Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faiz Agung Baskoro
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran tentang bagaimana tekanan di kehidupan sehari-hari, coping agama, dan stress-related growth terjadi pada pemeluk Syiah di Indonesia. Tekanan yang dimaksud disini adalah (1) tekanan akibat status minoritas, (2) tekanan akibat tindakan para pengikutnya sendiri, (3) tekanan akibat kesalahpahaman dan kurangnya pemahaman dari pemeluk agama mayoritas, (4) tekanan akibat tuntutan dari agama atau komunitas keagamaan, dan (5) tekanan akibat kebencian dan penolakan. Metode fenomenologi digunakan dalam penelitian ini. Partisipan diajak untuk mendeskripsikan seluruh pengalaman subjektifnya terhadap tekanan-tekanan tersebut. Beberapa partisipan melaporkan bahwa mereka mengalami suatu perkembangan kualitas diri setelah mengalami tekanan-tekanan tersebut, yaitu perkembangan filosofi hidup (contoh: memiliki prioritas baru yang lebih positif), perkembangan spiritual (contoh: memiliki ikatan spiritual yang lebih kuat), dan perkembangan sumber daya pribadi (contoh: memiliki etos kerja yang lebih baik). Hal ini hanya terjadi pada partisipan yang menggunakan problem-focus coping dan coping agama, yaitu menggunakan keyakinan agama untuk merekonstruksi pengalaman stressful secara lebih positif. Mereka memiliki suatu kedekatan emosional dan spiritual dengan pembimbing spiritual dan tokoh-tokoh suci yang mereka cintai sebagai suatu sumber inspirasi spiritual khususya ketika menghadapi tekanan.

ABSTRACT
This study aimed to describe how the daily life stressful experience, religious coping, and stress-related growth occurred in Indonesian Shiite. The stressful experience referred to this study are (1) stress due to minority status, (2) stress due to the actions of their own followers, (3) stress due to misunderstanding and lack of understanding of the majority religion, (4) stress due to demands from religion or religious communities, and (5) stress due to hatred and rejection. Phenomenological method used in this study. Participants were invited to described their entire subjective experienced regarding these stresses. Some participants reported that they experienced a development of self-quality after experiencing these stresses, namely the development of a philosophy of life (e.g. having a new positive priority), spiritual development (e.g. having a stronger spiritual bond), and the development of personal resources (e.g. having a better work ethic). These only happens to participants who use problem-focus coping and religious coping, that is, using religious beliefs to reconstruct the stressful experiences in more positive way. They have an emotional and spiritual closeness with spiritual guides and sacred figures whom they love as a source of special spiritual inspiration when faced with stressful situation.
"
2020
T55171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Baskoro
"Besi merupakan elemen pengotor dalam paduan aluminium tuang yang bersifat merusak jika kadarnya berlebih. Kehadiran elemen ini dalam paduan aluminium umumnya dihasilkan dari penggunaan peralatan baja dan penambahan material scrap saat proses pengecoran. Pada kondisi kesetimbangan, kelarutan padatan besi dalam larutan padat aluminium sangat rendah (~0,05%) sehingga akan membentuk fasa intermetalik di dalam paduan aluminium. Pada paduan Al-Si, fasa intermetalik yang umum terbentuk adalah ?-Al8Fe2Si, yang berbentuk chinese script, dan ?-Al5FeSi, yang berbentuk jarum. Kehadiran fasa intermetalik ini, terutama ?-Al5FeSi, dapat menurunkan sifat mampu cor dan sifat mekanis paduan Al-Si. Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan fasa intermetalik dalam paduan aluminium, antara lain komposisi paduan, superheat leburan, laju pendinginan, dsb. Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh kadar besi dan temperatur tuang terhadap sifat mampu cor, khususnya nilai fluiditas serta morfologi fasa intermetalik yang terbentuk pada paduan Al-Si hipoeutektik. Pengujian nilai fluiditas paduan Al-Si hipoeutektik ini dilakukan dengan menggunakan alat uji fluiditas vakum. Kadar besi yang bervariasi, yaitu 0,5 wt%, 1,0 wt%, 1,4 wt% dan 1,8 wt%, ditambahkan ke dalam paduan Al-Si hipoeutektik untuk mengetahui pengaruh kadar besi terhadap nilai fluiditas. Pengujian fluiditas ini dilakukan pada temperatur tuang yang bervariasi, yaitu 660_C, 680_C, 700_C dan 720_C, sehingga pengaruh superheat leburan terhadap fluiditas juga dapat diketahui. Untuk mengetahui morfologi fasa intermetalik yang terbentuk dilakukan pengamatan sampel hasil uji fluiditas dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan peningkatan temperatur tuang maka nilai fluiditas paduan Al-Si hipoeutektik akan semakin meningkat, namun dengan penambahan kadar besi maka nilai fluiditas akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan dengan penambahan kadar besi maka ukuran dan jumlah fasa intermetalik yang berbentuk jarum (?-Al5FeSi) akan semakin bertambah. Fasa intermetalik tersebut akan menghalangi saluran interdendritik sehingga logam cair semakin sulit untuk masuk ke dalam cetakan.

Iron is the most common and usually (at high level) detrimental impurity in aluminum casting alloys. The impurity in aluminum alloy results mainly from the use of steel tools and scrap material in casting process. As the equilibrium solid solubility of iron in the aluminum solid solution is rather low (~0,05%), iron exists in aluminum alloy in the form of Fe-rich intermetallic phases. In Al-Si hypoeutectic alloy, the most common intermetallic phases are ?-Al8Fe2Si (appears in the form of chinese script) and ?-Al5FeSi (appears in the form of platelet). The presence of intermetallic phases, especially ?-Al5FeSi, reduce castability and mechanical properties. Many factors that influence of intermetallic formation, such as alloy composition, melt superheating, cooling rate, etc. The research focused on effect iron content and pouring temperature on castability, especially fluidity and morphology intermetallic phases that form in Al-Si hypoeutectic alloy. Research on the fluidity in Al-Si hypoeutectic alloy was conducted by using the vacuum suction test. Varied iron levels, 0.5 wt%, 1.0 wt%, 1.4 wt% and 1.8 wt%, were introduced into Al-Si hypoeutectic alloy to find out their influences on the fluidity. The research was done at varied temperatures, 660_C, 680_C, 700_C and 720_C, so effect melt superheating on fluidity could be identified. Afterwards, sample of fluidity test are observed by using Scanning Electron Microscope (SEM) to identify size and morphology their intermetallic phases. The results obtained showed that the increasing pouring temperature improve the fluidity of Al-Si hypoeutectic alloy. On the other hand, the increasing iron content reduce the fluidity of Al-Si hypoeutectic alloy due to size and volume fraction of intermetallic phases, especially ?-Al5FeSi (needle-like), will increase. The intermetallic phases causes interdendritic flow channels blocked thus the flow of liquid metal more difficult to feed in the mold."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Baskoro
"Kebutuhan baja berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif serta biaya pemeliharaan yang rendah semakin meningkat dalam mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia. Salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan baja tahan korosi atmosfer yang dapat diaplikasikan dalam kondisi tidak dicat sehingga dapat memberikan kontribusi penting dalam menurunkan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada optimalisasi penggunaan elemen paduan yaitu Cu 0,25-0,35wt%, Ni 0,10-0,20wt%, Cr 0,35-0,55wt%, P 0,09-0,11wt% dan Nb 0,005-0,015wt% serta penerapan Thermo Mechanical Control Process untuk menghasilkan produk baja berkualitas secara efisien. Hasil penelitian menunjukan bahwa baja yang dikembangkan telah memenuhi standar spesifikasi JIS G3125 SPAH dengan atmospheric corrosion index sebesar 7,95 yang mengindikasikan ketahanan baja terhadap korosi atmosfer di atas standar. Selain itu, mikrostruktur yang dihasilkan adalah polygonal ferrite dan 10,35% pearlite yang seragam dengan ukuran butir 5,1-6,5 µm dimana butir halus tersebut dapat meningkatkan ketahanan korosi karena aktivitas pelarutan Fe menjadi Fe2+ membentuk γ-FeOOH dan α-FeOOH meningkat. Jika dibandingkan dengan baja karbon biasa, baja yang dikembangkan memiliki ketahanan korosi lebih baik dikarenakan pembentukan lapisan karat amorphous ferric oxyhydroxide yang mengandung Cu, P, Cr serta goethite, lepidocrocite dan Fe3O4. Selain itu kehadiran Si dalam baja tersebut secara efektif dapat mengisi dan memperbaiki lapisan karat yang lemah.

The demand for high-quality steel with competitive prices and low maintenance costs is increasing to support infrastructure development in Indonesia. The use of atmospheric corrosion resistant steel that can be applied without painting is one of the best solutions to reduce maintenance costs. Therefore, this research is focused on optimizing the use of micro alloying elements such as Cu 0.25-0.35wt%, Ni 0.10-0.20wt%, Cr 0.35-0.55wt %, P 0.09-0.11wt% and Nb 0.005-0.015wt% and implementing the Thermo Mechanical Control Process so that it can produce a quality steel efficiently. The results of this research showed that the developed steel complies with the JIS G3125 SPAH with atmospheric corrosion index is 7.95, which is higher than standard. Thus, the microstructure of the product is uniform polygonal ferrite with 10.35% pearlite, with an average grain 5.1-6.5 µm classified as very fine grain. The fine grain microstructure can increase corrosion resistance because the increasing of the electrochemical dissolution of Fe into Fe2+ resulting γ-FeOOH and α-FeOOH. In addition, the developed steel has better corrosion resistance than the ordinary carbon steel due to a layer of amorphous ferric oxyhydroxide rust formation containing Cu, P, Cr as well as goethite, lepidocrocite and Fe3O4. Moreover, the presence of Si in the steel can effectively fill and repair weak rust layers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hananto Agung Baskoro
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi niatan dan perilaku konsumen yang berikaitan dengan fitur pembayaran menggunakan QR. Payment pada konsumen Indonesia. Peneliti mengusulkan kerangka kerja konseptual berdasarkan teori Technology Acceptance Model (TAM) yang terdiri dari tiga faktor penunjuang teknologi (Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, dan Trust) satu faktor yang berkaitan dengan konteks sosial (Social Influence dan dua karakteristik pengguna individu (Perceived Enjoyment dan Perceived Behavioral Control). Kerangka riset penelitian ini diuji secara empiris dengan data yang terkumpul sebanyak 195 responden pengguna layanan QR Payment melalui survey secara online. Kemudian data yang didaptkan dianalisa melalui Structural Equation Modeling (SEM).
Hasilnya didapatkan bahwa Intention QR Code Payment memiliki pengaruh signifikan pada variael Perceived Usefulness, Social Influence, Trust, Perceived Enjoyment, dan Perceived Behavioral Control. Dilain sisi bahwa Perceived Ease of Use tidak memiliki pengaruh yang signifikan Intention to Use pada QR Payment. Penelitian ini memiliki implikasi teoritis dan praktis yang penting, terutama dalam memahami faktor-faktor penting pada sudut pandang user-centric yang mempengaruhi niatan pengguna QR Code Payment.

This study aims to identify the factors influencing consumer Behavioral of mobile payment features (QR Code payment) intention in Indonesia. We proposed a conceptual framework based on technology acceptance model (TAM) consist of three technology factors (perceived usefulness, perceived ease of use, and trust) one social context factor (social influence) and two individual user characteristics (perceived enjoyment and perceived behavioral control). The proposed research framework was empirically tested by data collected from 195 potential QR Code payment service users, through an online survey. Data were analyzed using structural equation modeling (SEM) technique.
The result shows a particularly significant positive impact of QR Code payment on perceived usefulness, social influence, trust perceived enjoyment, and perceived behavioral control. However, perceived ease of use has an insignificant impact on QR Code payment intention. Findings of the study have important theoretical and practical implications, particularly to understand important user-centric factors affecting QR Code payment customer acceptance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library