Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afifi
"Tingginya mobilitas individu di era new media membuat beberapa media cetak memanfaatkan jejaring sosial berupa Twitter sebagai sarana publikasi berita terhadap khalayak. Ditambah lagi para pengguna Twitter banyak yang memanfaatkan akun Twitter media cetak tersebut untuk mengakses berita yang diinginkan karena dianggap lebih praktis. Melihat hal tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah dengan mengakses berita via akun Twitter, individu tersebut paham dengan isi berita yang disajikan.
Penelitian ini membahas tentang hubungan penggunaan media baru berupa akun Twitter media cetak dengan pemahaman individu terhadap sebuah berita. Peneliti menjadikan berita kematian Steve Jobs pada Oktober 2011 sebagai konteks penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode kuantitatif dengan paradigma positivis.
Hasil memperlihatkan terdapat hubungan positif antara penggunaan Twitter dengan tingkat pemahaman individu terhadap sebuah berita, dalam hal ini berita kematian Steve Jobs. Artinya semakin tinggi seorang individu mengakses berita kematian Steve Jobs melalui akun Twitter media cetak maka ia semakin paham dengan informasi mengapa dan bagaimana Steve Jobs meninggal serta nasib perusahaan Apple.inc pasca kematian pemiliknya.

The high mobility of individuals in new media age makes some printed media utilizing social media such as Twitter as a medium of publishing news to the audience. Furthermore, many Twitter users who use Twitter accounts of printed media to access the desired news because it was considered more practical. According to this, the researchers wanted how deep individual understand about the content of the news while the individual access news from printed media Twitter account.
This study discusses the relationship about media usage of printed media Twitter accounts with individual understanding of news. Researchers choose the news of the death of Steve Jobs in October 2011 as a research context. The method used in this study is quantitative methods with positivist paradigm.
The results showed a positive relationship between the usage of Twitter to the level of individual understanding of a story, in this case the news of the death of Steve Jobs. In other words, the higher an individual's access to news of the death of Steve Jobs through the printed media Twitter account, the more individual understand with the information about why and how Steve Jobs died and the fate of the Apple.inc after his death.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Afifi
"Intervensi terhadap kekuasaan kekuasaan yudikatif merupakan salah satu indikasi rapuhnya prinsip kemerdekaan kekuasaan kehakiman. Korupsi yudikatif (judicial corruption) telah melemahkan eksistensi independensi kekuasaan yudikatif dalam memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara. Politik hukum pembentukan Majelis Kehormatan Hakim sebagai mekanisme pemberhentian hakim pada Mahkamah Agung seharusnya mampu menjawab permasalahan tersebut. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui, memahami, menelaah, dan menganalisis politik hukum pembentukan Majelis Kehormatan Hakim sebagai mekanisme pemberhentian hakim pada Mahkamah Agung di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif ini lebih berfokus pada studi pustaka (library research). Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, dalam era orde lama dan era orde baru, independensi kekuaan kehakiman diintervensi oleh kekuasaan eksekutif. Sedangkan pada era reformasi, bandul independensi kekuasaan kehakiman menguat. Akan tetapi, tidak diimbangi dengan akuntabilitas hakim dalam memutus suatu perkara. Kedua, gagasan yang berkembang dalam perubahan UUD 1945 selanjutnya adalah memperluas wewenang Komisi Yudisial. Keberadaan Komisi Yudisial yang tidak hanya mengangkat dan menghentikan hakim agung, tetapi juga melakukan pengawasan, walaupun bukan pengawasan mengenai masalah tindakan yudisial, tetapi dalam rangka memelihara kehormatan dan menjaga martabat hakim. Ketiga, politik hukum pembentukan Majelis Kehormatan Hakim sebagai mekanisme pemberhentian hakim pada Mahkamah Agung di Indonesia adalah membentuk wadah dimana hakim diperiksa dan membela diri. Majelis Kehormatan Hakim tetap mempertahankan pemikiran dualisme pengawasan secara internal maupun eksternal hakim agung. Majelis Kehormatan Hakim hanya melibatkan Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial secara institusional. Komisi Yudisial tidak dalam posisi untuk mengusulkan pemberhentian hakim sekaligus memutus juga sehingga ada keseimbangan kewenangan antara Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Oleh karenanya, disepakati Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial berada pada posisi setimbang dalam melakukan usulan pemberhentian terhadap hakim agung dalam Majelis Kehormatan Hakim.

Intervention against the judiciary power is one indication of the fragility of the principle of independence of judicial power. Judicial corruption (judicial corruption) weakened the independence of the judiciary existence in check, try and decide a case. Legal political formation mechanism of the Honorary Council of Judges as the dismissal of judges on the Supreme Court should be able to answer these problems . This study has the objective to find, understand, examine, and analyze legal political formation mechanism of the Honorary Council of Judges as the dismissal of judges on the Supreme Court of Indonesia. The method used in this study is a normative legal research is more focused on the study of literature (library research). The results of this study are as follows. First, in the era of the old order and the new order era , the independence of the judiciary kekuaan intervention by the executive power. While the reform era, the pendulum strengthened independence of judicial authorities. However, it is not matched by the accountability of judges in deciding a case. Second, the idea that developed in 1945 further changes are expanding the authority of the Judicial Commission. The existence of the Judicial Commission which not only lift and stop the justices, but also monitors, although not control the issue of judicial action , but in order to maintain the honor and maintain the dignity of the judge. Third, the legal political formation of the Honorary Council of Judges as a mechanism dismissal of judges on the Supreme Court in Indonesia is forming a place where judges examined and defend themselves. Honorary Council of Judges retain control duality of thought internally and externally justices. Honorary Council of Judges of the Supreme Court and only involves institutional Judicial Commission. Judicial Commission is not in a position to propose the dismissal of judges as well cut as well so there is a balance of authority between Supreme Court and the Judicial Commission. Therefore, the Supreme Court agreed and the Judicial Commission is in a position of equilibrium in conducting the proposed dismissal of the justices in the Honorary Council of Judges.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Afifi
"Pers Islam dalam sejarah pers nasional masih masuk dalam kategori "pinggiran". Dalam setting sosiologi, kenyataan ini cukup mengherankan, mengingat sekitar 80 % penduduk Indonesia beragama Islam. Mengapa pers yang dengan simbol-simbol Islam atau yang jelas-jelas menyebut dirinya pers Islam tidak mampu berkembang menjadi kekuatan yang signifikan, baik dari segi pengaruh politik maupun bisnis.
Penelitian ini bertitik tolak dari dua pandangan tentang segmentasi berdasarkan agama (segmentasi religius). Ada yang berpendapat tidak ada segmentasi Islam. Hal ini didukung oleh kenyataan banyaknya pers Islam yang gagal dan tidak mampu berkembang. Pendapat lainnya menyebutkan, segmentasi religius itu ada dalam pasar media. Pendapat ini memandang umat Islam di Indonesia adalah populasi, yang di dalamnya terdapat segmen-segmen.
Pemikiran yang menyebutkan bahwa Islam di Indonesia langsung disebut sebagai "segmen", bukan populasi, menyebabkan berkembangnya pendapat bahwa tidak akan ada media Islam yang memenuhi persyaratan sebagai pers Industri. Artinya media itu tidak akan untung karena pembaca "Islam" itu tidak cukup prospektif.
Penelitian ini menjawab pertanyaan mendasar tentang segmentasi religius : Apakah segmentasi religius itu benar-benar ada dalam pasar media di Indonesia, bagaimana keberadaannya dan sejauh mana posisinya dalam segmentasi media massa secara umum ? Bagaimana karakteristik produk (isi) pers Islam ? Bagaimanakah bentuk pasar sasaran dan segmentasi yang dilakukan pers Islam ? Apakah pers Islam telah membidik pasamya dengan jelas, dengan menetapkan segmen yang tepat ?. Bagaimana strategi segmentasi yang digunakan ? Bagaimanakah model dari segmentasi religius yang dilakukan pers Islam ? semua pertanyaan tersebut diharapkan dapat mendiskripsikan pers Islam secara komprehensif ?
Penelitian ini dilakukan berdasarkan kerangka konseptual tentang Pers sebagai Institusi Bisnis, Pers dan Khalayak, Segmentasi sebagai Strategi Bisnis Pers, Segmentasi Religius sebagai Strategi Menembus Pasar Muslim, Pers Islam di Indonesia, dan Masyarakat Muslim sebagai Khalayak Pers Islam.
Penelitian ini dilakukan dengan metode yang memiliki perspektif/pendekatan kualitatif. Perspektif ini dikenal sebagai pendekatan subjektif (dtasosiasikan juga dengan istilah-istilah hurnanisttk, interpetif, fenomenologis, konstruktivis, naturalistik, interaksionis^ induktif, holistik, eksploratori, mikro, interpretif, kontemporer dan dinamis. Perspektif yang digunakan berlandaskan pada phenomenologi yang menuntut pendekatan holistik, mendudukkan obyek penelitian dalam suatu konstruksi ganda dan melihat obyeknya dalam suatu konteks natural bukan parsiaf. Pendekatan ini tidak bermaksud melakukan generalisasi secara universal, hasilnya sangat tergarttung pada konteks penelitian dilakukan.
Media-media yang menjadi objek kajian ini adalah : Harian Republika, Pelita, majalah Sabili, Ummi, Amanah, Aku Anak Sa/eh, Suara Muhammadiyah, Media Dakwah, dan Tabloid Fikri. Pemilihan media-media tersebut didasarkan atas pertimbangan eksistensi dan pengaruhnya sebagai pers Islam di Indonesia.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh beberapa temuan, diantaranya : walaupun yang dibidik pers Islam secara umum adalah masyarakat muslim, ada perbedaan segmen pembaca yang dibidik berdasarkan "tingkat keberagamaan" masyarakat muslim itu sendiri. Ada yang membidik kelompok masyarakat muslim yang telah memilikt komitmen keagamaan yang tinggi, dalam arti menjalankan ajaran Islam secara ketat (disebut juga sebagai Islam Kaffah/menyeluruh). Ada juga yang membidik kelompok sebaliknya, masyarakat yang penghayatan dan pengamalan keagamaannya masih "pas-pasan" (belum mendalam). Ada juga yang tidak terlalu memperhitungkan persoalan tingkat keberagamaan tersebut.
Fenomena tersebut dapat memperkuat argumen bahwa Islam di Indonesia bukan segmen melainkan populasi. Di dalam populasi tersebut terdapat segmen-segmen pembaca muslim yang didasarkan "tingkat keberagamaan". Beberapa pers Islam yang membidik segmennya secara tepat dengan karakteristik isi yang sesuai, relatif disebut berhasil, yaitu Harian Republika, majalah Sabili, Aku Anak Saleh dan tabloid Fikri.
Pers Islam yang tergolong gagal dam menjalankan industrinya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : segmentasi yang dilakukan terlalu umum, jalur distribusi yang digunakan hanya jalur distribusi umum, padahal jalur tersebut memiliki tingkat kompetisi yang ketat, dan gaya bahasa/ungkapan/sajian isi yang digunakan tidak sesuai dengan karakter segmen yang dipilih.
Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk praktisi pers Islam direkomendasikan agar melaksanakan segmentasi secara lebih tajam berdasarkan pemetaan kondisi keberagamaan masyarakat muslim yang ada. Segmentasi yang tajam merupakan salah satu kunci keberhasilan pers Islam. Hal ini telah dibuktikan dengan keberhasilan beberapa pers Islam dalam merumuskan segmentasi secara tepat dan menyajikan isi media sesuai dengan karakter pembacanya.
Untuk para peneliti media, khususnya yang tertarik mengkaji fenomena pers spesifik, dapat melanjutkan penelitian ini dengan mengkaji beberapa hal yang belum terungkap dalam penelitian ini, seperti kecenderungan/orientasi isi pers Islam secara lebih mendalam."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Afifi
"Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan disain studi cross-sectional Dengan sampel yang digunakan yaitu mahasiswa S2 FKM UI angkatan 2008 sebanyak 102 sampel. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa dari 102 responden yang diteliti, ada 44 responden yang memiliki asuransi kesehatan individu komersial sekitar 43,1% dan yang tidak memiliki asuransi kesehatan individu komersial berjumlah 58 orang atau sekitar 56,9%. Hasil Uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dan penghasilan dengan kepemilikan asuransi kesehatan komersial pada mahasiswa S2 FKM UI angkatan 2008 pada tahun 2009. Sedangkan jenis kelamin, umur, pendidikan, promosi, serta risiko sakit tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kepemilikan asuransi kesehatan individu komersial pada mahasiswa S2 FKM UI angkatan 2008 pada tahun 2009."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Afifi
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai rumah sakit yang telah menerapkan standard akreditasi JCI melalui konsep green hospital. Tren bisnis rumah sakit sekarang dengan menerapkan standard akreditasi JCI ke seluruh rumah sakit di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjawab variabel service quality (interaction quality, physical environment quality, dan outcome quality), customer trust, customer value, dan customer loyalty kepada konsumen yang mengetahui rumah sakit yang telah menerapkan standard akreditasi JCI melalui konsep green hospital. Penelitian ini menggunakan descriptive research dengan jumlah responden sebanyak 352, yang mengetahui RS yang berstandard akreditasi JCI sebanyak 211, dimana 209 yang valid, dan 2 yang tidak valid. Variabel interaction quality, physical environment quality, dan outcome quality berpengaruh positif terhadap variabel customer trust. Variabel customer trust berpengaruh positif terhadap customer value. Variabel customer value berpengaruh positif terhadap customer loyalty. Variabel customer trust berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel customer loyalty. Variabel customer value memediasi pengaruh positif antara hubungan customer trust dengan customer loyalty sebagai full mediating variable. Dari analisis penelitian ini, relationship marketing dapat meningkatkan hubungan antar variabel penelitian ini.

ABSTRACT
This study explains about hospital that has been applied JCI standard accreditations through green hospital. Hospital business trend nowadays applies JCI standard accreditations entire Indonesia hospital. This study goals to understand and answer variable of service quality (interaction quality, physical environment quality, & outcome quality), customer trust, customer value, and customer loyalty to consumer understanding hospital that has been applied JCI standard accreditations through green hospital. This study uses descriptive research with total amount respondent of 352, which are 211 respondents understand hospital standardized JCI accreditations, that valid is 209, and not valid is 2. Interaction quality, physical environment quality, & outcome quality variables positively influence of customer trust variable. Customer trust variable positively influence of customer value. Customer value variable positively influence of customer loyalty variable. Customer trust variable negatively and not significant influence of customer loyalty. Customer value positively influence mediate effect of relationship customer trust with customer loyalty as full mediating variable. This analysis study, relationship marketing can increase relation between this variables study."
2017
T49812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Afifi
"Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang m"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13569
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Natassia Afifi
"ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pemeriksaan investigatif oleh Badan Pemeriksa Keuangan RI dan analisis penggunaan hasil tersebut oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam hasil pemeriksaan investigatif terdapat perhitungan potensi kerugian negara. Namun untuk kepastian nilai kerugian negara yang sebenarnya, harus dilengkapi lagi dengan laporan perhitungan kerugian negara yang dilakukan oleh BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan). Berdasarkan hasil pemeriksaan investigatif dari BPK, KPK akan melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan. Agar kinerja BPK dan KPK lebih efektif, perlu ditingkatkan kerjasamanya terutama di bidang pemeriksaan investigatif.

ABSTRACT
This study aims to analyze the investigative examination by the and the analysis of the use of audit results by the Corruption Eradication Commission. In the investigative examination includes the calculation of potential state loss. However, for the exact value of the actual loss, must be complemented with the loss calculation report, which is performed by BPKP (Development and Financial Supervisory Board). Based on the investigative examination from BPK, KPK conducts an inquiry, investigation and prosecution. In order for the effectiveness of performance between BPK and KPK, they need to improve their cooperation especially in investigative examination."
2013
S44428
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dr. Rahmi Afifi
"Tujuan: Mengetahui gambaran arteri karotis pada pemeriksaan ultrasonografi Doppler berwarna pada pasien-pasien stroke iskemik di RSUPN CM. Bahan dan Cara: Tiga puluh satu pasien dengan stroke iskemik dilakukan pemeriksaan ultrasonografi Doppler berwarna pada arteri karotis bilateral. Semua pasien telah dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala dan penilaian adanya faktor risiko seperti hipertensi, diabetes melitus, hiperkolesterol dan merokok. Pada pemeriksaan ultranografi Doppler berwarna terhadap karotis, dinilai IMT, plak, diameter stenosis dan gangguan aliran. Selain itu dinilai juga hubungan antara faktor risiko terhadap terjadinya plak. Hasil: Dari 31 pasien stroke iskemik yang dilakukan ultrasonografi Doppler berwarna karotis didapatkan 16 pasien (51,6%) dengan penebalan intima, 21 pasien (67,7%) mempunyai plak pada arteri karotis. Sebagian besar plak berlokasi di bifurksio karotis (71,0%), dengan struktur heterogen dan permukaan reguler (74,2%). Hanya 2 plak (6,5%) yang menimbulkan stenosis lebih dari 50%. Sebanyak delapan belas (72%) dari 25 pasien penderita hipertensi dan 7 (70%) dari 10 pasien penderita diabetes mellitus mempunyai plak pada arteri karotis. Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan lokasi plak tersering di bifurkasio karotis, struktur plak terbanyak heterogen dengan permukaan yang reguler. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor risiko terhadap terbentuknya plak."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58443
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mansur Afifi
"Abstract
Destructive behavior to coral reef ecosystem should not exist if community realize the importance value of the existence of coral reefs, have adequate source for livelihood and an obedience to God Almighty. The purpose of this study is to analyze the influence of religious ritual performing (religiousness), social and economic conditions of society on destructive manner of community to coral reefs. The data collected are analyzed quantitatively using structural equation model (SEM) using the method of Partial Least Square (PLS). The result findings show that the destructive behavior of the community to coral reef is not influenced by the piety of the people in performing ritual worship. The more devout people in performing ritual worship behavior does not necessarily make them more friendly to the environment, particularly coral reef ecosystems. The destructive behavior of the community to coral reef is also not influenced by their social conditions. The higher level of community's education does not necessarily make them more concerned about the environment. The destructive behavior of community to coral reef is significantly influenced by the economic conditions of society. Communities with lower income levels tend to perform acts that damage the coral reefs such as coral mining and destructive fishing techniques in an effort to satisfy their economic needs."
2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Afifi
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai rumah sakit yang telah menerapkan standard akreditasi JCI melalui konsep green hospital. Tren bisnis rumah sakit sekarang dengan menerapkan standard akreditasi JCI ke seluruh rumah sakit di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjawab variabel service quality interaction quality, physical environment quality, dan outcome quality , customer trust, customer value, dan customer loyalty kepada konsumen yang mengetahui rumah sakit yang telah menerapkan standard akreditasi JCI melalui konsep green hospital. Penelitian ini menggunakan descriptive research dengan jumlah responden sebanyak 352, yang mengetahui RS yang berstandard akreditasi JCI sebanyak 211, dimana 209 yang valid, dan 2 yang tidak valid. Variabel interaction quality, physical environment quality, dan outcome quality berpengaruh positif terhadap variabel customer trust. Variabel customer trust berpengaruh positif terhadap customer value. Variabel customer value berpengaruh positif terhadap customer loyalty. Variabel customer trust berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel customer loyalty. Variabel customer value memediasi pengaruh positif antara hubungan customer trust dengan customer loyalty sebagai full mediating variable. Dari analisis penelitian ini, relationship marketing dapat meningkatkan hubungan antar variabel penelitian ini.

ABSTRACT
This study explains about hospital that has been applied JCI standard accreditations through green hospital. Hospital business trend nowadays applies JCI standard accreditations entire Indonesia hospital. This study goals to understand and answer variable of service quality interaction quality, physical environment quality, outcome quality , customer trust, customer value, and customer loyalty to consumer understanding hospital that has been applied JCI standard accreditations through green hospital. This study uses descriptive research with total amount respondent of 352, which are 211 respondents understand hospital standardized JCI accreditations, that valid is 209, and not valid is 2. Interaction quality, physical environment quality, outcome quality variables positively influence of customer trust variable. Customer trust variable positively influence of customer value. Customer value variable positively influence of customer loyalty variable. Customer trust variable negatively and not significant influence of customer loyalty. Customer value positively influence mediate effect of relationship customer trust with customer loyalty as full mediating variable. This analysis study, relationship marketing can increase relation between this variables study."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>