Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Sopian
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pola pikir yang melatarbelakangi penggunaan kalimat suru dan naru yang terdapat di dalam novel Memushiri Kouchi karya Oe Kenzaburo (1958), peraih hadiah nobel bidang kesusastraan tahun 1994. Suru dan naru adalah istilah linguistik yang digunakan oleh Ikegami dalam tipologi bahasa Jepang. Masing-masing difokuskan pada kalimat yang bermakna perbuatan dan kejadian. Di dalam novel yang dikaji, suru dan naru merupakan kalimat yang dituturkan tokoh-tokoh di dalam cerita sebagai respon atas situasi yang muncul di dalam perjalanan kelima belas orang remaja yang diabaikan oleh keluarganya pada akhir Perang Dunia II. Hasil analisis menunjukkan bahwa tuturan berupa kalimat suru dan naru dilatarbelakangi budaya girl terhadap nama bail( dan sikap pasif yang tercakup dalam mentalitas curiae masyarakat Jepang. Hal ini dimaksudkan agar penutur dapat menjaga nama baiknya sekaligus perhatian kepada lawan bicara agar tidak merasa tersinggung.
ABSTRACT
The focus of this study is to explain the way of thinking behind the use of suru and naru sentences in Memushiri Kouchi, a novel by Oe Kenzaburo - noble prize winner of literature in 1994. Suru and naru are linguistic terms introduced by Ikegami for Japanese language typology which respectively focused on doing and becoming. In this study, suru and naru are utterances of fifteen kids in responding situation occurred during their long journey. They had been abandoned by their own family in the end of World War II. Analysis result of this study shows that suru and naru utterances are based on Japanese culture called girl by credibility and aurae mentality of Japanese society. These are meant to be a notice for the speaker to keep their credibility stood still, and to avoid humiliation to anyone.
2007
T20695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sopian
Abstrak :
Dalam perekrutan anggota barisan propaganda, Jepang rrmengikutsertakan seniman-senimannya selain tentara Jepang itu sendiri. Propaganda sangat diperlukan untuk dapat mewujudkan segala keinginan Jepang atas tanah pendudukan. Namun tidak semua setuju dengan peraturan dan cara yang ditempuh tentara Jepang. Jawa Sarasa yang ditulis Takeda - yang berlatar belakang sebagai seorang sastrawan - selama masa tugasnya di Indonesia memaparkan ketidaksetujuannya itu. Meskipun demikian ia tidak pernah rnengesampingkan rasa hormatnya terhadap kaisar. Jawa Sarasa sebagai catatan perjalanan Takeda pada zaman -pendudukan Jepang sangat berarti untuk mengetahui pandangan dan sikapnya pada waktu itu sebagai bagian untuk merekonstruksi sejarah dalam nuansa yang berbeda dari penulisan sejarah Indonesia zaman Jepang pada umumnya. Karya tersebut tidak beredar di Indonesia tetapi beredar di Jepang. Oleh karena itu tidak berdampak pada masyarakat Indonesia dan hanya berdampak untuk masyarakat Jepang, karena karya itu sendiri ditulis dalam bahasa Jepang
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S12159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library