Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Jauhari
Abstrak :
Salah satu masalah yang dihadapi bangsa Indonesia adalah jumlah penduduk miskin yang cukup besar, yaitu mencapai 36,1 juta jiwa pada tahun 2004. Penduduk miskin dan kelaparan sering merusak Iingkungan hidup sekitar mereka untuk mempertahankan hidup, mereka menebang potion di hutan, mencari pakan ternak di wilayah terlarang, memakai tanah marjinal; dan dalam jumlah yang terus bertambah mereka memenuhi pusat perkotaan. Untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kerusakan Iingkungan perlu dilakukan pembinaan dan pemberdayaan terhadap penduduk miskin sehingga mereka dapat memperoleh penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Pembinaan dan pemberdayaan perlu dilakukan terhadap penduduk miskin di pedesaan karena sebagian besar penduduk miskin berada di pedesaan. Sebagian besar penduduk miskin di pedesaan adalah petani gurem dengan kepemilikan iahan kurang dari 0,5 hektar per rumah tangga petani (RTP). Jumlah petani gurem pada tahun 1993 adalah sebanyak 10,8 juta dan meningkat menjadi 13,7 juta pada tahun 2003. Pembinaan dan pemberdayaan penduduk miskin di pedesaan perlu dilakukan melalui pengembangan sektor pertanian yang terbukti menyerap banyak tenaga kerja dan menghasilkan komoditas pangan. Di antara komoditas pertanian yang dapat berperan dalam diversifikasi pangan dan dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan petani adalah komoditas jagung. Pengembangan budidaya tanaman jagung memiliki prospek ekonomis, yaitu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan berpeluang untuk diekspor ke luar negeri. Namun, pengembangan budidaya tanaman jagung secara intensif dan secara monokultur di Iingkungan alam Indonesia yang memiliki ekosistem hutan hujan tropis akan berakibat pada terjadinya degradasi Iingkungan, terganggunya keseimbangan ekosistem dan tidak berkelanjutan. Untuk mengatasi dampak yang merugikan terhadap lingkungan tersebut, perlu dilakukan pembinaan dan pemberdayaan terhadap petani agar mereka dapat melaksanakan dan mengembangkan sistem pertanian terpadu dan berkelanjutan, yang dapat menjaga kesuburan sumberdaya lahan pertanian secara berkelanjutan, menjaga keseimbangan ekosistem, tidak menremari lingkungan dan dapat meningkatkan produktivitas serta memberikan keuntungan kepada petani. Sistem pertanian berkelanjutan akan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dan peslisida kimia, sedangkan Iimbah pertanian yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia. Pembinaan dan pemberdayaan petani dalam pengembangan sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan melalui kemitraan agribisnis. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan model sistem pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selain itu juga untuk mendapatkan model kemitraan agribisnis yang dapat membina petani dalam pengembangan pertanian berkelanjutan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan penjelasan deskriptif-eksploratori untuk memperoleh gambaran petani dalam hubungannya dengan pengembangan pertanian berkelanjutan. Sumber data primer diperoleh dari petani responden (33 petani) Desa Mojo, Kec. Andong, Kab. Boyolali serial lembaga Pembina petani, yaitu: PT. Dharma Niaga (Kemitraan Usaha Bersama) dan CV. Dus International Trading (Program Pembangunan Kemandirian Ekonomi Rakyat Melalui Pertanian Organik Terpadu). Berdasarkan hasil penelitian diajukan perlunya pengembangan sistem pertanian polikultur yang sesuai dengan dengan tipologi lingkungan Indonesia berbentuk hutan hujan tropis, berbeaya rendah dan sedikit masukan sumberdaya dari luar ekosistem pertanian. Selain itu, perk] dikembangkan kemitraan agribisnis yang tidak hanya dapat meningkatkan penghasilan petani tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan petani dalam perbaikan kualitas ekosistem pertanian.
A problem faced by Indonesia is the fairly large number of poor people, with totaled 36.1 million in 2004. The poor and hungry often destroy the environment where they live just to survive; they cut down trees in forests, they look for cattle feed in restricted areas, they use marginal lands, and in increasing number they crowd city centers. In order to deal with problems of poverty and damaged environment, upgrading and empowering disadvantaged people should be initiated to help them make money to meet their own needs. The upgrade and empowerment programs should be aimed at poor people in villages because the fact shows that most of those living below poverty line are rural areas. Many of them are small farmers with land ownership of less than 0.5 hectare per household. The number of small farmers increased from 10.8 million in 1993 to 13.7 million in 2003. Upgrading and empowering poor villagers should be done by promoting the agriculture sector which has shown to have employed many workers and provided food products. One of the agricultural commodities that are significant in food diversification and can be developed to increase farmers income is maize. Cultivating maize has economic potential because the crops can supply domestic demands and foreign export. However, intensive and monoculture maize plantation in Indonesia with its tropical rain forest ecosystem could lead to environmental degradation and ecosystem imbalance, and would not be sustainable. In order to eliminate the damaging effects to the environment, it is necessary to upgrade and empower farmers to enable them to carry out and develop an integrated and sustainable agricultural system capable of keeping farmlands sustainably fertile, the ecosystem in balance and the environment dean and intact, as well as improving productivity and giving benefits to farmers. A sustainable agricultural system can minimize the use of chemical fertilizers and pesticides, and the produced wastes can be used as forage for ruminants. Farmers upgrading and empowering programs for developing a sustainable agricultural system is possible through an agribusiness partnership. The reseach aimed to gather a model of the sustainable and environmental friendly agriculture system. The reseach to gather too a model of the agriculture partnership will be can to empowering farmers in the promotion of sustainable agriculture. The reseach methode is survey methode with the exploratory-description to gather the farmers Image in promotion of sustainable agriculture. The primer resource from farmers in Desa Mojo, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali and the empowering farmers institute (PT. Dharma Niaga and CV. Dus International Trading). Based on the reseach above, it's suggested the promotion of policuiture agriculture system that in agreement with the environmental tipology of Indonesia is tropical rain forest, in low cost and low external input sustainable agriculture. It's. suggested too the promotion of the agribusiness partnership that just not can giving benefits to farmers but can also empowering farmers to increasing quality of the agriculture ecosystem.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Ahmad Jauhari
Abstrak :
Mikroplastik didefinisikan sebagai partikel plastik dengan ukuran <5 mm. Mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh organisme air khususnya ikan melalui oral dan insang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan kelimpahan mikroplastik pada air, insang dan saluran pencernaan ikan mujair Oreochromis mossambicus (Peters, 1852) serta menguji perbedaan kelimpahan mikroplastik pada ikan mujair di Danau Kenanga dan Danau Agathis Universitas Indonesia. Penelitian dilakukan di Departemen Biologi FMIPA UI, Depok. Sampel ikan mujair diperoleh sebanyak total 20 ekor dari kedua danau dengan panjang tubuh relatif antara 16--19 cm. Insang dan saluran pencernaan dari 20 sampel ikan mujair diisolasi, kemudian diekstraksi dan dihancurkan menggunakan larutan asam nitrat (HNO3) 65%. Sampel yang telah diekstraksi kemudian diberi larutan NaCl jenuh agar mikroplastik mengapung ke permukaan. Sampel diteteskan sebanyak 1 ml pada Sedgwick Rafter Chamber kemudian diamati di bawah mikroskop dan dihitung jumlah mikroplastik berdasarkan bentuk partikelnya. Total kelimpahan rata-rata mikroplastik pada air Danau Kenanga sebesar 1.766,6 ± 40,11 partikel/L, sementara total kelimpahan rata-rata mikroplastik air pada Danau Agathis sebesar 1.885,53 ± 106,27 partikel/L. Total kelimpahan rata-rata mikroplastik ikan mujair pada Danau Kenanga di insang sebanyak 6.232 ± 1.898,66 partikel/ind dan di saluran pencernaan sebanyak 9.108 ± 4.027,14 partikel/ind, sementara total kelimpahan rata-rata mikroplastik ikan mujair pada Danau Agathis di insang sebanyak 6.716 ± 2.467,67 partikel/ind dan di saluran pencernaan sebanyak 4.038 ± 2.180,75 partikel/ind. Persentase komposisi bentuk mikroplastik yang ditemukan dominan pada Danau Kenanga terdapat bentuk fragmen sebesar 40% di air; fiber 80% di insang dan fiber 75% di saluran pencernaan, Sementara komposisi bentuk mikroplastik yang ditemukan dominan pada Danau Agathis terdapat bentuk fiber sebesar 43% di air; 75% di insang dan 67% di saluran pencernaan. Hasil analisis statistik Uji Mann-Whittney menunjukkan adanya perbedaan secara signifikan kelimpahan mikroplastik pada ikan mujair di Danau Kenanga dan Danau Agathis, Universitas Indonesia. ......Microplastics are define as plastic particles with a size of <5 mm. Microplastics can enter the body of aquatic organisms, especially fish through the mouth and gills. This study aims to determine the shape and abundance of microplastics in water, gill and digestive tract tilapia fish Oreochromis mossambicus (Peters, 1852) at Kenanga Pond and Agathis Pond, University of Indonesia and to analyze and examine differences in the abundance of microplastics in tilapia fish at Kenanga Pond and Agathis Pond, University of Indonesia. The study was conducted at Department of Biology FMIPA UI, Depok. Total 20 tilapia fish from the two lakes with relative length between 16--19 cm. Gills and digestive tract samples were obtained of tilapia fish were isolated, extracted and then crushed using a saturated solution of nitric acid (HNO3) 65%. The extracted sample is then given NaCl solution so that the microplastic floats to the surface. As much as 1 ml NaCl were dropped in the Sedgwick Rafter Chamber then observed under a microscope. The number of microplastic was calculated based on the type. The average total abundance of microplastics in the water of Kenanga Pond was 1.766,6 ± 40,11 particles/L, meanwhile the average total abundance of microplastics in the water of Agathis Pond was 1.885,53 ± 106,27 particles/L. The average total microplastics in tilapia gill at Kenanga Pond was 6.232 ± 1.898,66 particles/ind and in the digestive tract was 9.108 ± 4,027.14 particles/ind, meanwhile the average total abundance microplastics in tilapia gill at Agathis Pond was 6.716 ± 2.467,67 particles/ind and in the digestive tract was 4.038 ± 2.180,75 particles/ind. The percentage composition of the microplastic form that was found dominant at Kenanga Pond were as much as 40% fragments in the water; 80% fiber in the gills and 75% fiber in the digestive tract. Meanwhile, the percentage composition of the microplastic form that was found dominant at Agathis Pond were as much as 43% fiber in the water; 75% in the gills and 67% in the digestive tract. The results of the Mann-Whittney test statistical analysis showed that there was significant difference between abundance of microplastics in tilapia fish at of Kenanga Pond and Agathis Pond, University of Indonesia.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library