Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Supriyanto
Abstrak :
Usul fikih, yang merupakan metodologi perumusan fikih atau hukum Islam, disusun secara konseptual dan sistematis pertamakali oleh Imam Syafi'i. Dalam proses perumusan usul fikihnya itu, Al-Syafi'i melakukan sintesis terhadap dua pemikiran usul fikih sebelumnya yang is kuasai kedua-duanya dengan baik : pemikiran yang bercorak rasional (ahl al-ra?y) yang diimami oleh Imam Abu Hanifah, dan pemikiran yang bercorak tradisional (ahl al-hadits) yang dimotori oleh Imam Malik. Metodologi ilmiah yang berhasil disusun Al-Syafi'i tersebut kemudian diikuti dan digunakan tidak saja oleh para ilmuwan hukum Islam, tetapi juga digunakan dalam disiplin ilsnu keislaman lain, seperti ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu logika (mantik), ilmu bahasa dan sastra Arab, dan sebagainya. Ini dikarenakan apa yang telah berhasil dibangun Al-Syafi'i tersebut merupakan kerangka epistemologis yang bersifat dasar yang bisa digunakan secara umum. Selain berhasil menyusun metodologi perumusan fikih, Al-Syafi'i juga berhasil menunuskan sutuber hukum Islam yang tersusun secara hirarkis, yaitu : AI-Qur'an, Al-Hadis, Ijmak, dan Qiyas. Dua somber hukum pertama masuk kategori wahyu (divine revelation), sementara dua sumber hukum berikutnya masuk kategori akal (human reason). Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa Al-Syafi'i telah berhasil mengintegrasikan atau mensintesiskan wahyu di satu sisi, dan akal di sisi lain. Hanya saja, akal ditempatkan Al-Syafi'i di bawah wahyu, yang kebebasannya dibatasi dan digunakan hanya sekadar untuk mengokohkan wahyu. Ini bisa dibuktikan terutama oleh pandangannya yang menganggap qiyas sebagai satu-satunya metode ijtihad, dan menolak metode lain yang relatif memberikan ruang yang lebih luas bagi akal, seperti istihsan (preferensi juristik) dan istislah (keniaslahatan juristik). Pemikiran panting lain, yang juga dibangun pertama kali oleh Al-Syafi'i, yang kemudian dijadikan referensi panting dalam perumusan metode ilmiah dalam disiplin ilmu-ilmu keistaman, adalah upayanya melahirkan konsep Al-bayan. Al-bayan (secara harfiah berarti `penjelasan'), yang diuraikannya dalam karya usul fikihnya yang begitu monumental, Al-Risalah, pada awalnya memang merupakan analisis tekstual (kebahasaan) sebagai upaya metodis memahami Al-Qur'an. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, al-bayan digunakan sebagai kerangka epistemotogis dan metode ilmiah tidak saja bagi ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga ilmu pengetahuan pada umumnya, terutama ilmu sosial, budaya, dan humaniora.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T13374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Supriyanto
Abstrak :
Pada mulanya pelaksanaan bantuan untuk rehabilitasi dan pembangunan sekolah diserahkan kepada pihak ketiga untuk melaksanakan pembangunan. Namun banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan fisik sekolah yang berdampak kualitas pembangunan sangat buruk dan tidak sesuai dengan besarnya dana. Keadaan ini memunculkan kebyakan pengaluran dana blockgrant langsung ke sekolah. Pola pelaksanaan pembangunan dengan metode swakelola adalah kondisi dimana pihak sekolah dapat melakukan pelaksanaan pembanguan tanpa melakukan kontrak pada pihak ketiga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan penyaluran dana bfockgrant untuk pembangunan sekolah dengan metode swakelola. Kegiatan penyaluran dana blockgrant swakelola dapat dilihat sebagai proses manejemen proyek dengan 5 tahap proses manejemen yaitu : lnisiasi penencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan penutup. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktonfaktor dominan pada proses manejemen yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kinerja penyaluran dana blockgrant oleh institusi pusat. Metode penelitian menggunakan instrumen quisioner berisi tingkat frequensi dan dampak pada masing-masing item vanfabel hasil perkalian tingkat frekuensi dan dampak dinyatakan sebagai tingkat pengaruh suatu variabel terhadap kinerja penyaluran dana blockgrant oieh institusi pendidikan pusat. Responden terdiri dan personil instritusi di depdiknas, institusf pendidikan di daerah dan fihak sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan telah mengidentifkasi faktor dominan yang mempengaruhi kinerja panyalunan blockgrant adalah pada proses perencanaan dengan variabel " Ada sekolah menyambut program dana blockgrant swakelola tidak berdasarkan kebutuhan sekolah hanya ingin mernperoleh bantuan semata", "Ada anggota tim "yang terlibat pada kegiatan yang lain" dan " Pemilihan anggota tim tidak berdasarkan kemampuan ". Nilai kinerja penyaluran dana blockgrant adalah 84,014 % dengan kategori sedang.
At first the distribution of rehabilitation and school construction funds were handed over to contractors to carry out the constracs. Mis-management in implementation produced poor quality of the constructions due to reduction of actual funds. This condition introduced new policies for distributing blockgrant to schools. New contracting methods of self management construction then permitted schools to carry out the construction without involving contractors. The aim of this research is to identify factors influencing the success of blockgrant distribution to the school constructions with self management. Blockgrant distribution with self management can be indentified as Project Management Process Groups. These processes are aggregated into live groups : lnisiating, planning, executing, controlling and closing. The research is to understand the dominant factors in the self management process which influences the success of blockgrant distribution conducted by the Central Office. The methodology of research used was questionnaires which combined levels of frequency and impact representing variables of levels influence effecting distribution of blockgrant conducted by the Central Oliice. The respondents were personal of The Ministry of National Education, personel of District Office and School Staff. The research concluded that main factors which influence blockgrant distribution performance in the planning process are as follows: "School receives blockgrant as self management has not been based on school need but more for obtaining funds" , " The selection of the team members from the Central Office was not based on ability' and "Some team members were often accopied with other activities". Blockgrant Distribution performance was 84.014 % with the fair category.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Supriyanto
Abstrak :
Tujuan penelitian dengan judul "Tinjauan Prinsip Strict Liability Dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen" ini bertujuan antuk mengetahui pengertian strict liability serta penerapannya di berbagai negara serta kemungkinan penerapannya dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen. Penelitian ini mempergunakan metode penelitian normatif. Data diperoleh dengan cara studi dokumen berupa data sekunder baik berupa bahan hukum primer, sekunder maupun tertier. Selanjutnya data sekunder tersebut dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Merupakan suatu langkah lebih maju dari masa sebelumnya dengan diundangkannya Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen di Indonesia. Pada umumnya konsumen mempunyai posisi tawar relatif lebih rendah dibanding pelaku usaha, maka dengan disahkannya undang-undang tentang perlindungan konsumen hak-hak dan kepentingan konsumen secara yuridis mulai diperhatikan. Kelemahan posisi tawar konsumen tersebut menyebabkan konsumen yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha enggan untuk menuntut atau mengajukan gugatan ganti kerugian. Salah satu sebabnya adalah ketidak mampuan konsumen untuk membuktikan adanya kesalahan pihak pelaku usaha. Undangundang Perlindungan Konsumen, melalui Pasal 28 menyatakan bahwa pembuktian ada tidaknya kesalahan dalam gugatan ganti rugi merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha. Berdasarkan cara pembuktian seperti ini, maka pelaku usaha sejak awal dianggap selalu bertanggung jawab untuk memberikan ganti kerugian kepada konsumen, kecuali ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah, maka ia bebas dari tanggung jawab untuk membayar ganti kerugian. Perihal tanggung jawab, dalam hukum dikenal ada beberapa jenis yaitu tanggung jawab berdasarkan kesalahan; praduga untuk selalu bertanggung jawab; praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab; praduga untuk bertanggung jawab dengan pembatasan dan tanggung jawab mutlak atau tanggung jawab langsung. Jenis tanggung jawab "praduga untuk selalu bertanggung jawab" adalah jenis tanggung jawab yang dimaksudkan dalam Pasal 28 UUPK. Meskipun Pasal 28 tersebut telah menerapkan beban pembuktian terbalik, namun masih terkait dengan pembuktian ada tidaknya unsur kesalahan. Hal ini berbeda pada "tanggung jawab mutlak", yang tidak memperhatikan sama sekali adanya unsur kesalahan. Berdasarkan konsep tanggung jawab mutlak ini, pelaku usaha harus selalu bertanggung jawab tanpa memperhatikan apakah ia bersalah atau tidak. Yang bisa membebaskan pelaku usaha dari tanggung jawabnya untuk memberikan ganti kerugian pada konsumen hanya apabila terjadi force majeure. Di negara-negara maju, konsep tanggung jawab mutlak (strict liability) ini telah diterapkan dalam hukum perlindungan konsumen mereka. Pada umumnya diterapkan pada masalah-masalah yang mengandung resiko menimbulkan bahaya besar yang mengancam keselamatan jiwa ataupun harta benda konsumen. Walaupun konsep tanggung jawab mutlak tersebut bertentangan dengan az as hukum "praduga tidak bersalah" yang' berlaku secara universal, tetapi dianggap cukup relevan untuk diterapkan dalam hukum perlindungan konsumen, asalkan penerpannya secara selektif, tidak pada semua kasus perlindungan konsumen. Kendati kalangan konsumen mengharapkan, namun Undang-undang Perlindungan Konsumen Indonesia, sejauh ini belum menerapkan konsep tanggung jawab mutlak (strict liability) tersebut.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T37168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.P.C. Agus Supriyanto
1984
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Supriyanto
Abstrak :
Proses korosi adalah peristiwa berkurangnya mutu material akibat reaksi kimia/elektro kimia dengan lingkungan yang terjadi secara alamiah. Khusus bidang industri otomotif, proses korosi merupakan hal yang paling sering menjadi masalah utama. Oleh karena itu perlu dilakukan perlindungan/proteksi untuk menjaga mutu material.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S27571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Supriyanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S38585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Supriyanto
Abstrak :
Proses korosi adalah peristiwa berkurangnya mutu material akibat reaaksi kimia/elektro kimia dengan lingkungan yang terjadi secara alamiah. Khusus di bidang industri otomotif proses korosi merupakan hal yang sering menjadi masalah utama. Oleh karena itu perlu dilainkan perlindungan/proteksi untuk menjaga mutu material.

Pelapisan (coating) merupakan salah satu cara untuk perlindungan korosi yang dapat mencegah terjadinya kontak logam yang dilindungi dengan lingkungan. Bahan pelapis tersebut dapat dibuat dengan proses yang sederhana dengan memanfaatkan sludge.

Sludge merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan dari industri minyak bumi yang tidak dapat dibuang begitu saga ke alam bebas karena dapat mencemari lingkungan. Komposisi utama dari sludge selain mengandung pasir/lumpur dan air juga mengandung hidrokarbon (HC). Secara fisik berwarna gelap agak lengket (memiliki daya lekat hampir menyerupai aspal/bitumen.

Salah satu cara pemanfaatan sludge adalah untuk bahan pelapis organik untuk perlindungan korosi. Dengan cara mengatur komposisi sludge, talk, dan resin sebagai pengikat (binder) serta zat aditif lainnya dalam zat pelarut dapat dihasilkan zat anti karat dengan karateristik yang optimum.

Dari hasil penelitian pengaruh resin dan talk dalam pelapis anti karat berbasis sludge menunjalckan bahwa komposisi resin dan talk akan memiliki ketahanan korosi yang tinggi bila memiliki nilai yang optimum(komposisi B4 Resin/talk(40/140) dan B18(60/180)). Penambahan resin dengan diikuti penambahan talk akan didapat komposisi yang optimum. Daya lekat dari semua komposisi sangat kurang karena adanya kandungan minyak di dalam sludge.
2000
S41576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Supriyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Lemari Es (refrigerator/freezer) adalah satu bentuk aplikasi heat transfer dan merupakan alat refrigerasi yang paling banyak digunakan pada keseharian kegiatan rumah tangga. Fungsi utamanya yang menjaga makanan/minuman agar tetap segar dan bebas dari kerusakan atau pembusukan, membuat hampir setiap rumah tangga mayoritas di perkotaan, menggunakan peralatan tersebut.

Penggunaan lemari es sistem konvensional dengan kondensor berpendingin secara alamiah (didinginkan oleh udara terbuka), adalah yang tipe paling umum digunakan selama ini. Tingkat konsumsi energi listrik yang relatif kecil (60-100 watt) pada alat tersebut, membuat pabrikan lemari es dan juga pengguna rumah tangga kurang memperhatikan akan kemungkinan dilakukannya efisiensi penggunaan daya listrik tersebut.

Sistem pendinginan kondensor secara alamiah tersebut dapat digantikan dengan sistem konveksi paksa, dengan mengaplikasikan tambahan alat (blower/exhaust fan) pada sisi belakang kondensor. Dengan konveksi paksa tersebut, maka laju pendinginan (laju perpindahan kalor) kondensor dipaksa menjadi lebih cepat, laju pendinginan meningkat, sehingga lebih lanjut, kerja kompresor menjadi lebih efektif dan proses pendinginan lemari es dapat berlangsung lebih cepat. Diharapkan dengan laju pendinginan yang cepat, kerja kompresor menjadi lebih dingan dan siklus konversi energi menjadi lebih efisien, sehingga konsumsi energi yang diperlukan dapat diperkecil. P

emilihan yang tepat dari sistem konveksi paksa pada lemari pendingin tersebut diharapkan dapat memberikan pengurangan konsumsi energi listrik. Penghematan daya listrik untuk setiap lemari es tersebut, bila diakumulasikan dengan pengguna alat tersebut secara keseluruhan, diharapkan secara umum mampu memberikan kontribusi terhadap penghematan sumber daya energi.

Dari hasil percobaan ternyata sistem konveksi paksa akan menunjukkan hasil yang optimal dengan penambahan blower fan yang dipasang pada sisi atas kondensor dengan variasi pengaturan voltase sebesar 12 volt.
2001
S49248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Supriyanto
Abstrak :
Keselamatan kerja (safety) merupakan salah satu kriteria dari kontraktor dalam mengukur kesuksesan proyek konstruksi. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebuah bagian yang sama pentingnya dari perencanaan dan pengendalian proyek EPC yang efektif seperti biaya (cost), penjadwalan (schedule), pengadaan (procurement), dan kualitas (quality). Kecelakaan kerja muncul karena berbagai kejadian (tidak terduga) terjadi pada saat yang bersamaan. Akar penyebab terjadinya kecelakaan dapat dikelompokkan sebagai immediate cause dan contributing cause yang disebabkan oleh faktor manusia, bahan material, peralatan, cara kerja, lingkungan, dan manajemen. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan identifikasi dan evaluasi mengenai faktor risiko penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada proyek EPC sehingga memungkinkan untuk mengalokasikan tindakan pencegahan dan tindakan koreksi dalam suatu cara yang lebih efisien dan efektif sehingga risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat dicegah dan ditanggulangi. Metode analisa yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode Analytical Hierarchy process (AHP), yaitu suatu metode yang digunakan untuk mencari faktor - faktor risiko penyebab terjadinya kecelakaan kerja dengan memberikan peringkat/rangking dari hasil survey yang didapat. Studi kasus dilakukan pada PT. X. Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan didapat faktor risiko penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang sering muncul pada PT. X adalah faktor manusia seperti tidak disiplin dalam menggunakan APD. Penanganan risiko yang disebabkan faktor manusia perlu dilakukan sosialisasi dan pengarahan melalui JSA, safety tool box meeting, safety training kepada pekerja mengenai budaya kerja yang aman dan budaya memperhatikan keselamatan kerja. ......Safety is one of criterion from contractor in measuring successfulness of construction project. Health and safety are part that important as well as planning and control of effective project EPC such as cost, scheduling, procurement, and quality. Accident emerges because of various occurence (unexpected) happened at the same time. Root on cause of the accident can be grouped as immediate cause and contributing cause which caused by factors of human being, material substance, equipment, way of work, environment, and the management. Therefore in this research is to identify and evaluate on risk factors that cause accident at EPC project so that enable to allocate preventive and corrective action in a way of effective and more efficient so that risk of accident can be prevented and overcome. Analysis method that is used for examining variable in this research is a Analytical Hierarchy process (AHP) method, that is used to find risk factors that cause accident by giving ranks from survey result. Case study at PT. X From analysis and research result show the cause of accident at PT. X is human cause such as has no discipline of using personal protective equipment. Risk respone of human cause should be done an activities such as socialize using JSA, safety tool box meeting to all workers focus on how to make a safety condition at work.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35745
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library