Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adrianto
"Arus dari beban harmonik pada umumnya akan menyebabkan panas tambahan, kegagalan isolasi, kegagalan operasi, dan lain-lain. Salah satu cara untuk mengatasi masalah harmonik ini ialah dengan memberikan filter pasif pada beban sumber harmonik (beban non linear) tersebut. Dengan menggunakan filter pasif ini, maka diharapkan dapat meredam distorsi harmonik sampai mencapai batas toleransi yang diizinkan sehingga sistem tenaga listrik dapat tetap bekerja dengan baik.
Tujuan dari penulisan ini ialah untuk membahas penanggulangan harmonic dengan menggunakan single tuned filter untuk mereduksi harmonik dan perbaikan faktor daya dari beban non linear. Optimalisasi dari penempatan filter pasif pada sistem distribusi akan dianalisis sehingga di dapat hasil filterisasi yang maksimal dan efisien baik untuk perbaikan rugi-rugi dayanya maupun perbaikan harmoniknya.
Metodologi penelitian yang digunakan dari penulisan ini dimulai dengan studi literatur mengenai perancangan filter pasif sehingga bisa diimplementasikan pada beban non linear yang akan di filterisasi. Berikutnya, hasil rancangan dari filter disimulasikan pada program ETAP Power Station 4.0.0. yang kemudian dianalisis unjuk kerjanya untuk memberikan saran terbaik pada perusahaan yang dijadikan obyek penelitian. Perusahaan yang digunakan sebagai objek penelitian ialah PT. X. Perusahaan ini merupakan industri peleburan baja terbesar di Jawa Timur dengan hasil produksi berupa billet dan wire rod sebagai produk akhir. Data diambil dengan menggunakan peralatan pengukur harmonik dan energi.

Current from the harmonic load causes many effects including extra heat, isolation failure, and operation failure. One of the solutions to solve this problem is by using passive filter at the source of the harmonic load. Using this passive filter, harmonic distortion is expected to decrease until the limit of tolerance so that the power system can work properly.
The purpose of this research is to demonstrate the optimalization of placing a passive filter in a power system to achieve the most efficient and maximum filterazation. This, in turn, results in reduced harmonic current and consequently also reducing the losses. This paper studies ways on how to reduce harmonics and improve power factor by using single tuned notch filter.
The research methodology used in this work begins with a literary review of a passive filter design so it can be implemented to non linear load. The result of the filter design will then be simulated into the ETAP Power Station 4.0.0 from which the output will be analyzed and therefore enable us to give the best advice for the company whose data is being used. The company used as the research object is PT. X, the biggest steel company in East Java, which primarily produce billet and wire rod as the final products. The data were collected by using power and harmonic analyzer equipment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40424
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Adrianto
"Minyak dan Gas Bumi (MIGAS) merupakan komoditas penting, tidak saja pada masa lalu dan saat ini, tetapi juga masih akan beperan sebagai penyumbang terbesar energi dunia beberapa dekade ke depan. Kini di Indoensia kondisi sudah jauh berubah. Produksi minyak nasional sudah anjlok. Sedangkan konsumsi minyak semakin tinggi. Hal itu mendorong semakin tingginya ketergantungan kita pada pasokan impor. Permasalahan dalam penyelenggaraan migas semakin kompleks. Pada 2050, diperkirakan konsumsi energi migas dunia akan lebih dari dua kali lipat hari ini. Penelitian ini akan berusaha menjawab bagaimana upaya Negara dalam menghadapi kondisi tersebut dengan perlunya mewujudkan kedaulatan energi nasional oleh SKK Migas. Uraian penelitian akan menuangkannya dengan memahami potret kebijakan migas Indonesia dan membangun skenario apa yang akan terjadi pada migas nasional di masa depan. Sehingga kedaulatan energi nasional dapat diwujudkan. Dimana kemampuan bangsa untuk menetapkan kebijakan, mengawasi pelaksanaannya dan memastikan jaminan ketersediaan energi selaras dengan tujuan dan kepentingan nasionalnya melalui implementasi strategis dinamis sesuai dengan tuntutan dinamika dan konstelasi global, regional dan nasional yang berubah.

Oil and Gas (Oil and Gas) is an important commodity, not just in the past and at present, but also still be beperan as the largest contributor to world energy for decades to come. Now at the premises condition has changed so much. National oil production has fallen. While higher oil consumption. That prompted increasing our reliance on imported supplies. Problems in the implementation of increasingly complex oil and gas. By 2050, world oil and gas estimated energy consumption will more than double today. This study will attempt to answer how the efforts of the State in the face of these conditions by the need to realize the national energy sovereignty by SKK Migas. Description of the research will be poured by understanding portrait of Indonesian oil and gas policy and possible scenarios of what will happen to the national oil and gas in the future. National sovereignty so that energy can be realized. Where the nation's ability to set policy, monitor its implementation and ensure energy security in line with the objectives and national interests through the strategic implementation of dynamically according to the demands of the dynamic and global constellation, regional and national change."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suroso P. Adrianto
"Program PPMK yang dirancang untuk periode 2001 - 2007 ini sekarang telah memasuki tahap ketiga. Dalam perjalanannya meskipun program ini telah dirancang dengan cukup sempurna tetapi tidak lepas dari berbagai kekurangan serta penyimpangan. program pemberdayaan masyarakat kelurahan ini masih diragukan pencapaian sasarannya dengan alasan: Masih terdapat kelompok masyarakat yang belum mampu meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya walaupun telah diberikan bantuan modal melalui PPMK, Terdapat pranata-pranata pembangunan di tingkat kelurahan yang kurang mendukung program PPMK untuk memperkuat potensi atau daya yang diminta masyarakat miskin (empowering), ataupun dalam upaya penciptaan iklim yang kondusif bagi masyarakat miskin berkembang (enabling), Masih terdapatnya masalah dalam akses pasar dan sumber-sumber informasi, serta keterampilan manajemen yang dimiliki oleh masyarakat yang dberikan bantuan, sehingga bantuan modal yang mereka terima dari PPMK belum mampu mengangkat taraf hidup mereka.
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengevaluasi tanggapan masyarakat terhadap keberlangsungan program dan mengevaluasi keseluruhan -pelaksanaan program dengan menggunakan metode "Before and After". Dimana evaluasi ini tidak menggunakan kelompok kontrol, tetapi memperbandingkan masyarakat antara sebelum dan sesudah mendapatkan program pemberdayaan. Penilaian terhadap kelompok eksperimental berdasarkan kondisi diri sendiri dengan membandingkan antara sebelum mendapatkan intervensi dengan sesudah mendapatkan intervensi.
Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif dengan menggunakan pendekatan kuantitative. Dalam penelitian ini digunakan analisis indeks, dengan menghitung derivasi satu angka tertentu dari ukuran-ukuran pengamatan. lndeks dari suatu variabel dalam penelitian ini digunakan untuk membuat perbandingan hasil di antara item pertanyaan dan variabel penelitian. Menghitung indeks didasarkan atas rata rata skor setiap item pertanyaan. Atas dasar pengelolahan data tersebut, selanjurnnya digunakan metode korelasional, yaitu untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara kondisi awal seblum adanya program dan sesudah program. Penggunaan metode korelasional ditujukan untuk mengetahui sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi faktor lain. Uji korelasi yang digunakan yaitu Tes Ranking Bertanda Wilcoxon.
Dampak PPMK terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak berpengaruh terhadap jumlah jam kerja responden dalam satu hari. Tetapi PPMK berpengaruh terhadap perubahan lokasi usaha responden terhadap peningkatan omset usaha ternyata ada perbedaan omset usaha antara sebelum dan sesudah pelaksaan program atau terdapat peningkatan omset. Atau dengan kata lain terjadi peningkatan omset setelah mendapatkan bantuan program. Ruang terbuka yangpaling kurang dalam lingkungannya tentang pembagunan sarana fisik sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa pembangunan sarana tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dan pada proses pembangunan sebagian besar masyarakat dilibatkan dalam pembangunan sarana fisik dari tahap perencanaan sampai tahap penyelesaian. Di samping itu pembangunan dan perbaikan sarana fisik yang dilakukan melalui PPMK sangat Bermanfaat. Intervensi program tidak berpengaruh terhadap intensitas keterlibatan dalam kegiatan sosial.
Intervensi program juga tidak berpengaruh terhadap intensitas kehadiran dalam pertemuan warga di tingkat RT. PPMK juga tidak berpengaruh terhadap intensitas kehadiran dalam pertemuan warga di tingkat RW, Pada tingkat Kelurahan didapatkan nilai sisi yang sama dengan tingkat RW Sedangkan intensitas keterlibatan responden dalam forum warga yang lain didapatkan bahwa intervensi program tidak ada berpengaruh terhadap intensitas kehadiran dalam pertemuan warga yang lain. Dengan demikian Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ini belum dapat meningkatkan intensitas partisipasi warga untuk menghadiri pertemuan-pertemuan baik yang diselenggarakan oleh lembaga formal maupun non formal Tetapi di sisi lain PPMK berpengaruh terhadap peningkatan keterlibatan anggota masyarakat dalam setiap pertemuan.
Intervensi program berpengaruh terhadap kesempatan berbicara pada forum warga. Intervensi program berpengaruh terhadap intensitas kunjungan terhadap tetangga Selain itu PPMK juga dapat meningkatkan partisipasi gotong royong masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrik Adrianto
"Pandangan masyarakat dalam menilai perusahaan-perusahaan yang diindikasikan mempunyai posisi monopoli dan dominan di suatu pangsa pasar tertentu, terbagi menjadi dua bagian, yaitu pandangan pertama yang menilai perusahaan yang memonopoli barang atau jasa tertentu dapat dikategorikan melanggar Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 dan KPPU harus segera melakukan penyelidikan baik berdasarkan laporan maupun atas inisiatif sendiri untuk memberikan sanksi atas pelanggaran Undang-Undang tersebut, dan yang kedua adalah masyarakat yang menilai bahwa perusahaan yang memonopoli dan mempunyai posisi dominan terhadap barang atau jasa tertentu belum tentu melanggar Undang-Undang ini karena harus dinilai dari perilaku perusahaan tersebut untuk mencapai posisi monopoli dan posisi dominan tersebut, apakah diraih dengan cara-cara yang melanggar hukum (unfair competition) atau secara alamiah mencapai posisi itu dengan menerapkan efisiensi dalam pengelolaan perusahaannya.
Untuk mengawasai pelaksanaan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 dibentuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang berperan juga dalam penegakan Undang-Undang Persaingan ini melalui beberapa pendekatan yang dapat diterima oleh berbagai pihak baik dari segi pelaku usaha, masyarakat maupun pemerintah sebagai regulator. Perusahaan dengan posisi monopoli secara alami ini secara hukum dapat dikatakan tidak secara tegas dilarang oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, hal ini dilihat dari kriteria-kriteria yang diperbolehkan oleh Garis Besar Haluan Negara untuk dapat terjadinya monopoli, seperti monopoli dan kedudukan monopolistik yang diperoleh dengan cara natural karena monopoli menang dalam persaingan yang dilakukan secara sehat. Dalam hal demikian memang tidak apa-apa, namun entry (masuknya siapa saja dalam investasi yang sama) harus terbuka lebar-lebar, dan yang lainnya adalah monopoli atau kedudukan monopolistik yang diperoleh secara natural karena investasinya terlampau besar, sehingga hanya satu saja yang berani dan bisa merealisasikan investasinya. Meski demikian, pemerintah harus tetap bersikap persuasif dan kondusif di dalam memecahkan monopoli.
Jadi kehadiran ketentuan-ketentuan UU Antimonopoli ini diharapkan dapat menjamin terciptanya iklim berusaha yang sehat, adil dan bebas dari unsur-unsur Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Sehingga kehadirannya akan membawa nilai positif bagi perkembangan iklim usaha di Indonesia, yang selama ini dapat dikatakan jauh dari kondisi yang ideal. Sekurang-kurangnya, UU Antimonopoli ini secara tidak langsung akan memaksa pelaku usaha untuk lebih efisien dalam mengelola usahanya, karena UU Antimonopoli ini juga menjamin dan memberi peluang yang besar kepada pelaku usaha lain yang ingin berusaha (sebagai akibat dilarangnya praktek monopoli dalam bentuk penciptaan barrier to entry). Hal ini berarti bahwa hanya pelaku usaha yang efisienlah yang dapat bertahan di pasar.
Usaha untuk menjaga independensi dari pihak-pihak lain, setidaknya dapat terlihat dari persyaratan keanggotaan yang diatur dalam Pasal 32 yaitu, bahwa anggota Komisi tidak terafiliasi dengan suatu badan usaha. Oleh karena itu anggota Komisi yang menangani perkara dilarang mempunyai hubungan sedarah atau semenda sampai derajat ketiga dengan salah satu pihak yang berperkara, atau mempunyai perbenturan kepentingan dengan negara yang bersangkutan. Jadi secara legal, komisi ini adalah lembaga non struktural yang independen yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah serta pihak lain yang diberi wewenang penuh untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan ketentuanketentuan yang diatur dalam W No. 5 Tahun 1999 serta dapat melanjutkan reformasi baik di bidang bukum maupun di bidang ekonomi."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
T16358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puput Adrianto
"Dalam satu dasawarsa terakhlr ini ekspor non-mlgas Indonesia mengalami perkembangan yang cukup fantastis. Jika pada tahun 1985. Indonesia masih mengandalkan ekspor migas sebagai pemasukan terbesar negara yang menguasal hampir 8O% dari total ekspor Indonesia, maka pada sepuluh tahun kemudian ekspor mlgas sudah dilewati oleh ekpor non-migas. Sektor non-migas didomlnast oleh produk-produk industri. dimana pada tahun 1995 ekspor produk industri mencapai 29 miliar US$ atau hampir sepuluh kali lipat ekspor produk pertanian. Tesatnya pertumbuhan tersebut tidak luput dari peranan industri manufaktur elektronika yang mengalami pertumbuhan rata-rata paling besar diantara industri manufaktur lainnya.
Pada tahun 1985 sampai tahun 1995 sektor industri tersebut tumbuh rata-rata di atas 12% per tahun dan Ini juga diikutl oleh pertumbuhan nilal produksi sebesar 41.1%. Sejalan dengan hal tersebut kebutuhan alat ukur elektronika yang banyak dibutuhkan di sektor industri Juga meningkat dengan tajam.
Karya akhir ini membahas mengenai strategi pemasaran produk alat ukur elektronika Hewlett-'Packard yang di Indonesia diwakili oleh "FT "Berca Hardayaperkasa. Didalam pembahasan yang berupa studi kasus ini. dua faktor utama yaitu faktor internal perusahaan dan faktor lingkungan eksterbal di analisis secara mendalam.
Hasil dari analisis eksternal menunjukkan bahwa kenaikan penjualan alat ukur elektronika berkaitan erat dengan peningkatan investasi di sektor industrl terutama manufaktur elektronika dan telekomunikasi. Data impor menurut klasifikasf JiS Code. menunjukkan permintaan agregat alat ukur elektronika meningkat rata-rata sebesar 15% pertahun sejak tahun 199O, Sedangkan penjualan JiP di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar SO% pertahun pada perlode yang sama. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahiva pangsa pasar produk JiT di Indonesia cenderung naik dari tahun ke tahun. "Pada tahun 1997. JiT menguasai lebih dari 3O% pangsa pasar alat ukur elektronika di Indonesia.
Tersaingan yang timbul di sektor inijuga semakin ketat. pada saat ini terdapat dua betas perusahan dengan total perkiraan penjualan pada tahun 1997 sebesar £755 37 Juta. faktor ukuran pasar serta pertumbuhan yang cukup dlnamis ini-lah yang menarik perusahaan-perusahaan baru untuk ikut memasarkan / meng-ageni produk alat ukur elektronika.
Analisis Internal dengan bantuan pendekatan "Porter serta SWOT mengatakan bahwa perusahaan berada pada posisi di kuadran satu. artinya mempunyaf kekuatan internal serta peluang bisnls cukup besar. Sedangkan faktor kekuatan pembell menjadi salah satu faktor yang paling diperhitungkan dalam strategi pemasaran. Untuk melihat kekuatan bfsnis di llngkungan industrinya serta kekuatan llngkungan makronya dlgunalkan analisis GF, Nine Cell.
Hasil analisis menunjukkan balk kekuatan blsnis maupun kekuatan lingkungannya berada pada posisi tinggl. Dart hasiI kedua analisis diatas langkah selanjutnya adalah mencari alternatif grand strategl bagi PT. Berca Hardayaperkasa. Strategi yang paling tepat adalah concentrated growth dengan pillhan market development atau product development.
Dengan berpedoman pada grand straregi. selanjutnya strategi fungsional perusahaan yaltu di bidang pemasaran dl formulasikan. Implementasl ini meliputi segmentasi pasar dengan membagi pasar menjadi dua kategorl besar yaitu sektor telekomunikasi dan sektor non-telekomunlkasi yang kebanyakan didominasi sektor manufaktur. Kemudian yang kedua adalah penentuan pasar sasaran yaftu pasar telecom operator dan pasar manufaktur elektronika. Sedang Implementasi terakhir adalah di segi positioning produk yaitu dengan membangun kepercayaan perusahaan pemakai akan kualitas produk HP."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Adrianto
"Penggunaan sistem ruang bersih pada industri pembuatan obat menjadi faktor yang sangat penting, tujuannya untuk menghindari tercampurnya bahan-bahan pembuat obat dengan debu atau pun mikroorganisme lainnya seperti jamur dan bakteri pada saat proses produksi dilakukan. Hal ini sangat diperlukan untuk menghasilkan obat-obatan yang sehat serta bermanfaat bagi kesehatan masyarakat, dan bukan membuat masyarakat tersebut semakin sakit karena obat yang dikonsumsinya ternyata tidak diproduksi di tempat yang bersih.
Pada pengerjaan skripsi kali ini analisa yang dilakukan adalah simulasi numeric dengan menggunakan program CFD (Computational Fluid Dynamics) yaitu program EFD dan Flovent. Program tersebut akan digunakan untuk mensimulasikan kondisi ruangan tempat penimbangan obat dan nantinya hasil dari program tersebut akan dibandingkan untuk dijadikan validasi apakah hasil pengukuran pada kondisi aktual telah dilakukan benar atau tidak, dan selanjutnya ruang bersih tersebut akan dibandingkan dengan standar sistem ruang bersih yang berlaku secara internasional.
Dari analisa yang dilakukan dengan menggunakan program CFD dan pengukuran data dilapangan, disimpulkan sistem ruang bersih tersebut telah memenuhi standar internasional.

Cleanroom system in pharmaceutical industry becomes a significant factor, due to the needs of cleanroom system to get rid of the dust or micro bacteria when drug?s material mixture is in process.
This experiment analysis is using numeric simulation with Computational Fluid Dynamics program which is EFD and Flovent program. This program wil be used to simulate cleanroom and the result wil be compared with the actual experiment for validation, before being compared with the international clean-room system standard.
As the result, this experiment of clean-room system wil be concluded by the international standard as a qualified system.
"
2008
S37381
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dandy Adrianto A
"The following independent study paper will present an overview of the car industry in France
(Europe) and South Korea (Asia) for the United States of America car industry. It will focus
upon the historical background, and facts regarding several macroeconomic conditions, market
conditions and socio-cultural conditions. The author chose France and South Korea, because
both of them have appeared to have a good surface level for doing a foreign business for the US
car Industry to open up their new production there. This paper used a literature review based on
google scholars and the government's website. According to the Korea Automobile
Manufacturers Association (KAMA) automobile output from Korea totaled 3,506.848 units in
2020, down 11.2 percent from 2020. Despite the fall in production, the country's overall auto
output ranking moved up two notes from 2020. Car Production in France decreased to 1316371
Units (1316,371 K Units) in 2020. The maximum volume was 3701870 Units and minimum was
1316371 Units. Based upon the information gathered in this paper, South Korea has overall
better conditions for US production and market seeking firms, compared to France, due to the
historical background within the automotive industry, as well as the historical relations with the
United States could support the choice for South Korea for investment opportunities, and so does
the potential for future innovation capabilities of the region
."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tasrief Adrianto
"Nisan-nisan kubur Samudera Pasai yang tersebar pada 12 komplek makam memiliki keunikan dalam hal bentuk ragam hias dan bahan. Jumlah makam dengan nisan yang teridentifikasi sebanyak 197 makam. Menurut moquette nisan-nisan tersebut ada beberapa yang diduganya berasal dari Cambay. Menurut Ambary, selain menyerap anasir asing, nisan-nisan yang termasuk kategari Batu Aceh memperlihatkan penonjolan anasir/gaya lokal. Tujuan Penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bentuk-bentuk dan ragam hias nisan SP, (2) untuk mengetahui indicator/variable/ciri-ciri khusus yang dapat dijadikan pembeda antara nisan yang disebut dengan istilah Batu Aceh yang beranasir kebudayaan lokal dan yang bukan Batu Aceh yang beranasir kebudayaan asing, (3) Menjelaskan ada tidaknya korelasi antara bentuk, bahan dan ragam hias pada nisan. Langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah a. Pengumpulan Data, yakni memilih nisan-nisan yang akan dijadikan data, berupa nisan-nisan yang layak keadaannya untuk diteliti, nisan yang dapat diidentifikasi akan menunjukkan karakteristiknya, misalnya dapat diketahui bentuk dasar nisan tersebut. b, Pengolahan Data, yaitu melakukan klasifikasi atas dasar perbedaan dan kesamaan yang dapat diamati pada atribut, atribut yang dipilih untuk penelitian ini, dan menjadi indikator untuk pembentukan tipe terbagi tiga yaitu : (1) atribut bentuk yang meliputi a. bentuk dasar, b. bentuk badan, c. bentuk pundak 1 bahu, d. bentuk kepala, dan (2) atribut gaya yakni ragam hias serta (3) atribut teknologi yaitu bahan. Pembentukan tipe dilakukan dengan cara memperlihatkan hubungan-hubungan yang terdapat pada setiap atribut. Kemudian dilakukan integrasi terhadap atribut yang mempunyai keragaman yang lebih sedikit atau merupakan kategori umum, diakhiri dengan integrasi terhadap atribut yang mempunyai keragaman lebih banyak atau merupakan kategori yang lebih khusus. Kemudian dilakukan identifikasi jenis ragam hias yang ada pada batu-batu nisan, dan dikelompokkan ke dalam masing-masing golongan nisan yang beranasir kebudayaan lokal dan yang memiliki anasir bukan lokal. Tahap selanjutnya adalah melakukan korelasi untuk mengetahui keeratan hubungan yang terjadi antara atribut-atribut tertentu, melalui nilai frekuensi (jumlah) korelasi pada seluruh sampel penelitian. Jumlah atau nilai frekuensi korelasi pada seluruh sampel penelitian menunjukkan kekuatan hubungan variabel-variabel tersebut, dengan cara menggunakan tabel silang, dalam tabel silang ini disusun jenis variable/atribut utama pada lajur baris dan jenis atribut lainnya pada lajur kolom. Hasil Penelitian ini menghasilkan penggolongan 197 nisan Samudera Pasai ke dalam 45 tipe/jenis nisan. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah ditemukannya 6 jenis motif hias, yakni : 1. Motif bingkai yang terdiri dari : motif vas, motif lengkung kurawal, motif lengkung mihrab dan motif panil, 2. Motif motif floralistik berupa motif sulur dawn, motif lotus, 3. Motif arabesque bentuk flora, 4, Motif arabesque bentuk geometris (interlace), 5. Motif lampu 6.Motif inskripsi. Dari segi bentuk, nisan-nisan dengan bahan batu pualam memiliki bentuk-bentuk yang khas yang tidak ditemui pada nisan dengan bahan dasar batu bukan pualam. Hasil akhir dari penelitian ini memperlihatkan bahwa nisan-nisan jenis pualam (Al) dan bukan pualam (A2) memiliki jenis-jenis ragam hias yang khas seperti motif interlace, motif lampu, ayat-ayat yang dipahatkan dengan gaya huruf kufiq yang hanya dijumpai pada nisan-nisan pualam. Sedangkan pada nisan-nisan yang terbuat dari bahan batu bukan pualam (A2) ditemukan motif-motif bingkai berbentuk lengkung kurawal yang terdapat pada bagian badan, motif-motif flora berupa motif lotus yang umumnya terdapat antara bagian badan dan kaki, sulur daun serta motif-motif arabesque. Nisan-nisan dengan bahan dasar jenis Al memiliki jumlah pahatan inskripsi yang raya pada seluruh bagian nisan dengan pola penulisan yang khas selain inskripsi yang ditulis mendatar (horisontal), juga ada inskripsi yang ditulis secara vertikal yang penulisannya dimulai dari sisi kanan bawah menuju kebagian atas dan kemudian ke sisi kiri nisan, Sedangkan nisan-nisan dengan bahan dasar jenis bukan pualam (A2) mempunyai jumlah susunan inskripsi yang lebih sedikit yaitu sekitar 3 sampai 4 baris, dengan pola penulisan yang mendatar (horisontal)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11913
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nico Adrianto
"Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), or The Audit Board of the Republic of Indonesia, has introduced performance audits intensively since public sector audit reforms were initiated in 2001. However, the implementation of performance audits still faces several obstacles. This study examines the development of the performance audit methodology in BPK, which can be divided into three stages: before the revitalization of BPK in 2006, the initial development of performance audits during 2006-2010, and the maturity of the implementation of performance audits since 2011. This study concludes that several key factors have affected the implementation of performance audits at BPK, including the development of audit guidelines, the dynamics of medium-term government planning, the focus of the BPK’s Management, and assistance provided by other supreme audit institutions (SAI). To address new realities and challenges in the future, more sophisticated performance audit methods need to be adopted by BPK, such as big data analytics, the adoption of governance audits, and employing public policy analysis. Without adopting such methods, the institutionalization of ​​effective performance audits might not be achieved in the future."
Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Penelitian dan Pengembangan, 2021
332 JTKAKN 7:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>