Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustar
"Dalam lingkup proses pengendalian sistim keselamatan kerja, pengukuran mempunyai fungsi untuk menentukan masalah keselamatan kerja yang terdapat pada sistim produksi, dan menilai daya guna dari sistim keselamatan kerja yang ada. Dengan pengukuran yang beda, kita akan mampu meramalkan potensi bahaya, menilai besarnya resiko bahaya, menentukan masalah keselamatan kerja, merumuskan cara pengendalian /pencegahan kecelakaan yang paling tepat dan objektif.
Di Indonesia, sebagian besar pengukuran usaha keselamatan kerja masih didasarkan pada tingkat kekerapan cidera cacat ( IFR) dan tingkat keparahan cidera cacat (ISR). Karena kelemahan pengukuran ini, maka sulit bagi kita untuk menentukan masalah keselamatan kerja yang ada dalam sistim produksi, dan daya guna dari program keselamatan kerja juga sulit dicapai, serta manjemen kurang terdorong untuk mendukumg usaha keselamatan kerja.
Akibatnya sebagian besar usaha keselamatan kerja di Indonesia dilaksanakan berdasarkan suatu program yang sudah rutin, tidak terarah, memboroskan biaya,dan tidak didukung manajemen karena manajemen tidak bisa melihat permasalahan pada sistim keselamatan kerja melalui pengukuran IFR dan ISR.
Melihat pentingnya masalah pengukuran ini bagi perkembangan usaha keselamatan kerja menjadi profesi yang mapan di Indonesia maka sudah saatnya bagi tenaga profesi keselamatan kerja mulai memikirkan pengembangan dan penerapan segi pengukuran usaha keselamatan kerja yang cook bagi lingkungan perusahaan dimana ia berada.
Bahan Bacaan : 12 (1970 -1992)

In the scope of controlling of safety management system, the function of measurement is to identify the safety problem that exist in the production system, and to evaluate the function of the safety management that is used in the organization, Good measurement will help us to predict the tendency of the hazard, to estimate the risk of the hazard, to identify the problem of occupational safety and to formulate how to prevent the accident in a effective manner.
In Indonesia most of safety performance measurement is still based on the Disabling Injury Frequency Rate (IFR) and disabling Injury Severity Rate (ISR). Because of the weakness of this measurement it is difficult for us to search the safety problem in the production system and the goal of safety program is hard to achieve and the management of the organization give less support to the program.
Base on the reason above nearly all safety programs useless, wasting time and money and not supported by management since management can not see the problem of safety performance and consider all go well.
Considering the importance of safety performance measurement for the development of safety program, it is the responsibility for the safety professional to search and develop the method and technique of good safety performance measurement in the organization where he works.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13003
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Agustar
"Pada aplikasi temperature tinggi (>650℃) setelah pemakaian beberapa lama. Kebanyakan material akan kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan kekuatan serta ketahanan terhadap oksidasi dan korosi temperature tinggi serta kekuatannya akan menurun. Hal ini akan mengakibatkan pendeknya umur pakai dari material dan harus segera diganti yang tentu saja akan menambah biaya.
Pada penelitian ini dilakukan pemanasan isothermal hingga temperature 950°C dengan neningkatan waktu tahan 0, 1, 2, 3, 4, hingga 5 jam. Dengan semakin lamanya waktu whan. maka ukuran butir akan semakin besar pula dan presipilat yang ada dalam marerial Ni-base superalloy juga akan larut. Presipitar ini berfungsi untuk menghambat pertumbuhan butir.
Pada penelitian yang dilakukan terjadi kenaikan ukuran bulir setelah pemanasan isothermal dengan waktu tahan 5 jam sebesar 9,31 pm dibandingkan dengan ukuran butir pemanasan tanpa waktu tahan yang hanya sebesar 99,91 pm.
Peningkatan waktu tahan 1-5 jam pada temperatur 950°C maka cenderung terjadi penurunan kekersan dari 170 kg/mm2 menuju 151 kg/mm2, kecuali pada pemanasan tanpa waktu tahan kekerasan naik dari 161 kg/mm2 menuju 170 kg/mm2.
Setelah melakukan perhitungan toritis didapat nilai n sebesar 22, Q sebesar 438.933 J/mol, dan A sebesar 1.1 x 10 58. Dari nilai tersebut maka didapat modifikasi dari model Sellars yang digunakan untuk memprediksi pertumbuhan butir Nickel-base superalloy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library