Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Adristi Arum Nabilah
"PT. Takeda Indonesia adalah salah satu perusahaan milik asing yang bergerak dalam bidang farmasi. Peraturan BPOM No. 17 Tahun 2019 tentang Persyaratan Mutu Suplemen Kesehatan membuat PT. Takeda Indonesia mengubah formulasi dari produk utamanya, yakni Vitacimin. Pada saat dilakukan validasi terhadap reformulasi tablet ditemukan adanya perubahan warna pada granul dan terjadinya melting dan mottling pada tablet. Hasil investigasi menemukan adanya kekurangan indikator proses pengeringan pada mesin fluid bed dryer sehingga ditambahkan sensor relative humidity, sensor air flow, dan sensor temperatur produk pada mesin agar granul dapat dihasilkan secara konsisten. Analisa perlu dilakukan untuk melihat pengaruh antara parameter proses pengeringan dengan granul yang telah dikeringkan oleh fluid bed dryer. Granul yang telah dikeringkan pada saat validasi proses dilakukan pengukuran LOD (Loss on Drying), PSD (Particle Size Distribution), dan Bulk & Tap Density. Ditemukan bahwa penambahan sensor pada mesin fluid bed dryer dapat memungkinkan operator untuk memantau perubahan kelembaban, laju alir udara, dan suhu pada dalam mesin fluid bed dryer. Granul yang dikeringkan selama validasi proses menunjukkan granul pada sebagian besar batch tidak kering secara merata, ukuran granul paling banyak berukuran ≤ 150 μm, dan granul memiliki laju alir yang baik. Kurang meratanya pengeringan pada granul dikarenakan kelembaban udara yang masuk pada mesin dapat mencapai 81, 8% sehingga perlu adanya pengaturan kelembaban udara yang masukke dalam mesin fluid bed dryer.
PT. Takeda Indonesia is a foreign-owned company engaged in the pharmaceutical sector. BPOM Regulation No. 17 of 2019 concerning Health Supplement Quality Requirements made PT. Takeda Indonesia changed the formulation of its main product, namely Vitacimin. During the validation of the tablet reformulation, it was found that there was a change in the color of the granule and the there is an occurrence of melting and mottling of the tablet. The results of the investigation found a lack of drying process indicators on the fluid bed dryer machine so that relative humidity sensors, airflow sensors, and product temperature sensors were added to the machine so granules could be produced consistently. An analysis needs to be carried out to see the effect between the parameters of the drying process and the granules that have been dried by a fluid bed dryer. Granules that have been dried during the validation process are measured for LOD (Loss on Drying), PSD (Particle Size Distribution), and Bulk & Tap Density. It was found that the addition of sensors to the fluid bed dryer machine can enable the operator to monitor changes in humidity, air flow rate, and temperature in the fluid bed dryer machine. Granules that were dried during process validation showed that the granules in most of the batches were not evenly dried, the most granule sizes were ≤ 150 μm, and the granules had good flow ability. The uneven drying of the granules is due to the humidity of the air entering the machine which can reach 81.8% so it is necessary to regulate the humidity of the air entering the fluid bed dryer machine."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Adristi Arum Nabilah
"Apotek adalah tempat dimana pasien mencari obat. Pelayanan kefarmasian yang terdapat di apotek tidak hanya mencakup penyiapan dan penyerahan obat, hal lain yang perlu diperhatikan yaitu seperti fasilitas apotek dan ketersediaan obat yang ada di apotek. Agar pelayanan kefarmasian dapat mencukupi kebutuhan pasien, maka diperlukan survei pada pasien apotek terkait fasilitas yang perlu ditambahkan, layanan yang perlu ditingkatkan, dan obat yang harus selalu tersedia di apotek. Survei dilakukan pada pasien Apotek Kimia Farma 628 Sukahati yang membeli produk di apotek dan bersedia menjawab kuesioner. Adapun kuesioner berisikan pertanyaan mengenai data demografis pasien (nama, jenis kelamin, usia, jumlah berkunjung, penyakit, dan obat yang digunakan/dibeli) serta data kebutuhan pasien (fasilitas yang perlu ditambahkan, layanan yang perlu ditingkatkan, dan obat yang harus selalu tersedia di Apotek Kimia Farma 628 Sukahati). Kebutuhan pasien yang paling diinginkan ada di apotek dari hasil survei pada 65 pasien yaitu adanya praktek dokter umum dan terjaganya ketersediaan obat di apotek, terutama untuk obat swamedikasi yang menjadi obat yang paling sering dicari di Apotek Kimia Farma 628 Sukahati. Apotek Kimia Farma 628 Sukahati dapat meninjau kembali pengadaan obat di apotek untuk menghindari kekosongan obat dan membuka layanan praktek dokter umum di apotek.
A pharmacy is a place where patients look for medicine. Pharmaceutical services in the pharmacy do not only cover the preparation and delivery of drugs, there are other things that need to be considered such as pharmacy facilities and the availability of drugs in the pharmacy. In order for pharmacutical services to be sufficient for patient needs, a survey is needed on pharmacy patients regarding facilities that need to be added, services that need to be improved, and medicines that must always be available in the pharmacy. The survey was conducted on Kimia Farma 628 Sukahati Pharmacy patients who bought products at the pharmacy and were willing to answer the questionnaire. The questionnaire contains questions regarding patient demographic data (name, gender, age, number of visits, disease, and medicines used/purchased) as well as patient needs data (facilities that need to be added, services that need to be improved, and medicines that must always be available at Kimia Farma 628 Sukahati Pharmacy). According to the results of a survey of 65 patients, the most desired patient needs were the opening of general practitioner practice in the pharmacy and the sure availability of medicines in the pharmacy, especially for self-medication which is the most frequently sought after drug at Kimia Farma 628 Sukahati Pharmacy. Kimia Farma 628 Sukahati Pharmacy can review medicines procurement at pharmacies to avoid medicine shortages and open general practitioner practice services at the pharmacy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Adristi Arum Nabilah
"Sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang No. 26 tahun 2018 tentang kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu dan terjangkau. Keamanan , mutu, dan manfaat alat kesehatan dapat menurun akibat penanganan yang tidak sesuai selama kegiatan distribusi sehingga tiap fasilitas distribusi memiliki peranan penting dalam menjamin keamanan, mutu, dan manfaat alat kesehatan yang beredar di masyarakat. Manajemen mutu & pengendalian dokumen untuk fasilitas distribusi diatur dalam CDOB dan CDAKB, untuk itu fasilitas distribusi harus menyesuaikan manajemen mutu & pengendalian dokumen sesuai dengan yang tertera pada CDOB & CDAKB. Untuk melihat apakah manajemen mutu & pengendalian dokumen PT. MJG sesuai dengan CDOB & CDAKB atau tidak, data dalam bentuk deskriptif dikumpulkan dan dibandingkan dengan standar yang berlaku. Ditemukan bahwa manajemen mutu & pengendalian dokumen yang diterapkan oleh PT. MJG sudah sesuai dengan CDOB & CDAKB. Penerapan manajemen mutu yang sudah dilakukan oleh PT. MJG meliputi pembuatan sistem mutu seperti pembentukan struktur organisasi dan pemberian tanggung jawab dan wewenang pada masing-masing karyawan, mendapatkan sertifikasi perusahaan untuk dapat mendistribusikan barang seperti CDOB dan CDAKB serta sertifikasi ISO 9001:2015 sebagai pemenuhan sertifikasi sistem manajemen mutu standar bertaraf internasional, pelatihan personalia mengenai CDOB dan CDAKB, Audit rutin dilakukan setiap periodik, dilakukannya pengelolaan berdasarkan kontrak dan manajemen risiko mutu, serta seluruh kegiatan yang ada di PT. MJG memiliki SOP masing-masing. Pengendalian dokumen juga sudah dilakukan oleh PT. MJG dengan mendokumentasikan setiap kegiatan perusahaan dan menyimpannya selama 10 tahun.
Medicine and medical devices according to the Government of Indonesia through Undang-Undang Number 26 of 2018 Abput Health, it must be safe, efficacious/beneficial, of good quality and affordable. The safety, quality and benefits of medical devices may decrease due to inappropriate handling during distribution activities so that each distribution facility has an important role in ensuring the safety, quality and benefits of medical devices circulating in the community. Quality management & document control for distribution facilities are regulated in CDOB and CDAKB, for this reason distribution facilities must adjust quality management & document control according to what is stated in CDOB & CDAKB. To see whether the quality management & document control of PT. MJG complies with CDOB & CDAKB or not, data in descriptive form is collected and compared with applicable standards. It was found that the quality management & document control implemented by PT. MJG complies with CDOB & CDAKB. The implementation of quality management that has been carried out by PT. MJG includes establishing a quality system such as establishing an organizational structure and assigning responsibility and authority to each employee, obtaining company certification to be able to distribute goods such as CDOB and CDAKB as well as ISO 9001: 2015 certification as a fulfillment of international standard quality management system certification, personnel training regarding CDOB and CDAKB, routine audits are carried out every period, management is carried out based on contracts and quality risk management, as well as all activities in PT. MJG has their own SOP. Document control has also been carried out by PT. MJG by documenting every activity of the company and keeping it for 10 years."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Adristi Arum Nabilah
"Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan langsung yang diberikan kepada pasien untuk meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping obat dengan tujuan dapat meningkatkan keselamatan pasien sehingga kualitas hidup pasien terjamin. Pemantauan terhadap regimen terapi obat yang diterima tiap individu pasien menjadi salah satu bagian dari pelayanan kefarmasian agar dapat menghindari masalah terkait obat yang dapat muncul selama regimen pengobatan berlangsung serta memastikan keberhasilan atau kegagalan dari terapi yang diterima. Pasien terpilih yaitu Ny. M memiliki diagnosis utama SLE (Systemic Lupus Erythematosus). Pasien SLE harus selalu dilakukan monitoring terhadap aktifitas dan timbulnya manifestasi penyakit. Kebanyakan pasien SLE memiliki perubahan hasil pada tes laboratorium tertentu yang kemudian jika tidak segera diketahui dapat menyebabkan manifestasi penyakit tertentu. Modifikasi pengobatan pada saat terjadinya perubahan hasil laboratorium pasien dapat secara signifikan mengurangi kemungkinan timbulnya manifestasi penyakit tertentu sehingga perlu dilakukan pemantauan terapi obat pada pasien Ny. M untuk menganalisis kesesuaian terapi, masalah terkait obat dan merekomendasikan solusi yang diperlukan Pemantauan terapi obat dilakukan dengan membandingkan data rekam medik pasien dengan hasil terapi berupa data laboratorium. Dari pemantauan terapi obat didapatkan terapi yang didapatkan pasien Ny. M sebagian besar sudah tepat, hanya ada beberapa obat saja yang sebaiknya dilakukan penurunan dosis, peningkatan dosis, menurunkan lama penggunaan terapi, penambahan terapi, penggantian terapi dan pemberhentian terapi. Pada regimen terapi Ny. M terdapat beberapa interaksi obat yang dapat diatasi dengan memberikan jeda waktu pemberian. DRP yang ditemukan pada regimen terapi Ny. M yaitu overdose, underdose, pemberian terapi tidak perlu, pemberian terapi tidak tepat, dan indikasi tanpa terapi.
Pharmaceutical services are direct services provided to patients to improve therapeutic outcomes and minimize the risk of drug side effects with the aim of improving patient safety so that the patient's quality of life is guaranteed. Monitoring of the drug therapy regimen received by each individual patient is a part of the pharmaceutical service in order to avoid drug-related problems that can arise during the treatment regimen and to ensure the success or failure of the therapy received. The selected patient, Mrs. M, has a primary diagnosis of SLE (Systemic Lupus Erythematosus). SLE patients should always be monitored for activity and disease manifestations. Most SLE patients have changes in the results of certain laboratory tests which, if not immediately known, can cause certain disease manifestations. Modification of treatment when changes in patient laboratory results can significantly reduce the possibility of manifestations of certain diseases, so it is necessary to monitor Mrs. M’s drug therapy to analyze the compatibility of therapy, drug-related problems and recommended solutions. Monitoring of drug therapy is carried out by comparing the patient's medical record data with the results of therapy in the form of laboratory data. From monitoring drug therapy, the therapy obtained by the patient Ny. M is mostly correct. There are only a few drugs that should be reduced in dose, increased in dose, decreased the duration of therapy, given as additional therapy, replaced the therapy, and discontinued the therapy. There are several drug interactions that can be overcome by giving a delay in administration. The DRP found in Mrs. M, namely overdose, underdose, giving an unnecessary therapy, giving an inappropriate therapy, and indications without therapy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Adristi Arum Nabilah
"Indonesia merupakan negara berkembang dengan maraknya penyakit infeksius. Beberapa penyakit infeksius menjadi penyumbang angka kematian tertinggi dibanding penyakit lainnya. Penggunaan obat antiinfeksi, terutama dalam jalur pemberian oral, tentunya menjadi perhatian karena apabila penggunaannya tidak dilakukan secara rasional, maka dapat mengakibatkan resistensi mikroba terhadap obat antiinfeksi. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan utama tingkat pertama menjadi tempat pasien pertama kali berobat ketika merasa sakit. Penggunaan obat antiinfeksi yang rasional perlu diterapkan dari awal pasien berobat guna mencegah terjadinya resistensi mikroba, maka dari itu diperlukan handbook antiinfeksi oral berisikan dosis maksimum, efek samping, dan interaksi obat dari obat antiinfeksi oral yang ada di Puskesmas Jatinegara. Obat antiinfeksi oral yang tercantum pada Formularium Puskesmas Jatinegara tahun 2022 dilakukan penelusuran literatur. Data dosis maksimum didapatkan dari Drug Information Handbook Edisi 22 dan aplikasi Medscape®. Data efek samping dan interaksi obat didapatkan dari aplikasi Medscape®. Handbook yang telah dibuat diharapkan dapat membantu praktisi untuk mencari data dosis maksimum, efek samping, dan interaksi obat dari obat antiinfeksi oral yang akan diberikan pada pasien sehingga dapat mengurangi tingkat kejadian yang tidak diinginkan akibat pemakaian obat.
Indonesia is a developing country with many infectious diseases. Some infectious diseases contribute to the highest mortality rate compared to other diseases. The use of anti-infective drugs, especially in the oral administration route, is of course a concern because if their use is not carried out rationally, it can lead to microbial resistance to anti-infective drugs. Puskesmas as the main first-level health facility is the first place for patients to seek treatment when they feel sick. Rational use of anti-infective drugs needs to be applied from the start of the patient's treatment to prevent microbial resistance from occurring, therefore an oral anti-infective handbook is needed containing the maximum dose, side effects, and drug interactions of oral anti-infective drugs available at Puskesmas Jatinegara. Oral anti-infective drugs listed in Puskesmas Jatinegara Formulary for 2022 were carried out through a literature search. Maximum dose data were obtained from Drug Information Handbook Edition 22 and Medscape® application. Data on side effects and drug interactions were obtained from Medscape® application. The handbook that has been created is expected to help practitioners find data on maximum doses, side effects, and drug interactions of oral anti-infective drugs that will be given to patients so that they can reduce the level of unwanted events due to drug use."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library