pharmaceutical precursors.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Alfatma
Abstrak :
Upaya untuk memaksimalkan penggunaan antibiotik yang rasional merupakan salah satu tanggung jawab penting dari pelayanan farmasi. Penggunaan obat dikatakan rasional jika obat yang digunakan sesuai indikasi, kondisi pasien dan pemilihan obat yang tepat terkait jenis, sediaan, dosis, rute, waktu dan lama pemberian, mempertimbangkan manfaat dan resiko dari obat yang digunakan. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan pengobatan lebih mahal, efek samping lebih toksik, meluasnya resistensi dan timbulnya kejadian superinfeksi yang sulit diobati. Setelah melakukan pemantauan terapi obat pada pasien di ruang ICU RSUP Fatmawati, kesimpulan yang didapat: Pengobatan yang diterima oleh Nn. TRA sudah sesuai dengan indikasi penyakit, yaitu abses submandibularis, dengan frekuensi pengobatan dan dosis antibiotik juga dinilai sudah tepat. Pada Ny. AAH, didapatkan adanya obat yang tidak sesuai indikasi, yaitu tigecycline dan penggunaan meropenem serta levofloxacin juga tidak tepat dosis dan tidak tepat frekuensi pemakaian. Sepanjang penggunaan tigecycline, kondisi pasien justru memburuk hingga kemudian dinyatakan meninggal pada tanggal 11 April 2022 akibat gagal ventilasi dan sepsis pneumonia. Penggunaan tigecycline kemungkinan tidak efektif. Perhitungan DDD/100 patient-days, meropenem memiliki nilai DDD tertinggi,  kemudian disusul oleh amikasin, levofloxacin, metronidazole, dan tigecycline secara berurutan. Pada perhitungan DU 90 %, meropenem, amikacin, dan levofloxacin termasuk dalam segmen tersebut. Antibiotik yang memiliki nilai DDD/100 patient-days yang tinggi dan termasuk dalam segmen 90 % perlu diawasi penggunaannya dengan baik karena penggunaan yang tinggi dapat meningkatkan resiko terjadinya resisten antibiotik. ......Efforts to maximize the rational use of antibiotics is one of the important responsibilities of pharmaceutical services. The use of drugs is said to be rational if the drugs used are according to the indications, the patient's condition and the selection of the right drug regarding type, preparation, dose, route, time and duration of administration, considering the benefits and risks of the drug used. Inappropriate use of antibiotics can cause more expensive treatment, more toxic side effects, widespread resistance and the emergence of superinfections that are difficult to treat. After monitoring drug therapy on patients in the ICU at Fatmawati Hospital, the conclusion was obtained: The treatment received by Ms. TRA is in accordance with the indications of the disease, namely submandibular abscess, with the frequency of treatment and dosage of antibiotics also considered to be appropriate. To Mrs. AAH, it was found that there were drugs that were not according to indications, namely tigecycline and the use of meropenem and levofloxacin, which also included incorrect doses and incorrect frequency of use. Throughout the use of tigecycline, the patient's condition worsened until he was declared dead on April 11 2022 due to ventilation failure and pneumonia sepsis. The use of tigecycline may not be effective. Calculating DDD/100 patient-days, meropenem has the highest DDD value, followed by amikacin, levofloxacin, metronidazole, and tigecycline in sequence. In the 90% DU calculation, meropenem, amikacin, and levofloxacin are included in this segment. Antibiotics that have a high DDD/100 patient-days value and are included in the 90% segment need to be monitored carefully because high use can increase the risk of antibiotic resistance.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Alfatma
Abstrak :
Radiasi sinar Gamma Co60 memanfaatkan gelombang elektromagnetik untuk meradiasi produk. Radiasi gamma dapat mensterilkan produk dengan menyinari produk sesuai dengan besaran dosis yang diberikan, dosis yang diberikan harus mampu mensterilisasikan atau membunuh mikroorganisme, namun perlu diperhatikan dosis tersebut tidak menyebabkan perubahan material produk atau berdampak pada ketahanan produk (IAEA, 2013). Pemastian sterilisasi radiasi gamma dapat dilakukan dengan rangkaian pengujian pada saat validasi. Validasi sterilisasi yang dilakukan ialah melakukan prosedur terdokumentasi untuk memperoleh, merekam, dan menafsirkan hasil yang diperlukan untuk menetapkan bahwa suatu proses akan secara konsisten menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi atau jaminan sterilitas yang diinginkan. Validasi sterilisasi terdiri dari kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja. Parameter kritis yang perlu diperhatikan selama validasi sterilisasi oleh PT. Forsta Kalmedic Global ialah pemetaan dosis untuk memastikan dosis yang diberikan kepada produk dapat efektif memberikan jaminan sterilitas. Pemetaan dosis merupakan pengukuran distribusi dosis dan variabilitas dalam bahan yang diiradiasikan dalam kondisi yang ditentukan. PT. Forsta Kalmedic Global melakukan validasi sterilisasi bersama PT. Rel-Ion sebagai sarana penyedia sterilisasi. Dalam kualifikasi instalasi dan kualifikasi operasional PT. Forsta Kalmedic Global memastikan ketersediaan dokumen dan pemenuhan syarat – syarat yang diperlukan. Pada kualifikasi kinerja PT. Forsta ikut serta bersama PT. Rel-Ion untuk melakukan pengujian yang dibutuhkan pada saat kualifikasi kinerja. ......Co Gamma ray radiation utilizes electromagnetic waves to irradiate products. Gamma radiation can sterilize products by irradiating the product according to the dose given, the dose given must be able to sterilize or kill microorganisms, but it is important to pay attention that this dose does not cause changes in the product material or have an impact on product durability (IAEA, 2013). Confirmation of gamma radiation sterilization can be done with a series of tests during validation. Sterilization validation is carrying out documented procedures to obtain, record, and interpret the results necessary to determine that a process will consistently produce products that meet the desired sterility specifications or guarantees. Sterilization validation consists of installation qualification, operational qualification and performance qualification. Critical parameters that need to be considered during sterilization validation by PT. Forsta Kalmedic Global is dose mapping to ensure the dose given to the product can effectively guarantee sterility. Dose mapping is a measurement of the dose distribution and variability in irradiated material under specified conditions. PT. Forsta Kalmedic Global carries out sterilization validation with PT. Rel-Ion as a means of providing sterilization. In the installation qualifications and operational qualifications of PT. Forsta Kalmedic Global ensures the availability of documents and fulfillment of the necessary requirements. On the performance qualifications of PT. Forsta participated together with PT. RelIon to carry out testing required during performance qualification.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Alfatma
Abstrak :
Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF dan PBF Cabang wajib menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), yang mana CDOB ini menjadi standar kefarmasian pada sarana distribusi yang ditetapkan oleh Menteri. CDOB adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat atau alat kesehatan yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Apoteker penanggung jawab di setiap PBF atau PBF Cabang harus mampu melaksanakan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan/atau bahan obat sesuai dengan CDOB. Apoteker berperan dalam menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan sistem mutu serta mengelola kegiatan dan menjaga akurasi dan mutu dokumentasi. Proses distribusi obat pada Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Jakarta 2 telah menerapkan aspek-aspek Peraturan BPOM nomor 6 tahun 2020 tentang Cara Distribusi Obat yang Baik dari segi manejemen mutu, bangunan dan peralatan, operasional, inspeksi diri, keluhan obat dan atau bahan obat kembalian diduga palsu, penarikan kembali, transportasi, ketentuan khusus, ketentuan narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi. ...... Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF dan PBF Cabang wajib menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), yang mana CDOB ini menjadi standar kefarmasian pada sarana distribusi yang ditetapkan oleh Menteri. CDOB adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat atau alat kesehatan yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Apoteker penanggung jawab di setiap PBF atau PBF Cabang harus mampu melaksanakan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan/atau bahan obat sesuai dengan CDOB. Apoteker berperan dalam menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan sistem mutu serta mengelola kegiatan dan menjaga akurasi dan mutu dokumentasi. Proses distribusi obat pada Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Jakarta 2 telah menerapkan aspek-aspek Peraturan BPOM nomor 6 tahun 2020 tentang Cara Distribusi Obat yang Baik dari segi manejemen mutu, bangunan dan peralatan, operasional, inspeksi diri, keluhan obat dan atau bahan obat kembalian diduga palsu, penarikan kembali, transportasi, ketentuan khusus, ketentuan narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Alfatma
Abstrak :
Penyakit HIV AIDS merupakan ancaman yang serius di Indonesia. Berdasarkan data dari Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan (Kemenkes) sampai dengan bulan Maret 2021 tercatat 427.201 orang hidup dengan HIV dan 131.147 orang hidup dengan AIDS. Kasus baru yang dilaporkan sejak bulan Januari sampai Maret 2021 sejumlah 7.650 kasus dan AIDS 1.677 kasus (Kemenkes, 2021). Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan dan pada akhirnya akan berakibat fatal. Kepatuhan pasien HIV AIDS merupakan salah faktor yang penting, karena ARV yang berkelanjutan tanpa terputus akan menekan perkembangan virus, mengurangi resistensi virus, memperbaiki kualitas hidup pasien dan memperbaiki kesehatan. Sebaliknya ketidakpatuhan pasien dapat menjadi penyebab gagalnya terapi ARV, mengakibatkan resistensi obat pasien dan membutuhkan ARV lini kedua atau tiga dengan biaya yang besar karena keterbatasannya. Tahapan dan proses dalam melakukan evaluasi kepatuhan pasien HIV/AIDS di Puskesmas Kec. Matraman adalah melakukan monitoring (adherence, efek samping, pemberian ARV dan keberhasilan ARV), monitoring klinis (follow up pertama setelah 1-2 minggu, pemeriksaan fisik, dan anamnesis gejala, kepatuhan, kualitas hidup), pemeriksaan laboratorium dasar, dan monitoring efektivitas ARV. Hasil evaluasi kepatuhan pasien HIV/AIDS menggunakan uji statistik Independent Test dan ANNOVA menunjukkan bahwa pekerjaan, usia, dan jenis kelamin bukan merupakan faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien dalam minum obat melainkan individu pasien tersebut. ......HIV AIDS is a serious threat in Indonesia. Based on data from the Directorate General of Disease Prevention and Control, Ministry of Health (Kemenkes), as of March 2021, there were 427,201 people living with HIV and 131,147 people living with AIDS. There were 7,650 new cases reported from January to March 2021 and 1,677 cases of AIDS (Ministry of Health, 2021). The results of therapy will not reach optimal levels without the patient's own awareness, this can even cause therapy failure, and can also cause complications that are very detrimental and ultimately fatal. Compliance with HIV AIDS patients is an important factor, because continuous ARV without stopping will suppress the development of the virus, reduce viral resistance, improve the patient's quality of life and improve health. On the other hand, patient noncompliance can be the cause of failure of ARV therapy, resulting in patient drug resistance and requiring second or third line ARVs at large costs due to their limitations. Stages and processes in evaluating HIV/AIDS patient compliance at the District Health Center. Matraman is carrying out monitoring (compliance, side effects, administration of ARVs and success of ARVs), clinical monitoring (first follow-up after 1-2 weeks, physical examination, and history of symptoms, compliance, quality of life), basic laboratory examinations, and monitoring the effectiveness of ARVs. . The results of evaluating HIV/AIDS patient compliance using the Independent Test and ANNOVA statistical tests show that occupation, age and gender are not factors that influence patient non-compliance in taking medication except for the individual patient.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library